#ReviewBuku Ikhtiar Mencari Ridho Allah
"Tugu" Awug
Awug emrupakan salah satu jajanan khas wilayah Bandung. Bahan pembuatannya sangat khas kesederhanaan pedesaan yang membuat orang ketagihan. Nah, terus terang saya baru tahu keberadaan Tugu Awug ini dua bulan sejak mendiami hunian di kawasan Sukamulya, Mengger. Apakah memang betul bahwa awug diinisiasi pertama kali di Sukamulya ini. Sulit untuk membantahnya karena belum ada klaim dari daerah lain, namun sulit mengiyakannya karena jarang ada yang menjualnya di tiap hari. Kebetulan dari hasil baca-baca juga belum ada fakta yang mengiyakan maupun membantahnya hehee...
Ekspedisi Ternate: Benteng Oranje
Ini merupakan salah satu benteng yang lokasinya tersembunyi di balik keramaian pasar. Warna oranye khas negeri kincir angin ini memang menjadi namanya, Benteng Oranye. Warna mencolok ini agaknya menjadi daya tarik yang berperan membedakannya dengan bangunan-bangunan lain di jantung Kota Ternate.
Situasi Benteng Oranje saat ini relatif memprihatikan. Memang ada renovasi, tapi yang saya tangkap hanya sekedar memperbaiki ornament yang rusak, bukan mempercantik dengan wahana yang bersifat edukatif. Barangkali tingkat kunjungan wisatawan yang belum tercatat membuat proyek perbaikannya kurang dapat melihat apa yang diinginkan oleh wisatawan.
Ekspedisi Ternate: Benteng Kastela dan Benteng Kota Janji
Dosen Mroyek
Topik terkait judul di atas memang abu-abu, terlebih jika tidak dipahami luar dalam. Wajar, karena profesi utama apapun, termasuk dosen, akan selalu mengundang pro kontra apabila yang bersangkutan juga memiliki profesi sampingan. Jangankan dosen, pemain bola dengan gaji bulanan berjuta-juta pun masih doyan jadi foto model produk sana-sini. Banyak menteri di kabinet (dari masa ke masa pun) masih tercantum namanya sebagai bagian dari manajemen atau bahkan komisaris perusahaan tertentu.
Lantas bagaimana dengan dosen?
Akan ada banyak fakta plus pengalaman yang bisa digunakan sebagai pembenaran, atau malah jadi penyalahan. Atau bisa jadi ujung-ujungnya dikembalikan lagi pada klausul "tergantung orangnya". Bagi saya pribadi, yang belum berkesempatan ngedosen, ada tiga faktor yang perlu diperhatikan, yaitu prioritas, manfaat, dan amanat.
Prioritas, ya secara ringkas yang menjadi "nawaitu" itu apakah "ngedosen nyambi proyek" ataukah "mroyek nyambi dosen"? Keduanya akan mempengaruhi cara berpikir dalam jangka panjang. Selain itu kita bisa lebih mantap dalam memegang idealisme berpikir diantara dualisme aktivitas seperti itu.
Manfaat, sebenarnya ini terkait dengan seberapa nyambung dan bermanfaatnya proyek yang dijalani dengan bidang keilmuan ya png dijalankan. Sebagai contoh aktif sebagai tim perumus kebijakan ekonomi kreatif di sebuah kementerian jelas akan memberi manfaat terhadap kemampuan berpikir seorang dosen FEB. Si dosen akan mampu menerapkan ilmu teoretisnya ke dunia nyata. Sebaliknya, pengalaman baru yang empiris di dunia nyata pun malah menjadi masukan berharga bagi keilmuan yang dimilikinya. Jelas berbeda dosen yang punya sepak terjang terlibat di sana sini dengan tidak punya rekam kiprah saat kedua menjelaskan seputar keilmuan mereka. Jelas berbeda pengalaman empiris 2 jam dengan googling 8 jam. Khusus terkait karier dosen yang sarat tuntutan produktivitas yang terkait tri dharma perguruan tinggi, maka proyek yang dijalani patut memberi kontribusi pula terhadap aktivitas tri dharma perguruan tingginya.
Terakhir mengenai amanat, maka harus disadari bahwa aktivitas ngedosen dengan mroyek sama-sama dihadapkan pada tanggung jawab u tuk menjunjung amanat. Bukan perkara mudah untuk ber-multiprofesi. Ringkas kata jangan men-dzolimi orang-orang sekitar terkait amanat yang diemban.
