Keberadaan saya dan istri saya (dua paling kiri pembaca) bukan berarti kami menikah lagi lantaran faktor talak (naudzubillah). Bukan pula menjadi stunt-men di sebuah acara resepsi pernikahan. Melainkan transformasi dari "tamu" menjadi "bagian" dari masyarakat Minang secara perlahan. Kebetulan istri saya ibunya adalah suku Minang sehingga nuansa Minang kental pada dirinya di samping budaya suku Aceh dari ayahnya (dan kini keduanya merupakan orang tua saya juga).
Jadi begini gaes *gaya pak BR
Pada hari itu yang melangsungkan akad adalah Ni Vina beserta suaminya, Da Dodi (tiga dan empat dari kiri pembaca). Nah, acara hari itu juga bertepatan dengan "Ciek naik Ciek turun" dimana Bang Aris beserta istrinya, Ni Rikha (nomor 4 dan 3 dari kanan pembaca), kebetulan persis sepekan dari akad mereka berdua. Istilahnya sekaligus "unduh mantu" (istilah yang memancing naluri anak informatika banget nih). Yang paling kanan adalah Bang Didi beserta istri yang sudah menikah beberapa tahun lalu, namun resepsi pasca-akad saat itu hanya dalam versi Sunda, belum dilangsungkan versi Minangnya.
begitulah luar biasa khasanah budaya Bangsa Indonesia
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
No Response to "Me-Minang Silaturahim [3]"
Posting Komentar