Lagu Bungong Jeumpa khas Aceh Tanah Rencong menggenapi keseimbangan sajian malam tadi hingga sore ini. Mata (penginnya) fokus ke codingan PHP dan telinga asyik mengikuti alunan musik dari album Nusantara Berdendang. Perpaduan teknologi dan budaya yang selaras. OK rehat dulu dari codingan yang membuat mata suntuk dari pagi kemarin. Cek kalender di laptop, aduh item semua, tapi seinget saya sih liburan masih jauh, so nikmati sajalah sepasang hari Sabtu-Minggu sebagai pitstop.
Jingok jingok kalender jadilah ingat target tahun ini yang harus dipenuhi. Banyak target yang belum bisa di-checklist dari daftar. OK, tempe dan tahu sebagai komoditas perlahan hilang dari pasar, jadi jangan sampai target-target tahun ini ikutan punah.
Sumatera, Kalimantan, dan Madura menjadi target ngebolang berikutnya. Bismillah, semoga setelah Jawa, Bali, Sulawesi, dan Lombok, salah satu ketiga pulau tadi harus bisa aku jelajahi, walau hanya sepucuk kota. Target realistis mengingat target menabung jika mengelus ubun-ubun. Maka, target utama untuk ngebolang berikutnya adalah Bandar Lampung. Kenapa Bandar Lampung? Secara geografis cukup dengan domisili saat ini yaitu Jakarta Selatan, ya nggak deket-deket amat sih, cuma bila dibandingkan dengan Palembang, Padang, Pekanbaru, Banda Aceh, Batam, Natuna, Kutai, bahkan Bangkalan, maka Bandar Lampung relatif lebih dekat dan pastinya menghemat waktu dan biaya pengeluaran. Teknis gimana? In syaa Allah ada jalan. Antusiaskan diri untuk menjelajahi samudera, masa sebagai anak seorang pelaut, justru cuma angrem di Pulau Jawa?
Persiapan S2, masya Allah riweuh jiwa teknis "mengemis" beasiswa. Ada syarat ini itu anu dan lain-lain. Kalau ditanya target, tentunya ada hasrat berkuliah di luar negeri, terutama Technische Universitat Munchen, sebuah kampus sewujud ITB di negeri Bavaria, Jerman, dan Technische Universitat Wien, setipe ITB juga di Ostreich alias Austria. Banyak faktor mengapa saya lebih berharap di dua kampus itu ketimbang USA ataupun UK yang punya reputasi mentereng. Jika parameternya klub sepakbola, jelas kampus di region Lazio, provinsi Catalan, atau bahkan di kota Amsterdam jadi prioritas, tapi masa iya kuliah S2 cuma biar bisa nonton bola. Kembali ke topik. Kampus domestik yang saya incar pun ada dua, yaitu Universitas Indonesia dengan MTI dan MIK-nya serta ITB dengan STEI-nya. Untuk jalur S2 jelas baru kick-off lagi sekitar September tahun depan (2014) lha, terus ngapain donk sekarang? Tentunya mempersiapkan diri dimana jalur beasiswa perlu kesiapan yang matang. Jangankan kuliah di luar negeri, di negara sendiri saja nilai TOEFL sudah jadi perhitungan. Itu baru TOEFL, belum macam LA (Letter of Acceptance). Untuk IPK in syaa Allah sudah memenuhi standar layak melanjutkan S2 yang bersponsorkan beasiswa pada umumnya. Bidang kuliah? Jelas sangat nyleneh bila saya CLBK ke Teknik Kimia ataupun pindah ke lain hati di DKV, lha terus? informatika maupun ilmu komputer, oh heaven yeahhh those are my target. Terkait kerja sudah terancang berbagai strategi, mulai dari tetap kerja dengan negosiasi jam dinas, bisa jadi hanya menyambi kerja yang konsepnya remote programming, dan boleh jadi full di ICTN. Biaya? Ibu dan ayah saya masih gagal membujuk saya untuk bersedia menerima kucuran dana dari YPM (Yayasan Papah Mamah). Saya hingga saat ini masih ngeyel mengais beasiswa karena dua tahun lagi adik saya harus memulai kuliah dengan biaya yang tidak sedikit.
Kerja, setelah nyaris dua bulan tercekik kebingungan mau pindah apa nggak, akhirnya saya memantapkan diri untuk bertahan hingga Desember 2013. Idealisme untuk menikmati perjalanan di Indonesia Kreatif hingga akhir periode 2013 menjadi pertimbangan utama. Memang sih banyak tantangan, mulai dari yang bikin penat, tugas yang kadang aneh dan sarat revisi, ada juga yang saya buta sama sekali, terutama yang terkait bidang jaringan komputer dan sistem operasi (pokoknya yang dulu saya alergikan dari KK Telematics) justru makin menggerayangi tidur saya. Secara kekeluargaan, tempat saya saat ini sudah beberapa pekan ini mengalami peningkatan kehangatan dan pembenahan urusan umum. Mungkin kalau bicara salary, hehee, skip aja deh :) intinya saya sangat berharap tabungan akhir tahun nanti sudah cukup.
Frase "kapan nikah?" untuk saat ini hanya bisa saya jawab dengan senyuman datar ala Roberto di Matteo.
Dan yang paling utama, target yang belum terjamah dengan lengkap di tahun 2013 adalah pemahaman akan hakikat hidup. Alhamdulillah muara hidup telah berhasil saya temukan, yaitu menshodaqohkan hidup di jalan-Nya hingga akhir hayat. Cita-cita meninggal dengan khusnul khotimah telah menjelma sebagai obsesi terbesar saya.
2013, entah tinggal berapa pekan lagi, yang pasti hidup itu bukan perkara durasi usia, yang kualitas dalam mengisinya.
No Response to "Wah, 2013 udah mau Beres"
Posting Komentar