Topik terkait judul di atas memang abu-abu, terlebih jika tidak dipahami luar dalam. Wajar, karena profesi utama apapun, termasuk dosen, akan selalu mengundang pro kontra apabila yang bersangkutan juga memiliki profesi sampingan. Jangankan dosen, pemain bola dengan gaji bulanan berjuta-juta pun masih doyan jadi foto model produk sana-sini. Banyak menteri di kabinet (dari masa ke masa pun) masih tercantum namanya sebagai bagian dari manajemen atau bahkan komisaris perusahaan tertentu.
Lantas bagaimana dengan dosen?
Akan ada banyak fakta plus pengalaman yang bisa digunakan sebagai pembenaran, atau malah jadi penyalahan. Atau bisa jadi ujung-ujungnya dikembalikan lagi pada klausul "tergantung orangnya". Bagi saya pribadi, yang belum berkesempatan ngedosen, ada tiga faktor yang perlu diperhatikan, yaitu prioritas, manfaat, dan amanat.
Prioritas, ya secara ringkas yang menjadi "nawaitu" itu apakah "ngedosen nyambi proyek" ataukah "mroyek nyambi dosen"? Keduanya akan mempengaruhi cara berpikir dalam jangka panjang. Selain itu kita bisa lebih mantap dalam memegang idealisme berpikir diantara dualisme aktivitas seperti itu.
Manfaat, sebenarnya ini terkait dengan seberapa nyambung dan bermanfaatnya proyek yang dijalani dengan bidang keilmuan ya png dijalankan. Sebagai contoh aktif sebagai tim perumus kebijakan ekonomi kreatif di sebuah kementerian jelas akan memberi manfaat terhadap kemampuan berpikir seorang dosen FEB. Si dosen akan mampu menerapkan ilmu teoretisnya ke dunia nyata. Sebaliknya, pengalaman baru yang empiris di dunia nyata pun malah menjadi masukan berharga bagi keilmuan yang dimilikinya. Jelas berbeda dosen yang punya sepak terjang terlibat di sana sini dengan tidak punya rekam kiprah saat kedua menjelaskan seputar keilmuan mereka. Jelas berbeda pengalaman empiris 2 jam dengan googling 8 jam. Khusus terkait karier dosen yang sarat tuntutan produktivitas yang terkait tri dharma perguruan tinggi, maka proyek yang dijalani patut memberi kontribusi pula terhadap aktivitas tri dharma perguruan tingginya.
Terakhir mengenai amanat, maka harus disadari bahwa aktivitas ngedosen dengan mroyek sama-sama dihadapkan pada tanggung jawab u tuk menjunjung amanat. Bukan perkara mudah untuk ber-multiprofesi. Ringkas kata jangan men-dzolimi orang-orang sekitar terkait amanat yang diemban.
Semoga menginspirasi walau memang masih terlampau 'cethek'.
No Response to "Dosen Mroyek"
Posting Komentar