Dalam sepak bola, posisi yang paling jarang mengalami rotasi adalah penjaga gawang alias kiper. Kiper itu spesialis dalam karier profesional. Javier Mascherano yang tadinya gelandang "dipaksa" jadi bek masih wajar, Hamka Hamzah yang awal karirnya striker kemudian malah menjadi bek.
Namun kiper ya kiper, sangat jarang dia masuk menjadi pemain selain kiper, dan hanya kasus tertentu pemain non-kiper menjadi kiper, biasanya karena kiper cedera atau kartu merah ketika stok penggantian sudah habis. Selain itu, di dalam sepak bola saat ini, yang terjadi adalah munculnya hirarki. Ada kiper nomor satu, kiper nomor dua, dan kiper nomor tiga.
Biasanya yang membuat seseorang menjadi kiper nomor 1 karena harganya lebih mahal, punya catatan gemilang di masa lalu, ada di usia puncak, atau bisa juga faktor binaan asli klub itu. Sosok Manuel Neuer bsia disebut sebagai kombinasi faktor pertama s.d. ketiga, begitu pula Gianluigi Buffon walau hanya di faktor pertama dan kedua. Faktor keempat mungkin ada di figur Victor Valdez, atau bahkan Kurnia Meiga. Maka faktor yang menjadikan seseorang kiper nomor 2 cenderung karena kebalikan dari hal-hal tadi. Harga yang lebih murah, belum terbukti memberi prestasi, sudah terlalu tua ataupun masih terlalu muda, namun urusan binaan asli ataukah tidak jarang dijadikan faktor. Lihat saja Pepe Reina yang jelas lebih murah dan sudah melewati usia puncak sehingga lebih dipilih sebagai kiper kedua di Bayern Muenchen. Jika kiper kedua masih punya peluang muncul di sejumlah laga (biasanya piala domestik, pekan-pekan di liga domestik yang tidak krusial, hingga kiper 1 absen), maka yang paling jarang muncul adalah sosok kiper ketiga. Karena itulah, kiper ketiga biasanya diisi oleh produk akademik klub tersebut ataupun pemain rekrutan yang usianya masih sangat muda. Tujuannya jelas, selain lebih mudah mengalah jika tidak diturunkan, ini adalah proyek masa depan.
Walau saya fans Barcelona, namun saya akui bahwa Real Madrid belakangan ini sukses menciptakan trik untuk menghapuskan definisi kiper 1 alias kiper utama. Awalnya hal ini didorong kekurangharmonisan Mourinho dengan Iker Casillas dan digantikan posisi utamanya oleh Diego Lopez. Awalnya memang menimbulkan protes, namun perlahan tapi pasti ada pesan terselubung bagi Casillas dan kiper-kiper lainnya yang terlalu nyaman di posisi utama. Mengingat kenyamanan yang jarang dirotasi, maka kiper utama biasanya memiliki egoisme yang tinggi. Mourinho yang bermaksud menggebrak kenyamanan tersebut memang harus menuai badai namun pada akhirnya dia bisa menciptakan persaingan sehat antara Casillas dengan Lopez. Bahkan saat Mourindho digantikan oleh Ancelotti, tidak pernah ada kepastian siapa kiper utama Real Madrid, apakah si nomor punggung 1 Casillas ataukah si nomor punggung 25 Lopez.
Belakangan, trend ini malah diikuti banyak klub, termasuk dua diantaranya adalah FC Barcelona dan Chelsea. Setelah sekian musim sosok Valdez dengan patuh berada lebih depan dibandingkan Pinto, kini pelatih Enrique justru menghadirkan persaingan sehat pada diri Martin Ter Stegen serta Claudio Bravo. Begitu pula sosok Petr Cech yang satu dekade lebih di bawah mistar Chelsea kini harus beradu dengan Thibaut Chourtosi yang sudah menghadiahi Atletico Madrid gelar La Liga. Kompetisi intern ini memang punya risiko tersendiri, entah itu ditinjau dari faktor pengalaman hingga kemampuan individu masing-masing. Namun mengingat Barcelona memainkan 38 laga di La Liga plus harus melakoni 13 laga di Liga Champion dan 13 laga juga di Copa del Rey jika ingin lolos ke final dua turnamen itu. Chelsea hampir mirip, malah mereka harus menambah satu kompetisi lokal berupa Piala Liga Inggris. Artinya keberadaan dua kiper dengan kemampuan yang tidak jauh berbeda jelas menjadi kebutuhan.
Jika mau belajar, maka faktor kesuksesan Madrid di Liga Champion musim lalu juga buah dari kompetisi Casillas vs Lopez. Casillas lebih dominan di Liga Champion dengan hasil trofi kesepuluh sepanjang perjalanan Real Madrid di Piala/Liga Champion, dan Lopez mendulang Copa del Rey plus nyaris membawa Madrid bersaing dengan Barcelona dan Atletico hingga pekan terakhir. Di musim ini pun, sosok Keylor Navas tampil sebagai "Lopez kedua" setelah "Lopez pertama" hengkang ke AC Milan.
Gak Perlu Nomor 1 Definitif
Minggu, Oktober 05, 2014 by
ve
Posted in
Sepakbola
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
No Response to "Gak Perlu Nomor 1 Definitif"
Posting Komentar