Rukun iman kelima adalah iman kepada hari kiamat.
Hari akhir dunia yang fana? Kapan? Wallahualam...
Bahkan ketika akal manusia membuat kalender, baik Hijriyah yang mencapai tahun 1434 maupun Mashehi 2013 tahun, namun tidak bisa mengetahui kapan berakhirnya kedua kalender tersebut alias berakhirnya dunia fana ini. hari tersebut dalam Al Qur'an disebutkan dalam berbagai nama lain, diantaranya yaumul qiyamah (hari kiamat), al-qoriah yaumul hisab (hari perhitungan amal), al-haqqaah (yang pasti terjadi), al-ghasiyah (hari pembalasan), ath-thamah (malapetaka yang sangat besar).
Lantas seperti apakah kaitannya pernikahan sebagai manifestasi iman kepada hari kiamat?
Pertama, segala niat, perkataan, dan perilaku kita dalam menjalankan ibadah bertajuk pernikahan akan menemui pembalasannya di hari kiamat. Hal ini merupakan keniscayaan, karena di hari akhir nanti, seluruh umat manusia akan dihisab seluruh amalannya, baik yang mulia maupun yang tercela, bahkan sekecil buah zarah, termasuk pula yang berkaitan dengan amanat sebagai suami/istri.
Kedua, segala amalan yang kita lakukan akan terputus ketika kita meninggal. Artinya ketika maut menjemput, tamat pula upaya kita untuk menyemai amalan. Tapi dengan kemurahan Allah, masih ada tiga jalur untuk mengalirkan amalan walau kita telah berada di alam kubur, yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak sholeh yang senantiasa mendoakan orang tuanya. Ketiga jalur ini menjadi isu yang perlu direnungkan, apakah pernikahan yang hendak atua mungkin telah dibangun mengarahkan kita untuk memperoleh ketiga hal ini?
Benarkan pernikahan hingga akhirnya kita mempunyai keturunan nantinya menjadikan kita tetap istiqomah dalam menyebarkan ilmu-ilmu bermanfaat? Atau malah pernikahan menjadi alasan untuk lari alias pensiun dari dakwah?
Benarkan keluarga tersebut mampu secara konsisten beramal jariyah? Padahal secara kalkulasi kasar, kebutuhan berumah tangga terus melonjak sedangkan pendapatan stagnan? Atau malah keinginan membahagiakan pasangan hidup menjadikan lalai untuk berbagi pada sesama manusia?
Yakinkah kalau putra/putri yang kita didik ini menjadi keturunan yang sholeh/sholehah, yang senantiasa berbakti mendoakan kedua orang tuanya?
Teorinya memang sulit sukar susah, tapi bukankah Allah bersama orang-orang yang mau berikhtiar dan bertawakal kepada-Nya
Ketiga, keluarga merupakan investasi bagi seorang pemimpin rumah tangga. Sabda Rasulullah "Setiap orang diantara kalian adalah pemimpin, dan masing2 dari kalian akan dimintai pertanggung jawaban (oleh Allah) ttg apa yg dipimpinnya."
Wallahualam
No Response to "Menikah sebagai Manifestasi Rukun Iman [5]"
Posting Komentar