Semoga menginspirasi walau memang masih terlampau 'cethek'.
Ide Unik dari Unand
Membaca berita rasanya ada kekaguman tersendiri. Berkaca ke penerapan e-KTP yang hingga hari ini #ahsudahlah sudah barang tentu menjadi cerminan seberat apa tantanganide dari Universitas Andalas (Unand) ini. Sebuah langkah pengabdian masyarakat yang sifatnya bakal internasional. Kenapa, daya rantau orang Minang tak usah diragukan. Konon, ada tokoh legendaris asal Minang di mata uang negara Singapura, Malaysia, serta Brunei Darussalam. Bagaimana bisa? Artinya ada garis darah Minang tak mampu menembus batas NKRI.
Suku Minang juga merupakan salah satu dari sedikit suku yang masih mempertahankan penamaan berupa marga. Situasi di Minang dengan pencantuman marga nyaris serupa dengan yang terjadi di Batak dan Manado. Hanya saja faktor matrineal menjadi ciri khas yang paling unik.
Kembali ke rencana Unand tersebut. Ide tersebut patut diapresiasi mengingat banyak dampak positifnya, terutama untuk menguatkan kebanggan akan akar asal usul. Tentunya selama tidak dibumbui sentimen kedaerahan yang salinh meremehkan, maka saya mendukung ide tersebut. Apakah ide tersebut akan sukses? Kembali lagi harus ada ketetapan mengenai indikatornya, tentu dalam konteks jangka panjang. Ide tidak akan terlalu muluk-muluk jika berharap semua selesai dalam 1-2 bulan. Perlu ada eskalasi target serta eskalasi pendorongan agar ma faatnya mulai dirasakan masyarakat Minang, atau bahkan suku lainnya,
#ReviewBuku Sabtu Bersama Bapak
Buku ini menyimpan keunikan tersendiri yang mantap punya. Menjelaskan tiga alur cerita "sungai" yang bermuara pada "hilir" sebuah kebahagiaan. Bagi yang punya problema sebagai berikut:
- Kepala keluarga kaku saat di rumah
- Susah jodoh
- Single parent
- Khawatir dalam mendidik anak
- Dilema antara merawat orang tua vs calon pasangan
Ini buku patut disimak dengan gaya bahasa yang sangat "kota". Namun dengan segmen perkotaan dan daerah rantau, buku perlu filter agar tidak asal dibaca oleh anak-anak. Bahasanya agak frontal hehee... Tapi pesan moralnya sangat menyentuh. Ringan, lucu, dan menggelorqkan semangat berkeluarga.
Gomabseubnida Mr. Kim
Sebetulnya kami kami kerap terkendala faktor Bahasa Inggris yang masih kurang cakap dalam sepik-sepik. Tapi tidak mengurangi kesungguhan dalam saling menghargai sesama rekan kerja, khususnya dalam beramah tamah. Dari cara berperilaku beliau, tampak bahwa beliau sangat family-oriented dan punya kesabaran tinggi dalam menghadapi tekanan yang dihadapi. Sukses untuk kepulangannya ke Korea serta semoga September tahun depan berjumpa di kesempatan lainnya Mr. Sung-woo Kim
Tentang Jakarta II
Aku masih termagut di perantauan jilid 2. Menjalani bergulirnya tiap pekan di dua kubu, Kota Bandung dan Jakarta. Belum ada benderangnya kompas ke barat laut ataukah tenggara. Ibarat device yang punya 'default' maka ransel ini akan tergeletak di tenggara yang biru. Maka aku perlu memangkas pagar tenda ini? Setidaknya pasak dan bivak senantiasa tergantung rapi di pinggir ranselku.
Tak banyak gemerlap langit yang kutatapi belakangan ini. Fokus langkah hanya ada pada peta yang kutandai semenjak kami berkomitmen. Tentunya hanya Allah berhak menentukan kepastian hari esok, lusa, dan seterusnya. Itu hak prerogatif-Nya. Kewajiban prerogatif kita sudah dibaitkan dalam segala sabda-Nya, yaitu ikhtiar.
Aku tetap memegang prinsip untuk tidak melirik kepulan asap di luar stadion saat rumput hijau masih kujejaki. Peluit belum ditiupkan, maka segala riang capaian belum pantas dirayakan. Peluh masih layak dideraikan di sini.
