Tidak banyak masjid di Pulau Jawa yang arsitekturnya "lepas" dari identitas rumah joglo. Lebih jauh lagi, sangat jarang pola arsitektur Tionghoa di dalam sebuah masjid. Memang harus diakui bahwa budaya Arab dianggap identik dengan Islam, sedangkan budaya Tionghoa disebut identik dengan Konghuchu ataupun Budha. Padahal Arab dan Tionghoa adalah sosial budaya yang tidak otomatis mencerminkan agama tertentu. Toh di negeri Tiongkok pun masjidnya memakai motif Tionghoa, serupa dengan masjid bermotifkan Jawa di daerah Jawa Tengah.
Salah satu masjid "langka" yang menjadi sorotan dan alhamdulillah sempat ikut mampir adalah Masjid Imtizaj. Masjid ini terletak di Jalan ABC, Kota Bandung. Ya, Jalan ABC, untung bukan XYZ hehee. Dengan mengandalkan warna khas Tionghoa, merah dan kuning, masjid ini tampak anggun walau tidak berukuran megah.
Ada dua poin menarik yang saya perhatikan di Masjid Imtizaj ini. Pertama soal tidak adanya ornamen bergambar naga, macan, atau hewan lainnya. Padahal ornamen-ornamen tadi merupakan ciri khas bangunan khas Tionghoa, namun si pengelola masjid tampaknya paham bahwa ornamen macam itu tidak patut ada di masjid karena berpotensi mengurangi konsentrasi ibadah. Kedua tentang tempat wudhu perempuan yang lokasinya tertutup. Agak menggelitik karena tidak jarang masjid yang malah menyediakan tempat wudhu perempuan terbuka sehingga mengkhawatirkan tampaknya aurat mereka. Tapi masjid ini memilih 'mengamankan' aurat muslimah. Saluut.
No Response to "Passing through in Masjid Imtizaj"
Posting Komentar