Seorang muslim (yang baik) adalah yang tangan dan lisannya tidak menyakiti orang lain( HR Bukhori)
Kalimat itu sederhana tapi realisasi tentu panjang pembahasannya. Tadi pagi sendiri sebuah cerita dari kawan satu meja makin membuat saya yakin bahwa cara menyampaikan maksud dapat lebih penting daripada isi informasinya. Dia bercerita tentang dua temannya adu argumentasi tentang pacaran vs ta'aruf.
Tiap orang tentu punya sudut pandang sendiri yang bermuara pada sikapnya, baik tegas akan pro ataukah kontra, atau malah ragu-ragu. Hanya saja keasyikan debat menjadikan kita malah lupa hakikat/esensi apa yang didiskusikan. Gengsi sudah jadi prioritas. Maka tak heran jamaknya debat buta yang lebih kekanak-kanakan daripada anak SD.
Terlepas dari apa yang jadi pendirian individu, berhati-hatilah dalam menyampaikannya. Mungkin maksud hati melucu, tapi bukan nggak mungkin cara menyampaikan malah membuat orang lain illfeel. Maksud kita baik mengingatkan kewajiban berkerudung, tapi akan menimbulkan rasa sakit hati ketika cara menyampaikannya dengan cara meledek, menyindir dll yang membuat kita seolah paling suci.
Orang kita ledek, sindir, tertawakan sangat mungkin di masa mendatang nanti justru lebih baik dari kita. Malahan, nggak ada asuransi bahwa kita masih lebih baik dari orang lain di beberapa menit ke depan.
Nyindir orang lain yang sedang berpacaran dengan berbagai perumpamaan. Memang awalnya ke orang lain, nah kalau ada teman yang tersinggung dengan cara mengajak kebaikan bagaimana?
Cara berdakwah yang mengumbar penjelek-jelekan justru membuat orang menganggap Islam itu jelek. Memang benar di neraka itu penuh siksaan, tapi apa nggak ada kisah manisnya surga yang bisa dibahas?
Yuk perbaiki cara kita menyebar kebaikan :))
No Response to "Jangan mau Menyakiti Orang Lain"
Posting Komentar