Bab 2 merupakan bagian kerap dianggap membosankan dan hanya mempertebal halaman tesis. Alasannya sederhana, "tinggal copas sana sini". Betulkah pendapat demikan? Eiitss nanti dulu gaes.Sedikit saya menyinggung perkuliahan Metpen dua semester lalu yang menjadi matkul favorit nomor 3 dari semua matkul di semester 2. Di situ diukas berbagai hal mengenai riset, salah satunya urgensi literature review alias tinjauan pustaka yang biasanya menjadi isi dari bab 2 dalam tesis.
Diawali dari sebuah kekesalan sesaat dan sesat, "kenapa harus ada sih (literature review)?". Ok, kita jawab nanti di akhir catatan ini. Sejenak kita ingat tiga hal yang mendasari riset dan ketiganya harus relevan. Pertama adalah teori-teori yang dipakai. Masa iya riset tentang data mining, tapi definisi dan lingkup data mining yang dipergunakan acak marut? Ada banyak berbagai rujukan dari textbooks, professional books, hingga academic journals yang dipergunakan. Kedua dan ketiga metodologi/metode yang dipergunakan serta penelitian terdahulu. Sebagai umpama, kita akan menyusun PSSI, kita perlu mengkaji metodologi yang lazim dipergunakan. Tujuannya jelas, agar kita mengetahui karakteristik si metodologi/metode, lebih jauh dan lebih utama "apakah metode itu menjadi solusi dan jawaban dari permasalahan?". Silakan tinjau di textbooks, professional books, academic journals, scientific papers, thesis, dissertations, kira-kira apakah metodologi/metode yang pernah dipergunakan oleh mereka cocok dengan kasus uang akan kita terapkan.
Salah satu teknik yang kerap dipergunakan untuk literature review adalah 3C+2S. Teknik ini diperkenalkan di matkul Metpen lalu.
? Compare: try to find the similarities among literatures
? Contrast: try to find the differences among literatures
? Criticize: put your own opinion on what is written in the literatures
? Synthesize: combine several literatures into an idea
? Summarize: restate the article with your own words in a concise way
Nah berikut ini contoh dari 3C+1S yang dipaparkan oleh Pak Hasibuan dan Pak Satria.
Comparing: “Menurut penelitian yang dilakukan oleh Andri (1999), kinerja IRS dengan menggunakan teknik extended Boolean lebih baik dibanding menggunakan teknik Boolean saja. Hal ini sejalan dengan hasil-hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Savoy (1995) dan Salton (1990)”
Contrasting: “Hasil penelitian yang dilakukan oleh Santoso (2006) menunjukkan bahwa gaya belajar konstruktif lebih adaptif terhadap penggunaan ICT. Hal ini bertentangan dengan hasil penelitian lainnya yang mengatakan bahwa gaya positivist yang lebih adaptif terhadap penggunaan ICT (Jones, 1998) dan (Garry, 2010)”.
Criticize: Sistem Informasi Untuk Eksekutif (EIS) dapat membantu pimpinan mengambil keputusan lebih akurat sekitar 90% dibanding tidak menggunakan EIS (Hadi, 2005). Tetapi tidak dijelaskan berapa banyak sample EIS yang disurvei dan kategori keputusan yang bagaimana yang dijadikan sebagai acuan.
Synthesize: Menurut Hadi (2005) keberhasilan suatu Sistem Informasi untuk Eksekutif (EIS) sangat ditentukan oleh tingkat keakuratan menangkap kebutuhan para eksekutif. Sedangkan menurut Amir (2006), EIS sangat ditentukan oleh kejelasan core bisnis dari perusahaannya. Dari kedua pendapat tersebut, dapat dikatakan bahwa faktor-faktor penentu keberhasilan EIS antara lain: keakuratan menangkap kebutuhan pimpinan, dan kejelasan core bisnis perusahaan.
Selamat mengkaji
4 Response to "3C+2S in Literature Review"
Terimaksih tuk mengingatkan kembali
Salam MTI I salemba
Luar biasa loh mas ve!
Keren mas Ave
Izin mampir Mas Ive
Posting Komentar