Haji tahun ini barangkali akan dikenang oleh muslim sedunia. Jelas faktor insiden di Mina menjadi peringatan jelas bagaimana "raport merah" tentang pelaksanaan ibadah haji, walau hingga saat ini belum pasti pangkal masalahnya dimana. Terlepas dari khusnudzon bahwa jemaah yang wafat di tanah suci patut disebut sebagai syahid, insiden itu menandakan bahwa banyak yang patut dibenahi. Ok... Ulasan tntang haji itu tidak saya perpanjang lagi.
Saya lebih ingin merenungi makna haji yang notabene rukun Islam kelima. Rukun yang persiapannya bukan sekedar satu jam dua jam. Bahkan jika puasa persiapannya sebulan sebelumnya, mak ibadah haji perlu bertahun-tahun. Beberapa hari lalu di BIM, saya berpapasan dengan rombongan haji yang baru pulang. Dari penampilan estimasi saya usia mereka 50 tahun ke atas. Ya, di Indonesia sangat jarang menemukan jemaah haji dengan usia kurang dari 50 tahun.
Sempat saya 'menguping' sebuah pengajian di Pusdai bahwa haji dipersiapkan dari 3 hal: kemauan (komitmen), kemampuan (finansial), dan kesempatan (waktu). Akar utamanya adalah komitmen memang, tapi bicara kenyataan, situasi berupa nominal tabungan dan kesibukan karir kerap menggoyahkan komitmen.
Kita tak pernah tahu apakah usia kita mencapai 50 tahun tidak (usia lazimnya orang berhaji).
Bismillah mulai hari ini kita persiapkan tiga hal tersebut. Bahkan di sebuah sholat Jumat, khotibnya berpesan bahwa agar semangat berhaji itu terjaga, dari sekarang kita harus mulai perbanyak membaca literatur dan cerita tentang haji. Jangan menunggu kepastian tahunnya.
Bismillah
No Response to "Haji ya? Hmmm"
Posting Komentar