Rekomendasi plugin
Alkisah dalam sebuah proyek, dilakukan proses perbaikan traffic website yang entah mengapa mengalami kemerosotan drastis. Berbagai perkiraan disampaikan oleh masing-masing personel tim. Ibarat acara "Seconds to Disaster", maka satu per satu kemungkinan sebab diujikan terhadap berbagai argumentasi dengan kalkulasi *yang membuat saya termangu* :p
Dari sekian kemungkinan yang masih berpotensi sebagai "dalang" dari kemerosotan ini, salah satunya adalah kurangnya optimalisasi SEO. Padahal dalam pengerjaan website ini, plugin tentang SEO sudah dipasang, namun kenapa malah seperti ini hasilnya. Well, ternyata faktor pemasangan plugin tidak dibarengi dengan pemakaian rutin pada tiap artikel yang diterbitkan. OK, langsunglah dibahas pemakaian plugin tersebut.
Wah, ternyata plugin ini cadas juga ey. Tiap kali meng=update suatu artikel, maka akan muncul lampu indikator yang menggambarkan tingkat optimalnya parameter-parameter SEO yang dipergunakan. Dan ternyata memang *jengjrengggg*, banyak indikator yang masih bisa dieksplorasi untuk meningkatkan optimalisasi SEO ini.
Focus keyword, yaitu kata kunci yang jadi patokan Google dalam memberikan rekomendasi artikel kepada pembaca. Semakin kuat focus keyword, maka nilai rekomendasinya semakin tinggi. Sek sek, " kuat" dimananya? Kekuatan terletak pada focus keyword juga dimuat dalam article heading, page title, page URL, content, serta meta description. Untuk content, semakin banyak focus keyword ditemukan, maka kekuatannya semakin besar, sedangkan pada 4 elemen lainnya, bukan hal yang mudah untuk memunculkannya berkali-kali *apalagi di judul masa kata-katanya diulang-ulang terus*.
SEO Title, kalau menurut Yoast, definisinya begini "The SEO Title defaults to what is generated based on this sites title template for this posttype.". Kalau masih bingung, SEO Title itu yang akan muncul sebagai judul ketika muncul berbagai rekomendasi artikel. Misal kita nyari Telkom University, maka yang biru-biru itulah SEO Title
Meta description, merupakan penjelasan dari website ketika muncul di sebagai rekomendasi dalam temuan Google. Misal kita nyari artikel Telkom University, maka yang tulisan hitam di bawah URL, itulah meta description. Singkat kata, ketika muncul berbagai hasil rekomendasi Google, maka user tentunya akan membaca sekilas tentang aturan, nah sekilasnya itulah yang merupakan meta description sehingga menjadi patokan user untuk menentukan apakah artikel ini yang dicari atau bukan.
Meta keywords, ketika menyusun abstrak di sebuah skripsi kan ada tuh kata kunci, nah meta keyword sama dengan itu. Jumlahnya boleh lebih dari satu nih :)
Heading, baik h1, h2, h3 dkk, itu menjadi patokan Google untuk mendeteksi tingkat nyambung nggak-nya artikel dengan kata kunci yang telah diberikan sebelumnya
Image alt tag, ketika menyisipkan sebuah gambar, tentu akan sulit bagi Google untuk memberi penilaian seberapa kuat tingkat kenyambungan gambar dengan artikel (kan tujuan gambar untuk menguatkan konten artikel), maka Google akan menilainya dari Alt Text yang diberikan. Padahal, bagi sebagian penulis, pemberian Alt Text sering diabaikan. Sistem di kebanyakan website, termasuk WordPress adalah mengotomasi Alt Text dengan nama image, maka disarankan memberi nama image yang mengandung focus keyword *sehingga Alt Text-nya akan otomatis terisi focus keyword
Flesch Reading Ease test, yaitu sebuah formulasi yang menghitung tingkat kerumitan bahasa yang digunakan pada konten. Formula ini sederhananya menghitung keruwetan artikel berdasarkan rata-rata banyaknya suatu kata dalam satu kalimat serta banyaknya suku kata dalam satu kata. Konsekuensinya, kalimat majemuk tentu akan mempunyai keruwetan semakin tinggi. Kenapa ada penilaian seperti ini? Singkatnya, Google sebagai search engine tentu menjaga reputasi di mata user-nya dengan memberi rekomendasi artikel dan user pun tentu berharap disuguhi artikel yang tidak hanya sesuai kebutuhan, tapi juga mudah dicerna. Maka, parameter kemudahan mencerna itulah yang direpresentasikan dengan FRET ini.
Jumlah kata minimum dalam artikel. Lha, kok malah ada parameter ini? Buat apa? Well, percaya atau tidak, kita sebagai user dari layanan search engine tentu berharap memperoleh artikel yang komplet, bukan yang seiprit-iprit, maka Google akan menghitung banyaknya kata dalam sebuah konten artikel sebagai pertimbangannya, malah direkomendasikan jumlah minimalnya 300 kata. Dan oleh karena itu, pemberian shortcode pada konten artikel, perlu dikaji lebih dalam, memang, adanya shortcode memudahkan author dalam mengirimkan informasi, bahkan dapat dispesialkan CSS dan jQuery-nya, namun kalkulasi juga total kata yang dihitung oleh sistem di Google. Namun juga, kembali lagi pada strategi dan prioritas dalam mengelola konten. Baca ini dan ini
Outbound link alias hyperlink yang mengarah ke luar artikel
Nah, sebagai akhir dari artikel ini, saya mau mempromosikan plugin yang jadi "asisten" saya dalam mengolah tingkat optimalisasi SEO di artikel-artikel yang saya kelola, yaitu
No Response to "Rekomendasi SEO dan Plug in"
Posting Komentar