Hingga aku bisa membuktikan bahwa segala garis-Nya ialah yang terbaik. Dan pun patut membuktikan sendiri ikhtiarku memang layak sebagai ibadah bagi-Nya.
#Kolaborasi Rantai Makanan :)
Proses rekamannya sesuatu banget karena rumah kami penuh kebisingan motor dan kendaraan lainnya hehee
Bagaimana Asian Games 2018 yang 3 Tahun lagi?
Jakarta (yang sebenarnya terhitung gabungan 5 kota administratif) berduet dengan Kota Palembang sudah dipastikan menjadi tuan rumah Asian Games 2018. Ada banyak hal-hal menarik yang terjadi di atas kertas dengan penunjukan ini. Pertama adalah sejarah dipilihnya dua kota sekaligus sebagai penyelenggara Asian Games, bahkan kedua kota ini bukan kota yang berdekatan, malah terpisahkan oleh laut, ya Jakarta ada di pelupuk Utara Pulau Jawa, sedangkan Palembang ada di pesisir Timur Pulau Sumatera. Kedua, khusus bagi Jakarta, ini merupakan kali kedua mereka menggelar Asian Games, insyaAllah menyamai New Delhi yang telah menggelar dua kali event serupa, namun masih jauh dari Bangkok yang berkesempatan menghelat empat kali. Ketiga, (di luar Asian Games 2022 di Tiongkok) total kesempatan tuan rumah negara-negara mencapai 7 kali yang artinya menyamai porsi Asia Timur, malah jauh meninggalkan Asia Barat dan Asia Selatan yang hanya masing-masing 2 kali.
Secara pribadi, tanpa bermaksud meremehkan kekokohan infrastrutur Jakarta, lebih berharap Asian Games, serta event multinasional lainnya mulai “digilir” kesempatannya pada kota/kabupaten lain di Indonesia. Sukses Palembang sebagai tuan rumah Asian Games 2011 tentu menjadi bukti bahwa ada potensi untuk mendesentralisasi kesempatan. Negara Jepang, Korea Selatan dan Tiongkok menjadi bukti soheh bahwa kota yang bukan ibu kota pun bisa menggelar event sebesar Asian Games. Memang butuh infrastruktur, SDM, dan pangkal utamanya dana. Untuk jangka pendek (iya jangka pendek karena penunjukan Indonesia sebagai tuan rumah Asian Games 2018 bersifat mendadak), tidak ada pilihan yang realistis selain Jakarta dan Palembang. Namun cobalah untuk mengeskalasi potensi kota lain, cara yang cukup konkret adalah memperluas kesempatan menjadi tuan rumah PON kepada provinsi di luar Jawa, Bali, dan Sumatera.
Mengenai persiapan, memang harus diakui waktu yang ada sangat sempit, belum lagi Indonesia sedang berkonsentrasi ke Olimpiade 2016 di Rio de Janerio plus SEA Games 2017 di Kuala Lumpur. PR besar bagi Erick Thohir yang dipercaya sebagai “nahkoda” hajatan besar Asian Games 2018 nanti. Tapi PR terbesar yang patut diwaspadai oleh Erick Thohir terletak pada dua poin. Pertama adalah sejarah kelam kasus korupsi di bidang olahraga yang #ahsudahlah. Kedua adalah status tahun 2018 merupakan tahun “agak rawan” mengingat fokus pemerintah akan direcoki bayang-bayang pemilu tahun 2019, baik legislatif, presiden-wakil presiden, serta kepala daerah. Sekedar informasi, sejak era reformasi, Indonesia belum berpengelaman menggelar hajatan olah raga multinasional setahun atau pada tahun dilakukan pemilu (Piala Asia 2007 dan SEA Games 2011). Semoga tim yang digawangi Erick Thohir bisa “tahan banting” atas tekanan yang bertubi-tubi, khususnya terkait koordinasi. Ya, koordinasi adalah barang mahal di Indonesia.
