Tuntas sudah kiprah di sebuah "sawah" bertajuk HIMMPAS UI dua pekan lalu. Sebuah sawah yang berisikan banyak petani-petani tangguh yang telah lebih dari semusim menyemai benih-benih kebaikan. Seperti halnya musim tanam yang berganti rupa, maka akan ada petani-petani baru yang lebih muda, lebih piawai, dan punya sebuah kelebihan yang tidak dimiliki petani-petani sebelumnya. Kelebihan itu adalah kesempatan untuk berkreasi di masa depan.
Prestasi yang telah direguk tahun lalu tak pernah lebih dari sekedar histori, rekam jejak yang mungkin hanya menjadi pemanis di company profile. Namun prestasi di masa lalu itu tidak pernah bisa diedit karena masa lalu terkunci rapat dalam etalase yang "cukup dikenang" saja. Sebaliknya, kepengurusan saat ini punya keleluasaan untuk berimajinasi setahun ke depan. Hak yang memungkinkan untuk saling beradu gagasan kreatif dan rasional. Hak yang tidak akan pernah dimiliki kepengurusan sebelumnya. Hak yang perlu diimbangi banyak kewajiban, setidaknya dua: khusnudzon dan ber-ikhtiar. Saya jadi ingat quote-nya (bukan) Steve Jobs, "Sebaik-baiknya rencana adalah yang terlaksana".
Himmpas UI bukan Lem Tikus
Seseorang yang membeli mie ayam berhak protes jika di mienya tidak ada ayamnya. Tapi belum ada sejarahnya orang membeli lem tikus lalu mengeluh karena tidak ada tikusnya. Kira-kira bagaimana dengan Kawan-Kawan terhadap HIMMPAS UI ini? Termasuk yang mie ayam atau yang lem tikus? Ini bukan sekedar lelucon karena kadang ide ntitas kerap menipu penampilan. Banyak web dengan domainnya nama berbau Islami tapi isinya #AhSudahlah, belum lagi penggunaan gelar 'ustadz'oleh akun di socmed yang isinya membuat kita ingin meng-kamehame-nya. Bagaimana dengan HIMMPAS UI? Dalam hal ini, saya masih optimis mengamati bagaimana nanti output pengurus dan anggota HIMMPAS serta dampaknya bagi UI, bangsa, dan agama.
Seseorang yang membeli mie ayam berhak protes jika di mienya tidak ada ayamnya. Tapi belum ada sejarahnya orang membeli lem tikus lalu mengeluh karena tidak ada tikusnya. Kira-kira bagaimana dengan Kawan-Kawan terhadap HIMMPAS UI ini? Termasuk yang mie ayam atau yang lem tikus? Ini bukan sekedar lelucon karena kadang ide ntitas kerap menipu penampilan. Banyak web dengan domainnya nama berbau Islami tapi isinya #AhSudahlah, belum lagi penggunaan gelar 'ustadz'oleh akun di socmed yang isinya membuat kita ingin meng-kamehame-nya. Bagaimana dengan HIMMPAS UI? Dalam hal ini, saya masih optimis mengamati bagaimana nanti output pengurus dan anggota HIMMPAS serta dampaknya bagi UI, bangsa, dan agama.
Menyadur Karakter CxO
Perbedaan besar organisasi (baik negara maupun korporasi) antara besar vs kecil ada pada visinya. Visi di sini bukan sekedar tagline kalimat, melainkan jangkauan mereka meneropong. Negara Korea Selatan maju IT-nya bukan karena satu dua malam, tapi perencanaan strategis SI/TI dari era 1980-an. Bahkan mereka sudah berani mengobrolkan roadmap e-government di akhir era 1980-an. Kesuksesan FC Barcelona di era 2010-an adalah buah sekolah sepak bola yang dirintis sejak 1990-an, itulah mengapa hingga kini mereka masih kokoh di blantika sepak bola Eropa. Negara kita pun sebetulnya punya tradisi merencanakan jangka panjang, tidak percaya? Silakan tengok Repelita di era Orde Baru ataupun MP3EI di era Reformasi. Keberlanjutan pertumbuhan itulah yang menjadikan organisasi bisa tumbuh dengan pesat, tidak sekedar berpikir "hari ini makan apa?" Maka belajarlah dari tokoh-tokoh terkemuka yang mampu menggunakan perannya sebagai CxO untuk berpikir jauh ke depan. Maka, coba luangkan waktu untuk merumuskan renstra HIMMPAS UI. Dari sini kita belajar untuk menyiapkan laju pesat sebuah organisasi yang tidak sekedar setahun dua tahun. Bukankah HIMMPAS tidak dirancang di tahun ini dan setahun ke depan saja.
