Salah satu hakikat pernikahan adalah menunaikan sunnah Rasulullah SAW
<br /> <br />
Maka patut kita jaga sebuah "tumbuhan" di dalam niat kita. "Tumbuhan" itu adalah komitmen sebagai beribadah. Sebuah komitmen yang tidak terbantahkan keberadaannya. Sebuah komitmen yang akan memangkas habis segala niat-niat lain yang bermaksud mengunggulinya. Sebuah komitmen harus tumbuh. Tumbuh dalam makna semakin kokoh dan diwujudkan dalam berbagai tindakan nyata. Ya, bukankah sunnah rasul itu diyakini, diucapkan, serta dilakukan
<br /> <br />
Maka patut berdayakan cara pikir kita dalam kerangka sunnah Rasul. Terlepas mazhab ekonomi disenangi, terlepas dari politik yang digemari, sudah jadi harga mati bahwa kerangka hidup yang dijalankan dalam berkeluarga adalah di jalan-Nya serta diliputi sunnah Rasul di tiap lini dan sendi. Di situlah segala ragam hidangan konflik yang membumbui hari dapat teratasi dengan rindang hati.
<br /> <br />
Sunnah Rasul pula yang memangkas ketidakfokusan kita dalam beralasan untuk hidup bersama. Ya, prioritas beribadah sebagai yang pertama dan utama tentu setiap langkahnya akan dihinggapi ancaman, baik itu godaan finansial, gemericik paras, atau bahkan meronanya tahta. Maka, lekaslah mengingat niat utama sebagai maka inilah ramuan terampuh atas segala pelipur naik turunnya hidup. Sunnah Rasul ini pula lah racikan termanis untuk menjaga komitmen sebuah pernikahan sebagai ibadah.
Menikah sebagai Manifestasi Rukun Iman [6]
Rabu, Desember 23, 2015 by
ve
Posted in
Islam,
TARInspiratIVE
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
No Response to "Menikah sebagai Manifestasi Rukun Iman [6]"
Posting Komentar