Selama lebaran kemarin, sejumlah pertanyaan dilontarkan kepada saya dan rekan-rekan saya yang berprofesi di bidang IT. Singkat kalimat "bikin website berapa harganya?". Bukan pertanyaan yang mudah dijawab. Tidak berarti kami yang di dunia IT ini plonga plongo tapi penentuan harga pembuatan website merupakan mekanisme pasar yang tidak mudah.
Bahan Baku
Jika kita ditanyai harga jual sebuah kursi tentu yang kita jadikan patokan adalah harga bahan bakunya, yaitu kayu, serta material penunjang, seperti paku, cat, plistur. Dalam hal ini website sifatnya agak "gaib". Bahan baku website itu apa ya? Hmm... Tentunya code alias rangkaian karakter yang diolah komputer menjadi objek (yang agak gaib) sesuai permintaan. Tidak seperti bahan baku kayu yang semakin banyak semakin mahal, code justru ada kalanya bisa diperingkas jumlah file maupun jumlah barisnya untuk efisiensi. Semakin efisien harganya makin tinggi, tapi sulit mengukur kuantitas yang layak dan standar dalam proses ini.
Ada code yang beli nggak
Dalam membuat website bisa jadi dipakai code. buatan orang yang didapatkan dengan cara membelinya, tentu opsi ini akan berdampak pada harga website itu sendiri. Dampaknya bagaimana? Lagi-lagi sulit menjustifikasi apakah website yang menggunakan code 100% buatan si programmer patut dihargai lebih mahalkah daripada website yang code-nya hasil beli.
Fitur yang disediakan
Sama seperti menanyakan harga sebuah kamar kos yang tentu bakal ditanya balik "mau yang isi apa saja?". Begitu pula harga website, "mau yang fiturnya apa saja". Ambil contoh website milik sebuah toko. Website yang hanya menampilkan produk tapi urusan tetek bengek transaksi di luar web akan lebih murah dibandingkan website yang juga dipakai untuk proses transaksi.
Proses pembuatan
Ini terkait poin sebelumnya. Ketika fitur yang diminta semakin banyak maka makin lama pula waktu yang dibutuhkan. Ibaratnya mengerjakan 7 item yang lebih cepat daripada 20 item.
Layanan penunjang
Website bisa diibaratkan kita membeli HP. Kita perlu pulsa, sinyal, nomor kontak orang lain, kartu SIM, hingga memori eksternal. Untuk jaringannya kita perlu bandwidth. Untuk penyimpanan konten dan database kita perlu hosting. Ada jasa pembuatan website yang meng-include-kan layanan penunjang, ada pula yang tidak.
Keamanan
Kenapa saya pisahkan poin ini tersendiri? Karena ini termasuk faktor yang terlihat sederhana namun bisa bikin runyam jika terjadi masalah. Keamanan yang tinggi tentunya menuntut penanganan yang spesial, sehingga wajar jika harganya melonjak.
Nama Si Penyedia Jasa
Ini "nama" bukan berarti makin panjang nama perusahannya makin mahal lho ya...
Maksudnya adalah seberapa tingkat kematangan organisasinya. Untuk jasa pembuatan website yang dikelola 1-beberapa orang sebagai sambilan jelas tidak punya daya tawar yang besar untuk mematok harga tinggi. Begitu pula organisasi yang masih tumbuh dan berorientasi pada portofolio, harga yang sedang akan jadi prioritas kesekian karena fokusnya adalah menambah jam terbang.
Kemampuan Mengemas
Dipakai atau tidaknya serta sedikit atau banyaknya pemakaian sebuah website tidak ditentukan dari seberapa banyak nan canggih fitur di dalamnya. Justru yang paling utama adalah kesesuaian dengan kebutuhan calon penggunanya. Selain itu, desain visual yang menarik serta pengemasan promosi yang berkualitas akan menjadikan suatu website nominal harga jualnya dapat meningkat.
Setelah menyimak berbagai faktor tadi, maka jangan heran jika ada web yang cukup dengan 150 ribu tapi ada yang sampai puluhan juta.
Harga Website
Senin, Agustus 04, 2014 by
ve
Posted in
Eksperimen,
Entrepreneur
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
No Response to "Harga Website"
Posting Komentar