Perbedaan besar organisasi (baik negara maupun korporasi) antara besar vs kecil ada pada visinya. Visi di sini bukan sekedar tagline kalimat, melainkan jangkauan mereka meneropong. Negara Korea Selatan maju IT-nya bukan karena satu dua malam, tapi perencanaan strategis SI/TI dari era 1980-an. Bahkan mereka sudah berani mengobrolkan roadmap e-government di akhir era 1980-an. Kesuksesan FC Barcelona di era 2010-an adalah buah sekolah sepak bola yang dirintis sejak 1990-an, itulah mengapa hingga kini mereka masih kokoh di blantika sepak bola Eropa. Negara kita pun sebetulnya punya tradisi merencanakan jangka panjang, tidak percaya? Silakan tengok Repelita di era Orde Baru ataupun MP3EI di era Reformasi. Keberlanjutan pertumbuhan itulah yang menjadikan organisasi bisa tumbuh dengan pesat, tidak sekedar berpikir "hari ini makan apa?" Maka belajarlah dari tokoh-tokoh terkemuka yang mampu menggunakan perannya sebagai CxO untuk berpikir jauh ke depan. Maka, coba luangkan waktu untuk merumuskan renstra HIMMPAS UI. Dari sini kita belajar untuk menyiapkan laju pesat sebuah organisasi yang tidak sekedar setahun dua tahun. Bukankah HIMMPAS tidak dirancang di tahun ini dan setahun ke depan saja.
Oh iya kita punya banyak kendala, mulai dari lokasi Depok dengan Salemba, jam kuliah, udah ada yang menikah, lagi kerja, lagi PDKT#eh. Well, sampai kapanpun kendala tetap kendala kecuali ada yang mau berpikir mengelolanya sebagai peluang. Dengan kapabilitas yang dipunyai para pengurus tahun ini, saya masih menaruh bibit-bibit optimis. Optimis mereka bisa menghentikan tradisi-tradisi tertentu dan mengorbitkan adat-adat yang lebih perlu. You know what..hehee
Reason for Exist
Akhir paragraf di artikel ini adalah persuasi untuk introspeksi. Sebetulnya untuk apa ada Himmpas? Jika mantan Menkominfo pernah nge-tweet "internet cepat 'buat apa'?" dan responnya ramai, maka bayangkan ketua Himmpas UI nge-tweet "Ada @HimmpasUI ada 'buat apa'?" (Jangan lupa follow @HimmpasUI ya gaess), kira ramai tidak ya responnya? Jika ramai, apakah ramai pro, ataukah kontra, ataukah nanya "himmpas itu apa"? Semoga adanya HIMMPAS UI memiliki sebab yang masuk akal, bukan sekedar "karena UGM punya HIMMPAS dan ITB punya KAMIL". Apalagi M kedua adalah Muslim dan PAS-nya adalah Pascasarjana, jelas orang akan banyak bertanya mengapa harus ada organisasi khusus bagi mahasiswa muslim di jenjang pascasarjana.
Akhir paragraf di artikel ini adalah persuasi untuk introspeksi. Sebetulnya untuk apa ada Himmpas? Jika mantan Menkominfo pernah nge-tweet "internet cepat 'buat apa'?" dan responnya ramai, maka bayangkan ketua Himmpas UI nge-tweet "Ada @HimmpasUI ada 'buat apa'?" (Jangan lupa follow @HimmpasUI ya gaess), kira ramai tidak ya responnya? Jika ramai, apakah ramai pro, ataukah kontra, ataukah nanya "himmpas itu apa"? Semoga adanya HIMMPAS UI memiliki sebab yang masuk akal, bukan sekedar "karena UGM punya HIMMPAS dan ITB punya KAMIL". Apalagi M kedua adalah Muslim dan PAS-nya adalah Pascasarjana, jelas orang akan banyak bertanya mengapa harus ada organisasi khusus bagi mahasiswa muslim di jenjang pascasarjana.
HIMMPAS UI mungkin dirindukan bagi sebagian manusia, tapi saya lebih berharap untuk tidak merindukan HIMMPAS UI jika itu tidak bisa membuat HIMMPAS menjadi lebih baik
Depok-Bandung-Jakarta Selatan
#AkhirnyaDipublishJuga
#AkhirnyaDipublishJuga
No Response to "Himmpas yang tak Dirindukan"
Posting Komentar