Braga Culinary Night

Bandung, lagi-lagi menyuguhkan event kreatif yang sayang untuk dilewatkan di awal tahun 2014 ini. Nama acara yang jadi sorotan saya adalah Braga Culinary Night. OK tiga kata di nama hajatan ini sudah mendeskripsikan acara tersebut, where: Braga; what: Culinary; when: Night. Dengan menggaet social media sebagai sarana menghebohkan promosi, acara ini memang sukses menyedot atensi masyarakat Kota Bandung dan sekitarnya untuk hadir, bahkan kaum urban dari Jakarta pun ada yang sengaja mampir ke acara ini. Saya sendiri termasuk kategori kedua sekaligus ketiga dimana tugas meliput dari studio Indonesia Kreatif jadi alasan penguat untuk datang dan menikmati relaksasi otak setelah berhari-hari (harusnya) ngoding di studio. 

Peliputan kali ini terdiri dari 3 orang, yaitu Ferri (kontributor asal Bandung), Sari (desainer tim IK yang jadi fotografer) dan saya sendiri. Event ini harusnya kick off pada 18.00 namun karena faktor cuaca terjadi keterlambatan. Kejadian penuh nostalgia sudah terasa ketika menginjakkan kaki di sini sejak jam 5 sore dimana ko berseliweran anak Telkom University dan alumninya, oh ternyata kawan-kawan di TOS juga berpartisipasi di acara ini :)

Sore menjelang Maghrib (ya iyalah..masa sore menjelang Subuh :v)

Suasana di Konferensi Pers

Bada Maghrib, kami bertiga langsung meliput di press conference di La Braga dimana langsung dihadiri oleh Wali Kota Bandung, Ridwan Kamil. Di kesempatan tersebut beberapa pesan beliau sampaikan. Pertama mengenai tujuan dari acara ini, yaitu untuk mewujudkan kebanggaan akan Kota Bandung. Hal ini memang betul, salah satu cara untuk meningkatkan pembangunan "lahir dan batin" adalah mengawalinya dengan membangkitkan rasa cinta dan bangga terhadap kota tersebut. Dan selama ini ancaman terbesar yang selama ini membayangi pembangunan di Kota Bandung adalah faktor kebanggaan. Tujuan lain penyelenggaraan acara ini tentunya menjaga kelestarian kuliner di Indonesia. Selain itu, alasan yang tak kalah pentingnya adalah menyajikan acara yang meningkatkan kegembiraan bagi masyarakat Kota Bandung (dan sektiarnya hehee). Intinya tidak usah terlalu serius dengan berbagai problema yang ada, bersenang-senanglah dan nikmatilah.

Bahan dasar mi rebus dan bakso, tapi pengolahannya menarik pisan ey

Pengen ngejus? Genjot sepeda heula mang

 Sepanjang malam itu, jalanan Braga memang disulap jadi pasar malam dengan berbagai suguhan kuliner yang beraneka ragam. Ada yang murah, agak mahal, nyaris mahal, mahal, mahal banget (fuzzy pisan). Memang segmennya terbuka untuk berbagai kalangan, usia, jenis kelamin dll, termasuk anak kos (saya masih berkutat di kasta ini). Penampilan gerai-gerai makanannya pun variatif, ada yang memakai gerobak, ada yang truk, ada yang table booth, ada pula yang menyihir mobil Volksw*agen.

Suasana malam itu memang berjubel berdesakan, alhasil kita sebagai reporter kesulitan mencari foto yang menarik maupun korespondensi, tapi.... bukankah itu tantangan yang mengasyikan bagi reporter ya? Yang pasti eksistensi Sari selaku fotografer dan Ferri selaku penulis sangat menyenangkan disambi dengna diskusi tentang seputar kreativitas di acaranya.
Yang agak mengherankan, ternyata selain kawan-kawan TOS, masih banyak berserakan mahasiswa Telkom University di situ (termasuk alumninya). Ada Ihsan Himatel, ada Nastain IF01, ada Tegar BTS, Ega IF04, Bima TE, dan masih tak terhitung lagi. Mereka tampaknya menjadikan acara ini sebagai momen melepas penat pasca-UAS. Padahal di kawasan kampus, tiap Minggu ada ada event serupa, yaitu Dayeuhkolot Culinary Morning. Nah ini nih, udah mau pulang mendadak muncul gerombolan yang sangat familiar, they are AI Labz, bahhhhh ngapain jauh-jauh ke Braga kalau ketemu mereka wkwkwk. Alhasil pulangnya pun saya dibajak untuk bareng mereka (apa malah saya yang masang tampang mupeng y? hehe)

Rame pisan

Kekurangan ternyata harus dijumpai di event ini. Pengelolaan sampah sisa konsumsi belum terkelola baik. Begitu pula information center yang agak membingungkan tempatnya. Selain itu, eksistensi makanan lokal masih belum bisa beradu dengan makanan temporer, khususnya terkait jumlah gerainya. Well, dengan status penyelenggaraan pertama tentu segala kekurangan masih berseliweran, namun bukan orang kreatif tentunya bila tidak bisa menghadirkan solusi ayng kreatif. Ayo, siapa yang punya ide solutif? Ngacung !!!

Well, event kreatif apa lagikah yang bakal memancing saya kembali ke Bandung? :)

No Response to "Braga Culinary Night"