Evaluasi merupakan hal yang sangat vital dalam proses peningkatan kualitas. Memang, akan selalu ada upaya membela diri atas sorotan negatif yang disematkan pada kita, namun itu adalah harga 'mahal' yang sudah wajar jika kita ingin menyuguhkan yang terbaik. Sekali lagi, kritik dalam jangka pendek merupakan potret kegagalan [yang lebih dominan daripada keberhasilan], tapi ini adalah modal besar agar kita tahu apa yang perlu kita benahi.
Begitu juga peran seorang dosen yang 'wajib' rela untuk dinilai oleh mahasiswanya. Ini bukan semata mahasiswa sudah membayar SPP, sedangkan gaji/honor dosen bersumber dari SPP mahasiswa. Ini tentang timbal balik antara pendidik dengan yang dididik, tentang keseimbangan antara pengirim pesan dengan penerima pesan, tentang sosok yang ingin didikannya lebih baik dengan sosok yang sedang dididik dan tentunya ingin lebih baik dari pendidiknya. Evaluasi dosen merupakan hal aktivitas yang jamak terjadi, baik di perguruan tinggi negeri maupun swasta. Saat S1 di kampus swasta, pun saat S2 kampu negeri, saya selaku mahasiswa memberikan masukan, saran, hingga skor persepsi kepuasan. Pengisian tentunya tidak berniat menjatuhkan, tapi membisikkan apa yang jadi potensi untuk diperbaiki.
Itu pula yang saya terapkan selaku dosen di 5 kelas semester ini. Dengan ekosistem masing-masing yang beragam, dua kelas mahasiswa tahun pertama serta tiga kelas mahasiswa semester 6-10, plus saya masih belajar menjadi pendidik di lingkungan S1. Tentu saya prlu banyak belajar dan mengevaluasi. Kebetulan secara regulasi hanya ada satu kali pengukuran kepuasan mahasiswa dan pemberian saran oleh mereka kepada dosen, yaitu di akhir semester. Secara frekeuensi, tentu hal tersebut memiliki kelemahan, yaitu baru 'curhat'-nya mahasiswa atas keluhan, inspirasi, hingga keinginan yang belum terwujud justru barulah terungkap di akhir semester. Pertanyaannya adakah kesempatan si dosen memperbaiki diri pasca-dirinya mengetahui curhat-curhat tadi di akhir semester/ Tentu dirinya baru bisa memperbaiki di semester berikutnya, itu pun peserta didiknya sudah berbeda. Karena itulah, saya lebih sreg untuk melakukan survei kepuasan serta penerimaan kritik/saran pasca-UTS. Penyebabnya adalah dapat diketahuinya 'curhat-curhat' sebelum terlambat.
Evaluasi Dosen [tahap 1]
Kamis, April 06, 2017 by
Arfive Gandhi
Posted in
Kuliah
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
No Response to "Evaluasi Dosen [tahap 1]"
Posting Komentar