Sedikit catatan dari Kajian Tauhid di Masjid BI akhir bulan lalu, semoga bisa menjadi pengingat untuk membenahi diri. Dalam kajian ini, tema yang diulas tidak terlalu luas, justru fokus namun mendalam, yaitu tentang menundukkan diri kepada Allah. Sebuah kalimat di awal kajian ini sangat memberi tamparan tentang cara berpikir kita dalam menghadapi masalah. Kalimat tersebut adalah "kita tidak dirancang untuk menyelesaikan masalah tanpa Allah". Ya memang tepat ungkapan tersebut. Allah SWT itu Maha Penolong, hanya saja ego kita yang terlampau sombong hingga kerap lupa (atau bahkan sengaja) tidak mengharap bantuan-Nya dalam menghadapi masalah. Kita malah lebih asyik dengan pendirian kita tanpa melibatkan doa-doa mengharapkan solusi dari Allah SWT. Prasangka baik kepada Allah pun kerap alfa dari benak kita.
Sebuah doa dari Nabi Yunus as menjadi inti pembelajaran pada kajian ini, yaitu sebuah doa yang dipanjatkannya saat mengalami ujian yang luar biasa hebatnya. Ujian tersebut berawal dari kekecewaan beliau lantaran umatnya yang sulit untuk didakwahi, lantas dia meninggalkan kaumnya hingga di tengah lautan dia "terpilih" untuk menceburkan diri ke laut agar kapal yang ditungganginya tidak karam. Di tengah laut Nabi Yunus as ditelah seekor paus. Pada momen di dalam perut ikan paus inilah Nabi Yunus memanjatkan sebuah doa yang kemudian dituangkan pada Al Qur'an pada Surat Al Anbiya 87 s.d. 88
"Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap" 'Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim'.
Maka kami perkenankan doanya dan menyelamatkannya daripada kedukaan. Dan demikianlah Kami selamatkanya orang-orang yang beriman"
Doa ini memiliki tiga bagian yang merupakan rangkaian kesadaran diri akan kebesaran Allah SWT sebagai pencipta
1. Mengakui kelemahan diri atau bisa disebut pula sebagai kepasrahan atas kehendak Allah SWT
2. Khusnudzon kepada Allah yang akan selalu ada untuk menguatkan kita
3. Pengakuan, yaitu introspeksi atas kesalahan diri
Akhir dari kajian ini, sebuah pesan menjadi bekal untuk menjalankan hidup (yang kerap kita sebut rumit karena cara pandang kita sendiri).
Apabila dirundung masalah, jadikan sholat dan sabar sebagai pelindung, sehingga dapat dibedakan antara menangisi masalah dengan menangisi penyebab masalah.
Review Kajian Tauhid BI 25/1
Rabu, Februari 03, 2016 by
ve
Posted in
Islam
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
No Response to "Review Kajian Tauhid BI 25/1"
Posting Komentar