Film ini identik dengan sosok Fahri, pemuda religius yang menjadi sosok teladan walau memang agak utopis di era saat ini. Penghafal Al Qur'an, menjadi akademisi terkemuka di universitas ternama Skotlandia, bergelimang harta namun dermawan, mampu berpikir bijak dalam membedakan antara Zionisme dengan pemeluk agama Yahudi, mampu loyal terhadap istri, dan lain-lain. Apa ada, ya bisa jadi. Kalau di sekitar saya sih hanya di beberapa aspek. Jangan tanya diri saya yang ah sudahlah hehee...
Film ini tanpa disengaja muncul di saat yang sangat tepat dengan semakin 'populer'-nya negara Israel di Indonesia lantaran kebijakan presiden Amerika Serikat yang menetapkan Yerusalem sebagia ibu kota Israel. Entah kebetulan atau tidak, yang apsti novel aslinya dibuat jauh sebelum kasus heboh ini terjadi walau kontroversinya negara Israel sudah sedari dulu melanda Indonesia. Bagi saya pribadi, justru isu per-Israel-an jauh lebih menarik dibahas ketimbang lika-liku cintanya Fahri yang sudah macam kelok sembilan.
Pemeluk agama Yahudi tidak sama dengan gerakan Zionisme
Pesan ini tidak dimuat dalam trailer-ya, justru permintaan salah seorang perempuan Skotlandia untuk dinikahi oleh Fahri. Entah mengapa, tapi bagi saya [lagi] ini merupakan sebuah pernyataan tegas yang menjadi pesan mendidik bagi masyarakat Indonesia. Kita memang terlanjur 'memukul rata' antara keduanya. Padahal Zionisme merupakan gerakan 'ekstrimis' ambisius yang hanya sebagian dari pemeluk Yahudi. Ada pemeluk Yahudi yang ikut serta sebagai anggota ataupun pendukung Zionisme, tapi ada pula yang tidak. Terlepas dari bagaimana kacaunya politik di Timur Tengah, kita dituntut berbuat baik kepada sesama manusia walau dia penganut Yahudi. Dalam film ini dikisahkan bagaimana Fahri sangat baik terhadap seorang nenek yang jadi tetangganya walau beliau Yahudi. Bahkan Fahri membantu mengantarkannya ke sinagog dengan batas yang jelas, hanya sampai pagar. Si nenek pun 'tahu diri' dengan tidak membenci Fahri walau ada umat Yahudi terhasut untuk memusuhi Islam. Sebuah pesan moral tentang kerukunan hidup antar-agama.
Review Ayat Ayat Cinta 2
Minggu, Desember 31, 2017 by
Arfive Gandhi
Posted in
Bioskop
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
No Response to "Review Ayat Ayat Cinta 2"
Posting Komentar