Taman Hidupan Liar merupakan terjemahan Bahas Melayu untuk objek ini. Jelas menjadi frase yang mengganjal di benak orang Indonesia. Okay, tidak pentinglah karena isinya tidak seliar yang mungkin Kawan bayangkan. Fauna di sini relatif jinak-jinak, atau setidaknya terproteksi khusus bagi fauna yang agak buas.
Motivasi saya mengajak istri dan anak saya ke sini adalah pengenalan fauna bagi anak kami yang sudah mulai "melek" dunia. Pengalaman saat kami di Aceh lebaran lalu, Aira sangat takjub melihat kucing, bebek, hingga sapi. Beberapa pamflet Wildlife pun menyuguhkan pengalaman interaksi yang relatif intim dengan fauna, yaitu mengelus dan memberi makan langsung. Tentu hal ini tidak berlaku pada hewan buas pemirsa. Jelas aktivitas yang menarik bagi orang tua yang ingin mengenalan fauna pada anaknya.
Kenyataannya memang kami sangat puas atas pengalaman berinteraksi dengan fauna di sana. Terlebih Aira anak kami. Mulai dari ragu-ragu saat burung-burung berkumpul memaruk ringan makanan di tangannya. Klimaksnya tentu berkejar-kejaran dengan kelinci. Kami perlu menyiapkan strategi khusus agar Aira tidak nangis saat sesi akrab dengan kelinci harus disudahi. Kalau ada rezeki dan bakat, rasanya ingin memelihara fauna di rumah. Tapi ... ya begitu lah hehee. Melihat tingkat Aira yang sangat senang berinteraksi dengan fauna hingga berkejar-kejaran, saya perlu mengurungkan niat mengajaknya dan istri wisata ke Pulau Komodo (selain memang anggarannya yang tidak ada).
No Response to "Langkawi#10: Menyibak Langkawi Wildlife Park"
Posting Komentar