Warisan terburuk yang (mungkin) diestafetkan dalam "dinasti" per-KBM-an adalah rasa percaya diri yang terlalu tinggi. Mengapa demikian? Tanpa bermaksud merendahkan kredibilitas organisasi tersebut, tapi masih ada sejumlah (tidak seluruhnya) pemikiran dalam melakukan pergerakan yang tidak diawali dengan RISET. Hasilnya sudah jelas ketika argumentasi mereka "dibenturkan" dengan pendapat kontra, yang terjadi adalah kengganan untuk membuka pikiran. Bahkan ketika sudah tidak lagi menjadi pengurus ormawa di KBM, budaya anti-riset ini berlanjut ketika mengerjakan tugas akhir dimana pemahaman terhadap suatu permasalahan kurang bisa menyeluruh, bahkan ada yang angkuhnya mempertahankan pendapatnya.
RISET? Riset yang seperti apa? Bukannya itu kerjaannya lab ya? Mmm, kerjaan dosen kayaknya deh, atau mungkin mahasiswa tahun akhir, pengurus ormawa KBM mah isinya tahun-tahun tengah yang lagi klimaks menikmati momen-momen populer. Well, sudah banyak proker-proker yang berjalan tanpa feedback yang jelas selain LPJ (yang tidak pernah bisa dibaca dengna leluasa oleh mahasiswa umum kecuali LPJ, abis LPJ ya udah lenyap segala transparansinya).
Riset menurut KBBI adalah penyelidikan (penelitian) suatu masalah secara bersistem, kritis, dan ilmiah untuk meningkatkan pengetahuan dan pengertian, mendapatkan fakta yang baru atau melakukan penafsiran yang lebih baik.
Tidak ada keterangan yang pernah saya baca di kampus bahwa "riset hanya boleh dilakukan oleh lab", artinya mengapa BEM, DPM, Himpunan tidak menyelenggarakan riset? Boleh jadi risetnya ada, tapi prosesnya kurang komprehensif karena metode yang kurang sesuai dengan kasusnya. Boleh jadi pula definisi riset yang dikenal oleh otaknya adalah "penelitian yang bersifat ilmiah, misalnya artificial intelligence, digital signal processing, software engineering", jika iya berarti definisi itu masih terlalu sempit.
Contoh paling simpel adalah RISET mengenai KEBUTUHAN OBJEK,
seperti apa karakter mahasiswa, dosen/karyawan, masyarakat, ataupun pemerintah. Mahasiswa sendiri masih bisa dibagi-bagi berdasarkan kata kunci tertentu (misalnya prodi, angkatan, uang bulanan dll). Contoh nyata adalah ketika melakukan penelitian mengenai KEBERSIHAN WARUNG MAKAN DI SEKITAR KAMPUS. Seingat saya belum ada riset yang dilakukan oleh BEM ataupun DPM tentang hal ini. Mengapa? Mungkin karena (maaf bila tersinggung) pengurusnya kurang peka terhadap berbagai penyakit yang menimpa mahasiswa yang dikarenakan faktor kebersihan makanan di lingkungan kampus.
Himpunan pun tidak boleh kalah dalam melakukan riset. Perkembangan dunia industri/keprofesian tentu perlu dideteksi sebagai "komoditas" untuk mengajak fakultas/dekanat menyusun strategi "kaderisasi" mahasiswa yang kuat secara hardskill dan matang secara softskill.
Dua ide itu masih terlalu dangkal namun semoga mengisnpirasi ^_^
Contoh paling simpel adalah RISET mengenai KEBUTUHAN OBJEK,
seperti apa karakter mahasiswa, dosen/karyawan, masyarakat, ataupun pemerintah. Mahasiswa sendiri masih bisa dibagi-bagi berdasarkan kata kunci tertentu (misalnya prodi, angkatan, uang bulanan dll). Contoh nyata adalah ketika melakukan penelitian mengenai KEBERSIHAN WARUNG MAKAN DI SEKITAR KAMPUS. Seingat saya belum ada riset yang dilakukan oleh BEM ataupun DPM tentang hal ini. Mengapa? Mungkin karena (maaf bila tersinggung) pengurusnya kurang peka terhadap berbagai penyakit yang menimpa mahasiswa yang dikarenakan faktor kebersihan makanan di lingkungan kampus.
Himpunan pun tidak boleh kalah dalam melakukan riset. Perkembangan dunia industri/keprofesian tentu perlu dideteksi sebagai "komoditas" untuk mengajak fakultas/dekanat menyusun strategi "kaderisasi" mahasiswa yang kuat secara hardskill dan matang secara softskill.
Dua ide itu masih terlalu dangkal namun semoga mengisnpirasi ^_^
No Response to "bem, dpm, dan himpunan WAJIB RISET"
Posting Komentar