Dua fenomena di ISL yang #ahentahlah

Baru bergulis kurang dari seperempat musim, ISL sudah menyuguhkan telenovela yang membuat bingung. Ada yang kisah unik yang entah ada duanya serta sebuah kisah lama bersemi kembali.

Pertama tentang munculnya sebuah klub baru bernama Pusamania FC. Apa yang unik? Ini diawali konflik antara manajemen (Persisam) Putra Samarinda dengan Pusamania, fans klub Persisam. Konflik memuncak ketika manajemen secara sepihak menghapus nama "Persisam", dan mendaftarkan nama Putra Samarinda dalam ISL 2014. Markas klub yang tadinya di Segiri dipindahkan ke Palaran juga menjadi alasan. Ketidakpuasan berlanjut dengan sebuah ide gokil yang agaknya belum pernah ditemui di Indonesia, yaitu fans membentuk klub sendiri. Di luar negeri kisah yang agak mirip adalah berdirinya Inter Milan oleh sejumlah anggota klub dari AC Milan, tapi statusnya bukan klub yang didirikan oleh suporter. Nama "Pusamania FC" dipilih dan ditargetkan berlaga di Divisi Utama yang memang belum dimulai, bahkan proses verifikasi klub yang bisa berlaga pun belum tuntas. Maka, saat ini manajemen Pusamania FC tengah berencana mengumpulkan pemain lokal Kalimantan Timur sebagai SDM mengakuisisi klub Divisi Utama alias membeli lisensi partisipasinya di Divisi Utama musim ini. Well, agaknya bila Pusamania FC benar-benar berlaga di Divisi Utama dilanjutkan lolos ke ISL musim depan maka bakal ada derby yang sangat unik. Bukan sekedar duel satu pulau layaknya Sriwijaya FC-PSMS dalam derby Andalusia, bukan pula derby provinsi seperti Arema-Persebaya, bukan pula derby kota-kabupaten seperti Persib-Persikab dan Persema-Arema, ataupun derby satukota/satukabupaten seperti PSP-Semen Padang, tapi derby klub lama dengan klub bentukan suporter.
Rujukan:
http://m.bolanews.com/read/sepakbola/indonesia/66003-Klub-Bentukan-Pusamania-Bisa-Dipandang-Tinggi.html#.Uxkpn_mSwYM
http://www.mysamarinda.com/news.php?id=291


Kasus kedua sebenarnya kerab terjadi di kancah sepakbola Indonesia. Alasan jauh dari ekspektasi kembali menjadikan pemain diputus kontraknya di tengah musim. Budaya sepakbola di Indonesia memang melazimkan pemain diputus kontraknya walau karir di klub tersebut baru berlangsung separuh musim, bahkan ketika hanya "trial" pra-musim dan dianggap tidak sesuai "iklannya" maka si pemain bisa jadi gagal dikontrak oleh klub. Konsep profesional yang agaknya salah kaprah. Namun yang melanda Persebaya lebih unik karena pemain diputus kontraknya justru ketika baru berjalan beberapa laga, yaitu Patrice Ndzekou, M. Ilham, dan Leo S. Efek instan memang menjadikan klub di Indonesia dengan mudah mengakhiri perjanjian formal bernama kontrak pemain profesional. Memang pilu karena tidak mencerminkan kaderisasi dalam dunia persepakbolaan. Dengan demikian, tidak heran banyak pemain di Indonesia krisis loyalitas, hal yang wajar mengingat ancaman pemutusan klub bisa terjadi kapanpun, bahkan ketika baru beberapa laga


No Response to "Dua fenomena di ISL yang #ahentahlah"