Coba tanyakan ke orang sekitar "Siapa saja presiden Indonesia sejak merdeka hingga saat ini?" Kemungkinan besar jawabannya adalah "Bung Karno, Pak Harto, Pak Habibie, Gus Dur, Megawati, SBY", mungkin berbeda dikit tapi sekarang kecenderunhgannya memang begitu. Lho cenderung apa? Lihat kata "Bung" dan "Pak" yang tidak menyertai nama presiden sejak presiden keempat dan keenam ataupun "Bu" bagi presiden kelima.
Sama saja dengan ngomongin calon presiden sekarang ini. "ah jokowi capres gini gini" "ih prabowo capres gitu gitu". Sangat jarang menyertakan kata "Pak". Kata "Bapak" baru dipakai kalau ketemu orangnya langsung ya hehee.
Budaya egaliter memang deras masuk di Indonesia pasca revolusi 1998. Berbagai kebiasaan yang mengagungkan pemimpin dihilangkan. Intinya semua sama. Intinya kini era bebas. Padahal egaliter yang kita aplikasikan harusnya tetap memperhatikanv adat budaya kita punya. Memanggil orang lain (apalagi yang lebih tua) maka sangat tidak.dianjurkan langsung nama. Kalaupun ada kalimat informasi yang tidak memakai nama maka gunakan nama lengkap.
Siap presidenmu? SBY
Siapa gubernurmu? Jokowi (kalau lagi di DKI), Aher (Jabar mode ON), Ganjar (kembali ke Jateng)
Siapa ayahmu? hayooo...berani nggak?? pasti tengok kanan kiri
Terlepas dari berbagai kekurangannya, kita masih harus menghormati orang lain dengan tetap menyematkan sebutan yang layak. Memang saya sendiri sering ngucapkan nama dan lupa label "Pak" ketika membicarakan sosok-sosok pemimpin di negeri ini. Mereka bukan untuk dipuja tapi untuk dihargai karena mereka representasi dari negara, provinsi, hingga daerah yang dipimpinnya.
Lupa Adat
Minggu, Juni 15, 2014 by
ve
Posted in
BEM
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
No Response to "Lupa Adat"
Posting Komentar