Organisasi merupakan konsep yang hirarkial dan sangat bersifat sosial. Karena itu mustahil yang namanya kesuksesan yang bersifat individu. Ide brilian mungkin dilahirkan hanya oleh satu orang. Tapi bicara kesuksesan, tentunya merupakan realisasi, maka itu adalah hal yang bersifat mustahil. Memang harus diakui dalam realisasi tentu sangat jarang (atau bahkan tidak pernah) dijumpai kontribusi orang yang benar-benar persis secara kuantitatif, pasti ada yang lebih memberikan pengaruh maupun kontribusi lebih. Walau demikian, tentu kita sepakat aneh sekali ketika ada kesuksesan kolektif yang hanya terjadi karena satu individu.
Barcelona pernah meraih trofi Liga Champion di 2009 dan 2011 bukan semata faktor Lionel Messi. Jerman menggasak Argentina di final Piala Dunia 2014 bukan lantaran sosok Goetze semata. Itu di sepak bola, bagaimana dalam struktur pemerintahan?
Di dalam kepemerintahan pusat, kita mengenal adanya hirarki dari Presiden yang menaungi kabinetnya. Di dalam kabinetnya kita mengenal ada kementerian. Di sebuah kementerian ada sosok menteri, bisa juga ada wakil menteri, lalu staf ahli, direktur jenderal, dan terus ke bawah.
Di level pemerintah daerah tingkat provinsi, ada gubernur beserta wakil gubernur. Di tingkat provinsi ada pula berbagai dinas tingkat provinsi, misalnya Dinas Pendidikan dan Kebudayaan. Dan yang namanya gubernur dan wakil gubernur berada di dalam koordinasi presiden dan wakil presiden melalui sosok menteri dalam negeri.
Makin turun ke bawah ada pula wali kota beserta wakil wali kota dan juga bupati serta wakil bupati yang memimpin di ranah "sub" dari provinsi, yaitu kabupaten atau kota. Belum lagi kita hitung pula jajaran dinas di tingkat kabupaten dan kota. Kalau mau diteruskan, hayuk kita runuti hingga kecamatan, desa/kelurahan dst sampai dengan seorang warga negara.
Karena itulah, sangat naif ketika sebuah daerah meraih suatu keberhasilan lantas diklaim kesuksesan oleh seorang gubernurnya, seorang wali kota.
Kenapa naif? Karena sosok selalu digaungkan adalah sosok nomor 1-nya, apa kabar nomor 2-nya? Selalu ada motif politik di dalamnya. Karena itulah ketika seorang gubernur diberitakan sukses maka sebisa mungkin dikisahkan itu karyanya, tidak ada peran wali kota/bupati yang dipimpinnya, boro-boro wali kota/bupati, wakilnya saja diredupkan. Begitu pula saat ada wali kota/bupati yang karir popularitasnya menanjak maka akan dianggap sebagai ancaman masa depan terhadap penokohan si gubernurnya, atau bahkan presidennya.
So? Tinggal siapa yang perlu dielu-elukan
Bagi kita rakyat jelata? Yang diperlukan tidak lebih dan tidak kurang dari kenyamanan dalam bermasyarakat hehee
Tinggal Siapa yang Perlu Dielu-elukan
Selasa, Agustus 12, 2014 by
ve
Posted in
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
No Response to "Tinggal Siapa yang Perlu Dielu-elukan"
Posting Komentar