Ada tiga hal menarik tang bisa dipetik dari proses survey kualitas informasi pada tesis saya yang lalu. Tiga hal ini disusun tidak berdasarkan prioritas, namun beriringan dan malah saling melengkapi. Ketiganya tidak diajarkan di bangku kuliah, jadi perlu bantak belajar di berbagai sawah lainnya.
1. Memanfatkan koneksi
Alhamdulillah Allah mengizinkan saya "pecicilan" di beberapa "sawah" dan mempertemukan saya dengan orang-orang yang beranekaragam namun punya satu kesamaan: gemar membantu. Berbekal daftar kawan di email, phonebook, hingga social media, saya bersyukur mampu menggaet responden dari berbagai daerah di Indonesia. Tentu ada peranan Allah yang menjadikan mereka berkenan dan sempat membantu. Terlepas dari tujuan menggaet mereka sebagai responden, saya juga berkesempatan menggugah kembali silaturahim ke sempat tersendat karena perbedaan ruang saat ini.
2. Berbahasa santun
Jelas bukan hal yang mudah bagi introvert macam saya untuk mengungkapkan niat "nembak" seseorang agar mau menjadi responden. Ya iyalah, kalau asal tothepoint ya jadinya tersinggung karena mengesankan kita seenaknya saja menghubungi kalau lagi butuh. Maka perlu disusun kalimat yang nyaman dibaca. Lebih dari itu, karakter orang beragam turut mendorong saya memodif kalimat minta tolong agar sesuai dengan si pembaca.
3. Kejujuran
Lho bukannya ini sepele? Siapa bilang? >_< Justru kejujuran patut dijunjung tinggi. Pertama jujur mengenai maksud kuesioner kepada calon responden. Kedua jujur terhadap dosbing dan dosji tentang hasil survey yang diperoleh. Godaan untuk mengisi data fiktif tentu ada, namun karena ini untuk kebaikan apa layak dinodai kedustaan? #tsaah
Nuhun kepada seluruh responden, termasuk calon responden yang berhalangan untuk berpartisipasi.
No Response to "Manisnya Survey Kualitas Informasi"
Posting Komentar