Masih belum ramai di images.google.com
Urusan atlet juga tidak kalah pusing. Sejarah memperlihatkan hanya dua negara yang berhasil double winner, yaitu sukses sebagai tuan rumah dan juga juara Asian Games. Dua negara itu adalah Jepang di tahun 1958 serta Tiongkok di 1990 dan 2010. Mengingat kedigdayaan negara tersebut saat berstatus non-tuan rumah, agaknya terlalu muluk-muluk jika Indonesia bermimpi menjadi negara ketiga. Sebagai perbandingan, prestasi Indonesia saat menjadi tuan rumah di 1962 adalah peringkat 2 dari 13 negara dan itu adalah prestasi terbaik yang pernah ditorehkan. Malah sejak 1994, peringkat Indonesia akrab dengan dua digit dengan rekor terburuk tahun 2006 di Doha dengan ranking 22. Pemerintah sendiri menargetkan 10-besar. Target yang menurut saya realistis mengingat Indonesia cukup melejit saat berperan sebagai tuan rumah SEA Games. Pertanyaannya, “Bisakah keuntungan sebagai tuan rumah menjadi modal untuk mengeruk medali?”
Klasmen Asian Games 2014 di Incheon lalu
Kajian Tauhid 28/12
"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal."
Di situ tertuang bahwa kemuliaan (yang merupakan cerminan dari kesuksesan hidup) diperoleh melalui ketaqwaan. Maka kita perlu mengembalikan segala upaya di dunia ini (yang hanya singkat) untuk mencapai kesuksesan/kemuliaan sebagai dimaksud ayat tersebut.
- Qolbun mayyit, ialah hati yang sudah mati dengan ciri-ciri pribadinya telah diperbudak nafsu
- Qulbun maridh, ialah hati yang berpenyakit dengan ciri-ciri pribadinya diliputi ketidakenakan/ketidaknyamanan, biasanya ditunjukkan dengan iri atas rezeki orang lain
- Qolbun salim, yaitu hati yang sehat
Jika Mengenal Alloh Dengan Baik
Alhamdulillah. Segala puji hanya milik Alloh dan kembali hanya kepada-Nya. Dialah Dzat Yang Maha Menciptakan segala apa yang ada di alam semesta ini, mengurusnya, mengaturnya, dan mencukupinya. Dialah Dzat Yang Maha Baik, meskipun banyak makhluk yang bermaksiat pada-Nya, namun tetap Dia melimpahkan karunia-Nya. Sholawat dan salam semoga selalu terlimpah kepada sang kekasih Alloh, baginda nabi Muhammad Saw.
Berbahagialah orang yang mengenal Alloh dengan baik, karena dia tidak akan berharap dari siapapun, kecuali hanya berharap kepada Alloh Swt. Dia tidak akan berharap penilaian dari siapapun, kecuali hanya berharap penilaian dari Alloh Swt. Karena segala sesuatu selain Alloh tidak punya apa-apa, kecuali hanya sekedar titipan belaka.
Beruntunglah orang yang mengenal Alloh dengan baik, karena ia tidak akan merasa takut kecuali hanya takut kepada Alloh. Ia yakin bahwa tidak ada satupun ancaman yang berbahaya, selain dari ancaman siksa neraka. Ia sadar sepenuhnya bahwa tidak ada satupun ancaman yang berbahaya di dunia, karena setiap ancaman hanya akan terjadi atas seizin Alloh Swt.
Kebahagiaan akan senantiasa menyelimuti hati orang yang mengenal Alloh dengan baik. Karena dimanapun ia berada dan kapanpun, dia senantiasa merasakan Alloh berada di dekatnya. Ketenangan akan senantiasa memenuhi rongga dada orang yang mengenal Alloh dengan baik. Karena episode apapun dalam hidupnya, akan senantiasa dia hadapi dengan kehadiran Alloh di dalam hatinya.
“(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar Ra’du [13] : 28)
Sekencang apapun kepahitan mendera hidupnya, ia akan senantiasa mantap dan kokoh berpegang pada Alloh, karena ia yakin kepahitan itupun terjadi atas izin Alloh. Dan ia pun yakin bahwa kepahitan adalah karunia Alloh sebagai ladang amal baginya untuk bersabar. Juga seindah apapun perhiasan dunia yang berada di tangannya, ia akan senantiasa lurus tak terbuai, karena ia yakin bahwa keindahan dunia adalah milik Alloh dan sifatnya sementara. Dunia hanya persinggahan semata, sehingga ia bisa memanfaatkannya untuk meraih kebahagiaan yang sejati di akhirat nanti.
Betapa beruntungnya orang yang mengenal Alloh dengan baik. Ia akan senantiasa berada dalam bimbingan Alloh Swt. di tengah belantara dunia yang bisa menyesatkan siapa saja yang lalai dan ceroboh.
