Working title pada edisi kedelapan Star Wars tidak direvisi, masih tetap The Last Jedi. Judul di atas hanyalah simpulan pribadi atas alur cerita yang sangat mengejutkan dari lakon ini. Secara pribadi pula, asaya mengapresiasi alur cerita yang ditawarkan film ini. Saking kecenya alur cerita tersebut, justru sangat jarang yang mengomentari kualitas gambar, kecanggihan teknologi maupun urusan teknis lainnya. Hampir semua fokus membicarakan urusan alur cerita.
Film ini secara umum mengisahkan nasib kaum Rebelion yang diburu dan ditumpas oleh New Order. Eksistensi New Order benar-benar di ujung tanduk setelah satu demi satu pesawat dan tentaranya dimusnahkan secara tragis. Sedikit bocoran, di akhir film, hanya tinggal sekitar 10-20 orang saja jika tidak salah lihat. Keterbatasan energi serta peralatan tempur menjadi biang masalah yang harus diakali dengan strategi kabur dari satu lokasi ke lokasi lain. Di tengah nasib yang kian terhimpin, sosok Rey disibukkan dengan perantauannya ke tempat persembunyian Luke Skywalker. Rey bermaksud meminta Luke 'turun gunung' menghadapi agresi New order sekaligus belajar tentang Jedi. Sedikit demi sedikit bakat 'tanpa sebab' Rey sebagai 'pewaris' Jedi semakin kuat. Di saat itulah, konflik pribadi Kylo Ren dengan Luke. Terlepas dari sosok Rey yang masih jadi diri, sesungguhnya eksistensi Luke dan Kylo Ren jauh lebih signifikan.
Bukan rahasia lagi bahwa Kylo merupakan anak 'durhaka' yang menyingkirkan ayahnya sendiri, Han Solo. Bukan rahasia pula bahwa ini Kylo bergabung dengan Snoke yang berpihak pada Dark Side. Tapi di episode ke-8 inilah kita akan dihadapkan pada asal-usul pembelotannya terhadap Luke. Bahwa, sah-sah saa jika ada yang 'ber-fatwa' bahwa Luke punya kontribusi atas eksistensi mesin pembunuh. Ini pulalah yang mendorong Luke mengasingkan diri.
Dua sosok ini yang saya maksud sebagai 'jokers' pada judul di atas. Kylo menjadi sosok yang penuh kejutan lewat dua adegan yang sangat menguras imajinasi penonton. Pertama ketika dirinya ragu-ragu untuk menembak kokpit pesawat Rebelion. Padahal dirinya sudah tinggal tekan 'enter' hehee, namun wajah ibunya yang terbayang ada di kokpit tersebut mengurungkan niatnya. Memang pada akhirnya kokpit ditembak hancur oleh pasukan New Order lainnya. Tapi, setidaknya adegan ini mengindikasikan sifat belas kasihan yang masih dipunyai Kylo. Adegan kedua sangat cadas, yaitu saat dirinya mengudeta Snoke dalam sebuah momen dramatis. Awalnya dirinya diplot sebagai algojo untuk mengeksekusi Rey. Dengan penyamaran untuk membanti Rey, ternyata dirinya melakukan 'telepati' untuk mengendalikan lightsaber lain yang ada di samping badan Snoke. Ambruk tanpa bisa terselamatkan, Kylo berhasil menyingkirkan Snoke yang selalu memandang inferior dirinya. Si 'joker' ini ternyata bukan bermaksud membela Rebelion, apalagi menyelamatkannya. Justru dirinya bermaksud menata ulang pemerintah lewat kekuatan baru. Koalisi pun sempat dijajakinya dengan mengajak Rey, hanya saja ditolak olehnya, mungkin karena Rey sudah keburu teken kontrak sebagai kader di partai lain, eh.
Joker kedua adalah 'penghuni permanen' film Star Wars dari episode IV s.d.VII, yaitu Luke Skywalker yang semakin menua. Jika eksistensinya di episode VII sebatas penanda akhir episode, maka di episode ini dirinya menjadi sosok yang menggebrak lewat 'permainan' yang sangat di luar dugaan. Tentu kita tahu bahwa hampir di setiap episode ada sosok Jedi yang gugur dengan berbagai cara, salah satunya Obi Wan Kenobi yang membiarkan dirinya tertebas pedang Darth Vader, agar Luke dkk bisa kabur. Di episode VIII ini, peran tersebut diisi oleh Luke yang membiarkan para Rebelion tersisa. Dirinya bertarung satu lawan satu dengan Kylo. Sepintas pola lama bersemi kembali, namun di akhir film terungkap bahwa yang bertarung dengan Kylo bukanlah Luke yang riil. Dirinya adalah versi virtual dari Luke yang masih enggan beranjak dari planet persembunyiannya. Teknik virtualisasi ini pulalah yang mengakhiri riwayat Luke. Dirinya sirna bersamaan dengan dikuasainya ilmu Jedi oleh Rey. Ya, Rey-lah suksesor Jedi yang baru dan satu-satunya yang tersisa.
Review Star Wars VIII: "Suprising Jokers"
Minggu, Desember 31, 2017 by
Arfive Gandhi
Posted in
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
No Response to "Review Star Wars VIII: "Suprising Jokers""
Posting Komentar