Berasa di sebuah organisasi tentu tidak lepas dari tujuan utama organisasi tersebut dengan core atau inti pada bidang tertentu. Himpunan Mahasiswa Teknik Informasika tentu bukan sekedar anggotanya yang anak jurusan/prodi Teknik Informasika, namun harus ada kontribusi keilmuan di bidang informatika. Rumah Singgah Pecinta Qur'an tentu mengabdikan diri di dalam bidang mendakwahkan amalan-amalan yang bersumber dari Al Qur'an. Atau bahkan sebuah klub bernama Sriwijaya FC yang tentu memiliki sasaran utama pada olah raga sepak bola.
Meskipun demikian, sebuah organisasi tentunya memiliki sumber daya manusia dengan akrakteristik dan kapabilitas beragam. Karakteristik dan kapabilitas tersebut berbeda dengna mesin yang stabil dan mudah dikendalikan performansinya. Kondisi yang berbeda akan ditemui di dalam organisasi, khususnya yang berbentuk kemahasiswaan. Di dalamnya perlu pengelolaan SDM yang menawarkan pengelolaan sesuai dengan kebutuhan SDM tersebut. Namun harus disadari bahwa masih banyak organisasi yang menempatkan tujuan organisasi sebagai "berhala" dan menumbalkan potensi-potensi hebat anggotanya lantaran tidak memanusiakan manusia yang ada di dalamnya. Lho kok bisa?
Fenomena ini muncul lantaran pengurus (khususnya yang duduk di posisi manajerial) hanya memandang kesuksesan mencapai indikator keberhasilan sebagai sasaran kerja. Bagaimana dengan kenyamanan manusia di dalamnya? Ah itu urusan nanti. Toh harusnya mereka juga sadar bahwa di sini bukan tempat main-main, di sini ya buat kontribusi. Apakah pola pikir ini salah? Salah atau benar, saya bingung mengklasifikasikannya, tapi juga ditanya songong atau nggak, jelas jawabannya songong banget.
Manusia itu memiliki trafik yang dinamis, boleh jadi performansinya hari ini kereeen banget, tapi besok-besok anjlog. Ketika bicara performansi yang sedang melambung biasa saja, tapi ketika performansinya menukik, yang ada justru dikucilkan seolah-olah itu bukan urusan manajerial organisasi. Alhasil banyak kasus muntaber alias mundur tanpa berita lantaran si angota tidak merasakan kepedulian dari organisasi dan seolah-olah dia hanyamenjadi sapi perah atas berbagai program kerja.
Solusinya bagaimana?
Cobalah untuk menyempatkan waktu untuk melakukan hal-hal kecil yang sangat tidak formal dan diisi dengan hal-hal yang sifatnya rileks plus sesuai dengan kegemaran personel di dalamnya. Kebanyakan laki-laki gemar futsal, dan mayoritas perempuan demen masak. Hobi-hobi tersebut harus dari awal kepengurusan dikepoi lantas diterapkan melalui berbagai momen-momen unik yang mengakrabkan melalui kegiatan-kegiatan yang sesuai dengan hobi/passion/kesenangan anggotanya.
Coba cari tahu seperti apa kebiasaan-kebiasaan unik perusahaan tertentu yang sifatnya nasional atau bahkan internasional. Pasti ada trik keakraban diantara para personelnya. Ada yang memfasilitas stik PES/FIFA di rest area kantor, ada yang menggantung raket plus menyiapkan net dan tiangnya di halaman parkir kantor, ada yang membuat diskusi tentang tokusatsu, drama komedi dan lain-lain. Kesamaannya apa? Mereka memanusiakan manusia di dalam organisasi tersebut
No Response to "Manfaatkan Potensi, Kuatkan Organisasi"
Posting Komentar