Lama menjadi wacana, alhamdulillah akhirnya bisa terealisasi menulis reviu film MARS: Mengantar Ananda Raih Semesta. Kebetulan film ini "telat" beberapa hari dari Hari Pendidikan Nasional dimana pendidikan menjadi nilai inti film ini, mungkin menghindari kalah pamor dari AADC2 dan Civil War. Eh, kebetulan juga saya telat juga menulis artikel ini, entah alasan saya apa hehee. Tema pendidikan terpancar dari toga yang terpampang di posternya, sekilas treasernya dibumbui panorama khas pedesaan. Ah ini pas dengan selera saya. Maka bersambutlah gayung yang terkendala jarak. Ya, film ini terkendala jangkauan edar lantaran sebagian besar bioskop mayor sedang asyik dengan film nostalgia "galih vs ratna junior".
Film ini dibawakan alurnya dengan sederhana. Tidak perlu banyak berpikir kenapa begini kenapa begitu. Memang beberapa detail adegan di film ini tidak sedramatis film-film lain, tapi bukan itu gagasan utamanya. Pesan moral tentang pendidikan, ini gagasan utamanya. Memang terkesan pragmatis seperti bermain "bus parking" ala Mourinho, namun gagasan pendidikan bukan tema yang membosankan. Selalu ada perasaan yang menggugah dan tergugah. Selalu ada nostalgia atas kemiripan situasi, baik tentang karakter ataupun alur peristiwa. Termasuk saya yang sempat terharu (bukan karena perjuangan menuju BlokMsquare yang jauh dari kosan) tatkala sosok ibunda yang tegar memilih jalan sekolah bagi anaknya. Keterbatasan finansial, duka tatkala suami meninggal, bandelnya si anak, hingga jarak sekolah ke rumah, ah semuanya saling mengisi sebagai keunggulan film yang memang tampil sederhana ala kadarnya.
Bahkan akhir cerita yang sangat "mendampar" tatkala si Sekar Palupi yang lama tak pulang ternyata sudah ditinggal ibunya meninggal. Dari sini sentilan yang "pecah" bahwa janganlah melupakan orang tua yang berhasil mengirim kita merantau untuk penghidupan lebih baik, bisa jadi di balik gemericik prestasi di tanah rantau ternyata orang tua kita telah berlalu.
Salut untuk nilai luhur film ini
No Response to "Review: MARS"
Posting Komentar