Orang lebih banyak membahas "berani banget finalnya di Jakarta". Ya tahulah rivalitas Viking vs The Jack yang justru lebih meletup dan menyingkirkan rivalitas keduanya dengan Kampak, Bonek, hingga Aremania. Tapi bagi saya secara pribadi. Final ini memiliki makna yang melebihi itu. Barangkali faktor sebagai fans Sriwijaya FC menjadi pengalih saya dalam mengamati situasi tersebut. Ini tentang mantan #ciee
Skuad SFC saat menjuarai ISL 2012
Skuat Persib saat menjuarai ISL 2014
Jika melirik dua foto di atas, ada beberapa wajah yang kembar, bukan kembar, tapi memang itu orang yang sama. Sosok Firman Utina, M. Ridwan, dan Supardi mewakili "mesrah"-nya Persib dan Sriwijaya untuk bertukar pemain. Sedari dulu kedua tim ini memang kerap menyediakan jembatan bagi pemain-pemainnya untuk pindah. Bahkan di foto SFC di atas, ada sosok Nova Arianto dan Siswanto yang baru saja hengkang dari Persib. Di musim berikutnya sosok Dzumafo di Persib dan Hilton Moreira di SFC "dibarter" tanpa alasan yang jelas. Awal musim ini, publik dihebohkan hengkangnya Ferdinand Sinaga dari Persib ke SFC. Tapi jika boleh jujur, romantisme alumni Sriwijaya FC di kubu Persib jauh lebih kental. Perlahan tapi pasti, sosok Tony Sucipto, Achmad Jufriyanto, Tantan, dan Abdul Rachman melengkapi keberadaan trio Firman-Ridwan-Supardi. Di kubu SFC saat ini alumni Persib hanya ada pada diri Asri Akbar dan Wildansyah.
Keduanya memiliki era kejayaan tersendiri. Persib mewakili era perserikatan, sedangkan Sriwijaya mewakili tim hijrah. Persib kini menjadi raja terkini tanah air lewat torehan ISL 2014, sedangkan Sriwijaya menjelma sebagai tim kuda hitam.
No Response to "Persib v SriwijayaFC: antara final dan reuni mantan"
Posting Komentar