Alloh Swt. berfirman, “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya, (yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri.” (QS. Qoff [50]: 16 – 17)
Semoga kita tergolong orang-orang yang senantiasa istiqomah menimba ilmu untuk bisa mengenal Alloh dengan baik. Wallohu a’lam bishowab.[]
Oleh: KH. Abdullah Gymnastiar ( Aa Gym )
Beliau adalah pengasuh pondok pesantren Daarut Tauhiid Bandung – Jakarta.
Sumber: smstauhiid.com
Editor : Rashid Satari
Ekspedisi Ternate: Benteng Tolukko
Meninggalkan kesan "alhamdulillah pernah ke sini" *sambil nahan sakitnya kaki kiri yang keceklik*
#ArfiveMalukuUtara
[lyric] This is
Denger lagu ini yang di-cover oleh U2
These are the hands of a tired man,
This is the old man's shroud,
These are the eyes of the blood crazed tiger...
Staring at the maddening crowd,
This is the face of a teenage mother,
This is the child she bears,
This is the soul of her broken lover,
Searching for the smiles she shared,
These are the feet of the punished pilgrim
And in his book of punished love,
Tou see his eyes,
You see no surprise...
Waiting for a lie that's true.
Everybody hits you with this feeling
Nobody seems to understand
You stop, you look...
You're searching for the meaning
Wasting your life away
These are the dreams of a sleeping father
And in his long lost days,
He sees a child...
He sees his eyes...
Waiting for the price he's paid
These are the tears of a fallen idol,
And in his smile of shattered love,
You see his eyes...
You see no surprise...
You just see lights then realise
Here with you
No one here but you
No one moves but you
Nobody touches like you
You...
Nobody moves like you
But everybody hits you
Everybody knocks you down
These are the feet of a punished pilgrim
And to the book he prays
You see his eyes
You see no surprise
You just see lights then you realise
Ekspedisi Ternate: Masjid Ternate dan Masjid Tidore
Masjid bagi masyarakat Islam bukan sekedar bangunan untuk menunaikan sholat. Jauh dari sekedar kewajiban 17 roka'at tiap harinya, sholat merupakan lambang peradaban masyarakat. Tentu ini terkait dengan hakikat sholat yang berperan untuk mencegah manusia dari perbuatan keji dan munkar. Bahkan, masjid menrupakan pusat pendidikan sehingga pakar intelektual, pemerintahan, dll, tumbuh dari masjid. Begitu pula yang berlaku di Kesultanan Ternate dan Kesultanan Tidore.
Pemandangan Masjid Ternate dari depan gerbang. Warna kuning gading menjadi sangat lekat. Jika cermat, kalian akan menemukan pagar kuning di atas pintu masuk. Itu adalah lokasi kentongan yang dipakai untuk menotifikasi waktu adzan kepada masyarakat.
Catatan:
Perjalanan Cengkareng ke Ternate (PP) di dalam Ekspedisi ini merupakan paket hadiah dari Garuda Indonesia Airways bekerja sama dengan Magister Teknologi Informasi, Fasilkom UI sebagai bagian dari writing contest e-business
#ArfiveMalukuUtara
Ekspedisi Ternate: Keraton Ternate dan Keraton Tidore
Perjalanan ke Ternate (yang ditambahi bonus ekspedisi ke Tidore dan Maitara) masih menyimpanan berbagai memori berkesan. Kali ini beberapa hasil jepretan (amatir) yang mewarnai tiap jejak langkah di Indonesia bagian Timur, tepatnya (mantan) ibu kota provinsi Maluku Utara. Sebuah perjalanan penuh nuansa histori yang terbangun dengan titik awal dari Keraton Kesultanan Ternate pada 5 November 2015 lalu.
Sebuah pemandangan dari keraton dimana tampak jelas taman yang asri, dilanjutkan sebuah padang lapangan, agaknya itu merupakan alun-alun pusat keramaian masyarakat era kejayaan Ternate kesultanan. Jika ditarik garis lurus, maka tampaklah lautan bebas yang sangat luas, boleh jadi itu adalah gerbang transportasi di pusat kesultanan Ternate.
Beberapa peninggalan Kesultanan Ternate. Diantara pernak-pernik tersebut adalah foto dan lukisan aktivitas sang sultan. Tampak bahwa model mahkota yang digunakan mengadopsi pola mahkota kesultanan khas Asia Barat dan Selatan.
