Pada khotbah Tarawih beberapa hari lalu (27/6), Prof. Eko Prasojo (guru besar FIA UI) menyampaikan tentang digempurnya umat muslim di Indonesia. Setidaknya ada empat idelogi yang sedang gencar-gencarnya menyerang ketahanan kita, yaitu:
-idelogi modern, direpresentasikan oleh liberalis
-idelogi kiri, direpresentasikan oleh komunis
-ideologi agama lain, contohnya kristenisasi
-perbedaan-perbedaan dalam Islam, dan ini kerap ditarikukur sebagai sumber perpecahan kaum muslimin
Selain empat jenis gempuran yang sudah jelas eksistensinya, ada pula 6 megatren (yang diperkirakan s.d. 2030) bakal menggentayangi kita umat muslim. Permasalahannya, belum ada organisasi formal yang berperan mengantisipasi hal-hal berikut, bahkan s.d. 15 tahun ke depan
Berikutnini 6 megatren yang dimaksud:
- Globalisasi 2.0, diindikasikan berpindahnya pusat pertumbuhan ekonomi dunia dari kawasan Barat k kawasan Timur (Tiongkok, Jepang, Korea Selatan)
- Environment crisis, yaitu terjadinya kelangkaan sumber daya yang menyebabkan terjadi perebutan antarnegara hingga kasus-kasus korupsi seperti, penggelapan ekspor yang tidak masuk negara
- Individualisme, yang didorong semakin besarnya nilai-nilai liberalisme yang kerap bersembunyi di balik label HAM atau hak asasi manusia, contoh konkretnya dijumpai pada eksistensi LGBT
- Techonological convergensi, berbagai rupa teknologi berkembang pesat diantaranya teknologi nano, robotik, termasuk TIK; permasalahannya kurang responsif kebijakan negara untuk mengatur dampak negatif yang terjadi, terutama menyangkut konflik sosial
- Demographic change, yaitu perubahan profil demografi masyarakat yang mengalami kekurangan stok pemuda, sedangkan angka masyarakat tua semakin membengkak; fenomena ini dipicu perilaku enggan menikah, lebih jauh lagi perilaku demikian akan mengancam keberlangsungan generasi muda umat Islam
- Digital era, berwujud ketergantungan manusia pada teknologi
Mengapa umat islam terlambat menanggapi hal-hal tersebut? Menurut Prof. Eko, penyebabnya ada tiga, yaitu:
-ibadah yang dilakukan berkutat pada yang bersifat ritualitas (maghdogh), namun ibadah2 yang bersifat longgar (ghoiruh maghdogh) kurang diperhatikan, misalnya bagaimana ber-muamalah
- Masih adanya paradigma bahwa Islam masih bersifat spiritual, seolah2 Islam hanya urusan batiniah yang hanya ada di tempat ibadah, tidak hidup di politik, ekonomi
- Islam masih bersifat individual, seolah-olah jika diri sendiri uidah beribadah maka sudah cukup
Di sinilah urgensi bulan Ramadhan sebagai momen untuk memperbarui hidup kita. Maka kita patut meraih dua hal di Ramadhan ini, yaitu akhlakul karimah dan juga maghfiroh.