Judul di atas sifatnya denotatif, khususnya terkait kata "terhanyut"..
Kisah ini diawali sebuah kesepakatan mengadakan kegiatan penjelajahan bagi peserta kelas X di sebuah hari Minggu oleh skuad DA 2006/2007. Lokasi dimulai dari Lapangan Sparta Smansawi dilanjutkan jalan kaki ke Sungai Gung kawasan Dukuh Salam. Semua sudah terencana dan sangat lancar di awalnya.
Cepat-cepatan memecahkan sandi lancar
Jalan kaki dari Sparta ke pinggir Sungan Gung lancar
Halang rintang di hutan Dukuh Salam pun lancar
hingga mendadak kang Arief mengajak saya mempersiapkan agenda penyeberangan
Baru separuh lebar sungai mendadak saya goyah dan mengalami roll depan (tanpa keteraturan) tiga kali dan akhirnya harus dipapah seorang mas mas yang lagi ada di pinggir sungai, (mungkin dia semacam "baywatch versi Sungai Gung)
Lantaran masih sempoyongan maka saya diminta tetap di seberang sungai sedangkan mas Arief mengondisikan peserta kelas X di tempat asal. Agaknya ini juga mengawali kisah terhanyut yang kedua. Lho ada yang kedua kah?
Nyaris sejam saya menanti bengong dan mulailah luntur ketampanan saya :p
Akhirnya saya berteriak-teriak berharap kawan-kawan yang masih di tempat awal mendengar, padahal jaraknya sekitar 50 meter. Jelas tidak terdengar... Akhirnya kembali menanti... Eh, ternyata ada beberapa yang menengok, langsunglah mba Esti menanggapi teriakan saya dengan teriakan yang juga tidak jelas. Ya ibaratnya ada dua manusia purba berbeda bahasa saling meneriaki wkwkwk Tak kehilangan akal ternyata mba Esti, langsunglah dia pecicilan mengirimkan semaphore. Dan tebak apa yang terjadi pada saya? Saya hanya membalas dengan kedua telunjuk menunjuki mata hehee ya iyalah 'kan saya lagi nggak bawa kacamata alias nggak bisa melihat jelas wkwkwk...Setelah hampir 15 menit lebih akhirnya kami pun saling putus kontak (putus kontak semaphore lho y..bukan putus dalam konteks lain). Kini tujuan saya cuma satu, yaitu menuju tempat awal di seberang sana.
Well, akhirnya saya memutuskan untuk menyusuri sawah pinggir sungai (tanpa tahu kepastian jalan) sembari berharap menemukan cahaya, mmmm, seriusan waktu itu cuma mengikuti sawah tanpa tahu persis apa yang jadi tujuan. Akhirnya sampai juga di sebuah tempat dimana beberapa bebatuan berdekatan dan arus agak lemah, mmm, kayaknya aman buat menyeberang. Bener sih udah 2/3 lebar sungai kondisi aman, eh eh eh, ko mendadak arus jadi deras y?? Awhhhh, saya terhanyut sekian belas meter dan (ini seriusan) saya mulai berpikir membayangkan wajah sama muncul di koran dengan berita "ditemukan bla bla bla" (naudzubillah). Bersyukur masih diberi keselamatan berupa badan ini menabrak sebuah batu yang besar. Penuh perjuangan untuk merangkak menuju ke atasnya. Alhamdulillah akhirnya berhasil menyeberang. Tanpa banyak istirahat, langsung menuju ke lokasi peserta kelas X.
Dan speechless banget ketika di sana justru mereka baru mau menyeberang. Dengan alibi "kedinginan" saya hanya jongkok di pinggir sungai sedangkan yang lain perlahan lahan menyeberang dengna modal seutas tali dadung. Hampir setengah jam mereka stuck akhirnya saya beranikan diri untuk ikut menyeberang. Di sinilah akhirnya saya mencetak hattrick terhanyut ketiga kalinya, yupss, badan sempat rubuh dan syukurnya langsung ada seorang kawan langsung menarik badan saya kembali berdiri. Ternyata semua yang berpegangan ke tali dadung hampir semuanya rubuh karena kesalahan strategi dan estimasi terhadap kecepatan arus sungai. Perjalanan pun segera dihentikan.
Di saat pulang, di tengah obrolan, mereka baru mengetahi kalau ternyata hilangnya saya satu jam lebih dikarenakan "petualangan yang menghanyutkan" itu. wkwkwkwk
Terhanyut Masa Lalu 2007
Sabtu, Juni 28, 2014 by
ve
Posted in
Pramuka
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
No Response to "Terhanyut Masa Lalu 2007"
Posting Komentar