2017 bukan tahun yang ingin dibahas panjang oleh tiap suporter Sriwijaya FC. Alasannya sederhana, peringkat Sriwijaya FC berkubang di papan tengah dengan statistik kemenangan, seri, dan kekalahan yang memprihatikan. Stadion Gelora Sriwijaya Jakabaring kerap menyuguhkan kekalahan, satu hal tabu di musim-musim sebelumnya. Yang paling memprihatinkan adalah [nyaris] nihilnya surat panggilan pemain timnas ke sekretariat klub. Sungguh tahun yang muram.
Tidak seperti musim-musim sebelumnya memang, Sriwijaya FC justru melakukan perombakan krusial di sektor kursi pelatih beberapa bulan sebelum pekan pertama dilalui. Entah apa alasan apa yang melandasi dilengserkannya Widodo C. Putro. Padahal, dia mampu menahkodai Sriwijaya FC dengan hasil lumayan, yaitu 4 besar di ISC 2016. Striker Beto Goncalvez pun moncer sebagai top scorer. Jika ukurannya konsistensi, memang Widodo punya 'dosa' besar berupa sirnanya sejumlah kemenangan lantaran kebobolan di menit akhir pada ISC 2016, tapi dengan masa lalu selaku striker, hal itu masih bisa dimaklumi dan diperbaiki. Toh, Widodo sendiri di kemudian hari menjadi sosok yang bertanggung jawab membawa Bali United menyamai poin Bhayangkara FC yang juara. Jika saja tidak ada kasus pemain ilegal, maka Widodo sukses menggondol medali juara. Plus striker Bali United bernama Comvalius tampil sebagai top skorer mengangkangi rekor Peri Sandria. Singkat kata torehan Bali United saat membuat Sriwijaya FC patut menyesal melengserkan Widodo. Toh suksesor Widodo, yaitu Osvaldo Lessa tidak bertahan hingga akhir musim lantaran hasil yang minor.
Jika Tijad Belain tidak mencetak gol di akhir pertandingan, maka pesta empat gol Persib Bandung sangat menyakitkan. Gol Belain memang tidak lebih dari pelipur lara, tapi setidaknya menandai upaya menjaga harga diri selaku tuan rumah. Ya, entah berapa kali suporter Sriwijaya FC pulang dengan wajah murung lantaran kalah di kandang. Padahal, kandang Sriwijaya FC sempat menyandang status angker di beberapa musim lalu. Mencuri satu poin sudah keterlaluan, tapi musim ini tiga poin seolah diobral.
Generasi Ferry Rotinsulu, Ponaryo Astaman, Firman Utina, Muhammad Ridwan, Supardi, hingga Mahyadi Panggabean sudah melewati masa bakti untuk timnas beberapa tahun lalu. Namun entah mengapa naasnya Sriwijaya kehilangan sosok yang meneruskan bakti mereka untuk timnas. Kenyataannya, Sriwijaya FC kerap tercecer saat sedikit kontribusinya bagi timnas. Jika sebelumnya ada Fachrudin Aryanto dan Ahmad Jufriyanto, maka musim ini Sriwijaya [nyaris] tidak pernah menyetor nama untuk Luis Milla. Memang ada nama Teja Paku Alam serta Ichsan Kurniawan, tapi keduanya dianggap punya andil atas prestasi minor Sriwijaya FC, wajar jika keduanya tidak dilirik Luis Milla.
Bagaimana musim depan, hmmm
Tahun yang Muram bagi Sriwijaya FC
Rabu, Desember 13, 2017 by
Arfive Gandhi
Posted in
Sepakbola
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
No Response to "Tahun yang Muram bagi Sriwijaya FC"
Posting Komentar