Desember ini tidak bisa diasosiasikan dengan masa beristirihat. Bahkan Desember relatif berisik dengan berbagai target yang harus dicentang, baik itu proyek, akademik, dan juga riset, plus tak lupa keluarga. Perjalanan ke Thailand menjadi titik nadir yang memerlukan pemikiran matang. Inilah ICISS, konferensi internasional yang menyeret saya meninggalkan Asia ''kepulauan'' menuju Asia ''daratan''. Pattaya, terus terang saat saya belum pernah mendengar nama itu. Praktis saya baru mencari tahu tentang kota ini baru di saat saya memutuskan mengirimkan usulan publikasi ke sini. Itu pun tidak berani berharap banyak karena tahu diri. Kawan saya yang alumnus MIK sampai berujar ''wuihh itu di Pattaya ya ve'' saat saya ikut menyebarkan informasi tentang ICISS. Saya cuma balas ''iya'' tanpa tahu detail, mungkin karena saat itu lagi penat tenggat pekerjaan yang lainnya.
Saat konfirmasi penerimaan pun, PR langsung menggerayangi saya lantaran saya harus melakukan revisi super duper mayor. Bisa dibilang hanya menyisakan 10 persen dari substansi awal. Perjuangan merevisi agaknya menjadi sinyal bahwa nanti menjelang hari H tidak gampang lho. Dan memang benar keberangkatan saya ke Pattaya jauh dari kata ''tersiapkan''. Saking tidak rapinya, saya sampai mengecek benar tidaknya acara ini ke TKP di Mercure Ocean Resort, iya saking was-was jangan-jangan acaranya fiktif. Alhamdulillah acaranya beneran ada. OK, artinya saya tujuan jelas di kota ini hehee.
Tidak banyak peserta konferensi ini, mungkin karena akhir tahun sehingga banyak institusi yang 'tutup buku', bisa juga karena fokus keilmuannya yang relatif spesifik. Praktis kisaran 30-an menjadi peserta sehingga tidak ada istilah 'paralel session' di sini, semua tampil secara seri. Artinya bisa jadi saya 'dikeroyok' semua peserta hohoo.
Saya sendiri diberi kesempatan Allah untuk mengulas tentang hasil riset per-CP-CPS-an bersama Pak Yudho Giri Sucahyo dan Bang Tomi Sirait. Saking banyaknya 'list to do' di berbagai agenda, saya baru bisa menyelesaikan materi presentasi sekitar jam setengah 7 setelah lembur 3 malam, padahal acaranya dimulai jam 9, belum lagi jalan kaki 30 menit. Alhamdulillah presentasi lancar, walau memang jauh dari sempurna. Beruntung saya berhasil mengendalikan tempo dan nafas yang kerap membuat saya terburu-buru.
Para peserta di konferensi ini relatif beragam. Bahkan porsi peserta asal Korea, negeri si penyelenggara, maupun Thailand, negeri lokasi, pun tidak sedominan peserta Indonesia pada agenda serupa di Indonesia. Ada peserta dari Afrika Selatan, Kanada, Prancis, Australia, Malaysia, Turki, hingga Indonesia. Topik-topik yang diulas pun menarik, khususnya terkait keamanan informasi, area yang saya tekuni di kurun dua tahun ini. Saya juga belajar bahwa ternyata yang namanya kemahiran mempresentasikan hasil riset ternyata tidak identik dengan asal negara. Ada juga kok negara yang relatif maju intelektualnya namun individu yang tampil terlalu 'monitor oriented'. Jadi, jangan keburu 'ngeper' jika berhadapan dengan orang dari negara lain, terutama yang negaranya relatif maju.
Saya belum tahu apakah ada rezeki 'mendadak' untuk bisa berlaga di acara seminasi seperti ini lagi. Sebagaimana ujar-ujar bijak, bermimpilah dan raihlah mimpi itu, namun bersikap realistislah dalam mewujudkannya.
No Response to "and it's about ICISS"
Posting Komentar