Jalan panjang di Liga 2 menuju Liga 1 akhirnya 'rampung'. Tiga tim 'klasik' alumni kompetisi Perserikatan tampil sebagai pemilik tiket yang legal. Jika tidak ada bencana nasional, seperti dualisme kompetisi maupun jual-beli lisensi, tiga klub ini bakal menjalani 34 pekan 'berdarah-darah' tahun depan. Merekalah pengganti Semen Padang, Persiba Balikpapan, dan Persegres Gresik United.
Jalan panjang, ya memang perjuangan ketiga klub ini sangat berliku. Mulai dari 'panjat pinang' yang melibatkan 30-an klub di babak penyisihan. Semua klub saling 'baku hantam' untuk dua jenis target, yaitu promosi ke Liga 1 versus bertahan di Liga 2. Khusus target yang kedua, ini pernah saya bahas di artikel lain, intinya 50 persen lebih peserta Liga 2 tahun ini bakal digusur ke Liga 3 tahun depan. Jadi, pencapaian Persebaya, PSMS, dan PSIS sudah sangat di atas target pada umumnya.
Pasca babak penyisihan, mereka beserta 13 klub lainnya menempuh babak 16-besar yang dibagi dalam 4 grup. Separuh dari mereka selanjutnya menjalani babak perempat final berupa dua grup dengan peserta masing-masing 4 klub. Akhirnya juara dan peringkat 2 tiap grup inilah yang kemudian mengarungi semifinal. Dari sisi administrasi, memang babak final antara PSMS vs Persebaya adalah klimaks dari segala pertanding. Tapi dengan tujuan dasar persaingan berupa memperebutkan tiket ke Liga 1, maka laga perebutan tempat ketiga antara PSIS vs Martapura FC adalah laga pamungkas yang paling menyita tangis. Oh ya, tiga klub ini punya kesamaan yang barangkali jarang untuk dibicarakan selain status sebagai alumni Perserikatan.
Alumni Indonesia Super League
Ketiga klub ini sempat merasakan manis getirnya kasta tertinggi dalam era Indonesia Super League. Malahan PSMS dan PSIS adalah kontestan edisi pertama yang digulirkan tahun 2008 lalu. Sayang keduanya langsung 'diwisuda' lantaran berkutat di papan bawah. Jika PSIS didegradasi langsung, maka PSMS sempat mengais asa pada babak 'play off'. Kebetulan di babak itu lawan mereka adalah Persebaya, saya kebetulan salah seorang penonton laga dramatis itu lantaran lokasinya di Stadion Siliwangi, Bandung. Ya, Persebaya menjadi 'peserta didik' Indonesia Super League pada edisi kedua, sayang, semusim berikutnya mereka 'diwisuda' lewat kontroversi yang panjang. Kebetulan Martapura FC.
Kontroversi yang Dahsyat
PSMS dan Persebaya punya kesamaan khusus berupa korban dualisme klub. Bencana dualisme kompetisi di tahun 2011 melahirkan dua versi tiap klub tersebut, plus juga Persija dan Arema. Menariknya, klub salinan yang tersisa tinggal satu dan itu yang justru juara Liga 1, yaitu Bhayangkara FC. Agar lebih sadis, jangan lupa satus Persebaya selaku juara Liga 2. Artinya ada dua klub yang pernah/kembali menyandang nama Persebaya dan juara dua kompetisi tertinggi di Indonesia. PSIS bagaimana ya, hmmm. Gara-gara mereka, dan juga PSS Sleman, acara Mata Najwa mendadak membicarakan sepak bola. Insiden sepak bola gajah menyeret nama PSIS selaku aktor di lapangan, lebih tepatnya tumbal. Sayang tidak ada lanjutan pengusutan siapa dalang/sutradara aslinya.
Selamat Persebaya, PSMS, dan PSIS
Sabtu, Desember 09, 2017 by
Arfive Gandhi
Posted in
Sepakbola
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
No Response to "Selamat Persebaya, PSMS, dan PSIS"
Posting Komentar