Pasar Rebo pukul 23.00
Suasana masih seperti biasanya. Banyak yang menantikan bus walau melihat apa yang kebanyakan mereka bawa dan penampilannya agak berbeda dari biasanya.
Libur 3 hari tampak dimanfaatkan betul oleh sebagian orang, terutama anak muda untuk mendaki gunung. Walau masih didominasi kaum adam, namun jumlah perempuan bertas ransel (tipe kapsul) lumayan banyak. Fenomena menjamurnya trend mendaki gunung memang sedang menjangkiti masyarakat saat ini.
Tema yang bakal menyedot atensi penikmat film di Indonesia saat ini dipegang oleh dua tema, yaitu anak rantau ke luar negeri dan perjalanan alam. Maka tak heran begitu booming-nya film 99 Cahaya di Langit Eropa, Laskar Pelangi: Edensor, dan tentunya yang terkait artikel ini» 5 cm. Boleh dibilang judul film terakhir ini menorehkan diri sebagai titik balik melejitnya tema petualangan di alam. Efeknya pun masif, yaitu membengkaknya angka kunjungan pendaki gunung. Naasnya lokasi film tersebut (gunung apa hayoo??) malah awal tahun ini ditutup karena pencmaran lingkungan akibat pembengkakan jumlah pengunjung yang diikuti sampah yang berlipat. Asyiknya mendaki gunung yang happy ending di film itu harus diakui menyugesti masyarakat untuk mencicipi naik gunung.
Jika pemantiknya disebutkan di atas, maka mari kita susuri udara yang menyebarkan trend ini, yaitu social media. Yap... Agenda wajib (walau tidak tertulis) bagi mereka yang telah mendaki gunung adalah upload foto sebqgai bukti de jure kesuksesan mereka sebagai pendaki. Nah kalau sudah menyebar, siapa yang nggak iri?
Tentu rasa pengin ikutan bakal menjadi-jadi. Belum lagi bila lokasinya sudah antarpulau (FYI»berkunjung ke lain pulau dan negara lain sedang jadi parameter kehebatan seseorang). Siapa juga yang nggak panas hatinya ketika nggak ikut agenda naik gunung dan di socmed bertebaran foto kawan-kawannya berombongan?
Tapi emang jelek ya hobi manjat gunung?? Dimana sih jeleknya??
Wah...justru banyak banget nilai positifnya lho..
Pertama, melatih kekuatan mental-fisik
Jelas bukan hobi yang enteng kalau di lokasi haris menyusuri sungai, melewati hutan, makan seadanya, ujan mulu lagi dll. Solusi terbaiknya tentu mempersiapkan dengan matang dan bertahap. Secara idak langsung fisik dan mental terjaga. Jadi bagi yang sok sibuk sehingga malas latihan ya udah bakal kehilangan manfaat pertama ini.
Kedua, pengingat kecilnya manusia dan kebesaran Allah
Bekal terbatas, cuaca tak pasti, alat medis pun seadanya, kalau sudah begitu apa yang bisa menjamin perjalanan menyenangkan? Malah yang tampak ialah betapa kecil dan ketidakberdayaan manusia. Dan sebaliknya terbukalah mata kita akan kebesaran kuasa Allah SWT.
Bila sudah terlanjur jadi trend, maka mari tempatkan mendaki gunung sebagai hobi yang positif dan orangnya pun berperilaku positif. Kenapa? Walau kegiatan umumnya positif, namun dalam realitanya sering terjadi penyelewengan seperti buang sampah sembarangan hingga sikap arogan lantaran merasa dirinya orang pilihan yang telah menaklukan sebuah tantangan.
So...
Semangatlah membangun pribadi positif melalui hobi yang positif kawan :))
No Response to "Mendaki Gunung Gegara Film+SocMed"
Posting Komentar