Mulai hari Minggu (15/5) lalu, berita olahraga mulai dihinggapi berbagai rupa berita dari cabang bulutangkis. Di saat sepakbola Eropa mulai menghentikan denyutnya plus TSC yang masih belum "panas", Indonesia dihadapkan pada sejumlah laga ketat dalam sebuah kompetisi bergengsi di cabang olahraga bulutangkis, yaitu Piala Thomas dan Piala Uber. Tidak seperti kejuaraan "terbuka" diikuti secara individu maupun tim, Piala Thomas Uber merupakan ajang yang menggunakan identitas negara. Tak heran bahwa untuk memenangi sebuah bentrokan antarnegara, perjalanan terjal yang melibatkan sejumlah laga di nomor yang berbeda.
Rekor Indonesia di Piala Thomas sebetulnya mengagumkan. Indonesia tercatat sebagai kolektor gelar juara Piala Thomas terbanyak dengan raihan 13 kali. Pengejar terdekat, yaitu Tiongkok baru mencaplok 9 kali, artinya rekor ini aman setidaknya hingga Piala Thomas tahun 2024. Permasalahannya, gelar ke-13 diraih 14 tahun yang lalu, sebuah kegersangan prestasi yang sangat memprihatinkan. Jelas ada raksasa masa lalu yang tengah tertidur dan raksasa itu adalah Indonesia. Raksasa "baru" bernama Tiongkok menjadi hantu yang merobohkan dominasi Indonesia lewat juara beruntun dari 2004 s.d. 2012. Bahkan saat mereka gagal ke final di tahun 2014 lalu, mereka menjadi tim yang meminggirkan Indonesia dalam perebutan juara ketiga.
Bagaimana dengan Piala Uber? Kiprahnya lebih memaksa kita prihatin. Koleksi trofi yang baru 3 kali ini jelas jauh dari Tiongkok 13 trofi dan Jepang 5 trofi. Bahkan, trofi ketiga Indonesia persis dua dekade yang lalu. Memang di ajang ini, Indonesia belum punya tradisi yang mengesankan.
Bagaimana dengan Piala Uber? Kiprahnya lebih memaksa kita prihatin. Koleksi trofi yang baru 3 kali ini jelas jauh dari Tiongkok 13 trofi dan Jepang 5 trofi. Bahkan, trofi ketiga Indonesia persis dua dekade yang lalu. Memang di ajang ini, Indonesia belum punya tradisi yang mengesankan.
Kebetukan atau tidak, penyelenggaraan Piaka Thomas dan Uber (15 s.d 22 Mei 2016) ini akan bertepatan dengan pekan kebangkitan nasional yang puncaknya ada pada Hari Kebangkitan Nasional (20 Mei). Sebuah momen yang sangat pas sebagai pengingat makna kebangkitan bagi dunia bukutangkis Indonesia. Boleh dikata, bulutangkis Indonesia sedang dalam kondisi yang tidak sehat, walau tidak separah sakitnya sepak bola. Adat bawa pulang medali emas dari Olimpiade 1992 kandas di Olimpiade 2012 lalu.
Semoga partisipasi Indonesia pada Piala Thomas dan Uber 2016 di Kunshan, Jiangsu, Tiongkok ini menjadi titik kebangkitan.
Kebangkitan untuk mengakhiri "puasa" di kedua kompetisi ini.
Kebangkitan pula untuk menuju Olimpiade 2016 di Rio de Janerio.
Kebangkitan jua untuk menunjuk Asian Games di tanah Indonesia sendiri
Semoga partisipasi Indonesia pada Piala Thomas dan Uber 2016 di Kunshan, Jiangsu, Tiongkok ini menjadi titik kebangkitan.
Kebangkitan untuk mengakhiri "puasa" di kedua kompetisi ini.
Kebangkitan pula untuk menuju Olimpiade 2016 di Rio de Janerio.
Kebangkitan jua untuk menunjuk Asian Games di tanah Indonesia sendiri
No Response to "Menagih Kebangkitan Bulutangkis Indonesia"
Posting Komentar