Sebuah meriam yang terlalu kecil untuk diadu melawan invasi Portugis, Spanyol, hingga Belanda. Namun, pada kenyataannya, negara-negara tadi mampu diusir juga dari tanah Ternate.
Sejujurnya, saya terkesan dengan bentuk singgasana yang sederhana ini, tidak berlebih-lebihan. Apakah ini sindiran atas perebutan "kursi" dan "tahta" yang terjadi di pemerintahan Indonesia saat ini? Entah ...
Sungguh kurang beruntung karena datang ke keraton ini dalam suasana "libur". Kebetulan memang keraton sedang tutup karena proses pemugaran. Oh ya, coba perhatian bentuk teras serta tangga di bagian depan. Sangat identik dengan bentuk keraton milik Kesultanan Ternate. Memang romantis relasi diantara kedua kesultanan ini :)
Catatan:
Perjalanan Cengkareng ke Ternate (PP) di dalam Ekspedisi ini merupakan paket hadiah dari Garuda Indonesia Airways bekerja sama dengan Magister Teknologi Informasi, Fasilkom UI sebagai bagian dari writing contest e-business
#ArfiveMalukuUtara
TABAYYUN (Check and recheck)
Share dari grup sebelah..
"Titip uang bisa jadi kurang, titip omongan bisa jadi lebih"
1. Sehabis pulang dari sawah, kerbau rebahan di kandang dengan wajah capek dan nafas yang berat. Datanglah anjing.
Kerbau lalu berucap :
"Ahh teman lama, aku sungguh capek dan besok mau istirahat sehari".
2. Anjing pergi dan jumpa kucing di sudut tembok, dan berkata :
"Tadi saya jumpa kerbau, dia besok mau istirahat dulu.
Pantaslah, sebab boss kasih kerjaan terlalu berat sih".
3. Kucing lalu cerita ke kambing dan berkata :
"Kerbau komplain boss kasih kerja terlalu banyak & berat. Besok gak mau kerja lagi".
4. Kambing jumpa ayam dan berucap :
"Kerbau gak suka kerja untuk boss lagi, sebab mungkin ada boss lain yang lebih baik".
5. Ayam jumpa monyet dan berkata : "Kerbau gak akan kerja untuk bossnya dan ingin cari kerja di tempat yang lain".
6. Saat makan malam monyet jumpa boss dan berkata :
"Boss, si kerbau akhir-akhir ini sudah berubah sifatnya dan mau meninggalkan boss untuk kerja dengan boss lain."
7. Mendengar ucapan monyet, boss marah besar dan membunuh si kerbau karena dinilai telah mengkhianatinya.
Ucapan asli kerbau :
"SAYA SUNGGUH CAPEK, DAN BESOK MAU ISTIRAHAT SEHARI".
Lewat beberapa teman akhirnya ucapan ini sampai ke boss dan pernyataan kerbau telah berubah menjadi :
"Si Kerbau akhir-akhir ini telah berubah sifatnya dan mau meninggalkan boss untuk kerja dengan boss lain".
Sangat baik untuk disimak :
• Ada kalanya suatu ucapan harus berhenti (stop) sampai telinga kita saja. Tidak perlu diteruskan ke orang lain.
• Jangan percaya begitu saja apa yang dikatakan orang lain, meskipun itu orang terdekat kita. Kita perlu check & recheck kebenarannya sebelum bertindak.
• Kebiasaan melanjutkan perkataan orang lain dengan kecenderungan menambahi/mengurangi, bahkan menggantinya berdasarkan PERSEPSI SENDIRI bisa berakibat fatal.
• Bila ragu-ragu akan ucapan seseorang yang disampaikan via orang lain, sebaiknya kita langsung bertanya pada yang bersangkutan.
Bila ingin menyampaikan sesuatu kepada orang lain, baik juga memakai 3 kriteria yang harus dipenuhi :
- Apakah benar ?
- Apakah baik ?
- Apakah berguna ?
Bila semua jawabannya "YA", sampaikanlah...
Mudah2 an ini menjadikan kita lebih memahami akan pentingnya kebenaran sebuah berita serta membuat kita lebih berhati-hati lagi dalam menyampaikan informasi.
Met Positive Thinking and Positive Feeling All...☺
Semoga panca indera ini selalu mengingatNya & dalam penjagaanNya..