Seorang anak yang punya bakat public speaking yang luar biasa, tangkas dalam kegiatan outbond, hingga lihai mempraktikkan tarian daerah, akan tetap saja dianggap "tidak lebih cerdas" dari jika IP-nya berkutat di 1 koma ,sedangkan teman-temannya yang lain ber-IP 3 koma.
Dalam hidup kita akan membatasi diri ataupun dibatasi dengan adanya berbagai hal yang menjadi orientasi, definisi, serta perspektif. Orientasi apa yang jadi acuan kita dalam menargetkan akan menjadi seperti apa kita. Definisi apa yang kita gunakan untuk membedakan dengan jelas mana yang sesuai orientasi kita, mana yang tidak, serta bagaimana hal-hal yang sifatnya abu-abu bisa kita condongkan warnanya. Perspektif sebagai gaya melihat suatu gejala bagaimana yang kita pilih.
Bagi orang yang (maaf) atheis, maka orientasi untuk memenuhi perintah agama sudah punah sehingga baik buruk suatu hal akan didasarkan pada nalar. Hal yang berbeda terjadi ketika seorang yang beragama mempunyai pegangan perintah Tuhan dalam kitab suci-Nya sehingga kita akan mengesampingkan egoisme berlogikanya. Selama agama melarang, maka itulah pantangan baginya. Apakah berarti agama kolot? Bukan kolot, tapi kemampuan berpikir kita saja yang terbatas dan kita juga yang lemah sehingga mudah diperdaya sikap membangkang. Bahkan dua argumen terakhir pun bagi saya merupakan cerminan seorang yang beragama.
Korea Utara dengan doktrin yang kuat dari penguasanya tentu menjadikan mereka mengidolai presiden mereka hingga berteriak histeris tatkala melihatnya. Hal yang tentu berbeda di negeri ini ketika di berbagai social media justru muncul komik ataupun meme mengambil topik sang presiden. Padahal sama-sama presiden, kok beda perlakuan ya? Tentu ini dikarenakan cara berpikir yang sudah tertanam dan diajarkan lingkungan sekitarnya. Dengan demikiann orientasi, definisi, hingga perspektif erat kaitannya dengan budaya berpikir yang ada wilayah tersebut. Fenomena blusukan saat ini sangat nge-trend tentu karena menjadi hal yang unik di tengah kebiasaan pejabat daerah yang sering digambarkan berkarakter glamor dan jauh dari masyarakat. Ketika ada seorang pemimpin daerah yang sering mendatangi warganya maka akan jadi fenomena.
Pasca perang dunia II, ada dua berpikir yang saling berebut pengaruh di bumi ini, yaitu liberalisme atau sosialisme. Masing-masing mempunyai cara berpikir yang mengagungkan apa yang menjadi standar terbaik versi mereka masing-masing. Ujung-ujungnya akan ada pembagian tiga kelompok negara, misalnya bagi negara liberalis memandang tiga kelas, yaitu yang maju (diisi oleh negara yang sama-sama liberalis), negara agak maju (diisi negara yang tidak liberalis maupun tidak sosialis), serta negara yang tidak maju (diisi negara sosialis). Begitu pula sebaliknya bagi negara sosialis. Untuk lebih memperkuat cara pandang maka berbagai publikasi ilmiah tentang cara pandang mereka masing-masing pun diterbitkan. Keduanya saling beradu hingga akhirnya Soviet, si penyangga sosialisme dunia pun tumbang. Dengan demikian cara berpikir liberalisme mengambil alih orientasi berpikir di dunia ini. Melalui perdagangan, politik, hingga hiburan kini mengacu pada apa yang menurut negara Amerika Serikat benar. Kebebasan pers saat ini mengacu pada lingkungan pers di negara itu. Musik pun kini berkiblat ke negara yang sama.
Efeknya bagi negara seperti Indonesia mulai terasa dimana mau tidak mau akan menghadapi pasar global. Malah, berbagai minuman beralkohol yang tidak haram bagi mayoritas masyarakat Amerika Serikat pun kini sudah memasuki gerai-gerai minimarket di Indonesia. Untuk urusan bahasa pun kini tak bisa disangkal bahwa Bahasa Inggris sudah memperoleh pengakuan sebagai bahasa internasional, bukan Bahasa Jepang, Mandarin, Arab, Spanyol dll. Walaupun Brazil, Italia, dan Spanyol juara piala dunia di 3 edisi terakhir namun kita tentu sepakat tidak menjadi acuan kita memilih bahasa asing.
Pola pikir tentang definisi sesuatu pun kerap diidentikkan dengan objek tertentu.
Demokrasi itu ya Amerika Serikat
Khalifah itu negara jazirah Arab
Komunis itu Kuba
Mau kayak apa kondisinya kalau demokrasi ya standarnya negara Amerika Serikat, titik.
Orientasi, Definisi, dan Perspektif
Senin, Juni 09, 2014 by
ve
Posted in
Entrepreneur
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
No Response to "Orientasi, Definisi, dan Perspektif"
Posting Komentar