tentang Cita-Cita yang Biarkanlah Mengalir
Saya punya cita-cita yang tidak sederhana. Karena ketidaksederhanaannya itulah, saya tidak memaksakan diri untuk mewujudkannya, bisa tercapai sebagian sebagaimana saat ini pun sudah cukup. Cita-cita itu adalah mengunjungi seluruh provinsi di Indonesia. Bukan perkara mudah tentunya karena Indonesia punya 34 provinsi yang mementang jauh di 13.000 s.d. 17.000 pulau.
Sejauh ini saya baru menyelesaikan separuh lebih sedikit, yaitu 18 provinsi. Tentu yang sudah 'sapu bersih' adalah 6 provinsi di Pulau Jawa. Faktor ekonomi tidak bisa dipungkiri menjadi pengganjal, tapi pengganjal yang menarik. Jika terlalu murah, tentu jadi kurang bermakna asyik tatkala Allah memberi saya durasi usia yang memungkinkan seluruh provinsi dikunjungi.
Jambi, Riau, Bengkulu, Bangka-Belitung, Nusa Tenggara Timur, Papua, Papua Barat, Maluku, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Kalimantan Utara, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Tengah. Itulah 16 provinsi yang belum pernah saya injakkan kaki di sana. Semoga ada kesempatan, baik dalam rangka liburan amaupun urusan akademik atau profesi.
Yang jadi bidikan terdekat adalah Bangka-Belitung, konon pesona pantainya kece. Selain itu, saya tertarik pula ke Papua selaku provinsi yang paling awal merasakan cahaya matahari di Indonesia.
Lega, tapi yang lain sudah Melambai
Satu item akhirnya terselesaikan setelah lembur sekian waktu. Kondisinya memang sejauh ini masih belum ada pengeluaran finansial, tapi waktu yang diinvestasikan. Semoga bermanfaat dan menjadi titik balik setelah 'ditelantaran' oleh item serupa di lapak berbeda.
Wah item-item lain malah sudah melambai-lambai. Yuk satu-satu dikelarkan
- Lesson plan di IF Binus
- Planning for assignment di Fasilkom UI
- Pemutakhiran konten di FIF UnivTelkom
- CBA untuk salah unit di Kemkominfo
- Perbaikan konten tesis istri
- 3 paper untuk beberapa acara seminasi
Berbagi Ilmu Semester ini
Semester yang wallahualam apakah menjadi semester terakhir atau bukan. Yang pasti, saya berupaya untuk memberikan yang terbaik. Bekal sejumlah pengalaman terlibat dalam proyek insyaAllah jadi modal di salah satu mata kuliah, yaitu Manajemen Proyek TIK. Ini adalah mata kuliah yang dulu saya ambil dua kali lantaran faktor teknis eskalasi nilai hehee. Mata kuliah lainnya adalah Interaksi Manusia dan Komputer, mata kuliah yang asyikkkk begete.
Entah kenapa Allah mengizinkan saya mengampu mata kuliah ini setelah semester lalu saya diberi kesempatan sebagai pengajar di mata kuliah Perencanaan Strategis Sistem Informasi
Bunga di Tepi Lorong
High Pressed-Stress
Wild timing with savage rhytm
Oh, the jet are still in restless mode
Pekan yang sangat menguras pikiran
Barangkali bagi sebagian orang yang jadi agenda-agenda ini perkara
Tapi bagi amatiran yang terus belajar seperti saya tentu tidak
Tidak semua orang pernah 'dipanggang' dengan debu jalanan dan gemblengen deru
Tapi, tapaki saja sesuai kelayakan melangkah
Bergegaslah karena waktu tidak pernah memihak siapa saja
Bernafaslah karena jalan masih panjang
Sedangkan rasa iba takkan pernah ada
Ada Apa dengan Barca
Bursa transfer yang sangat tidak menyenangkan bagi saya selaku fans FC Barcelona. Musim ini adalah musim dimana Barcelona pertama kalinya dalam sejarah merecoki klasmen transfer termahal pemain sepak bola. Urusan ini sebetulnya sudah jadi tabiat Real Madrid yang menariknya malah dalam dua musim terakhir 'pelit' dan bisu di bursa transfer. Madrid malah lebih girang menyemai bakat-bakat muda mereka, yang ironisnya adalah perilaku khas Barca sekian musim yang lalu. Sepertinya Barca dan Madrid tengah bertukat kebiasaan.
Alasan utama kekecewaan terletak pada pembelian pemain yang sebetulnya masih dipertanyakan urgensinya. Barcelona dalam kisaran satu dekade terakhir memang tidak jarang menggelontorkan dana gila-gilaan untuk menggaet pemain bintang. Tapi tidak ada yang statusnya penuh tanda tanya. Nama tenar macam Alexis Sanchez, Neymar Junior da Silva, David Villa, Daniel Alves, Thierry Henry, Luis Suarez, hingga Cesc Fabregas sudah mengantongi CV yang kinclong. Tidak ada yang meragukan kontribusi mereka bagi Udinese, Santos, Valencia, Sevilla, Arsenal, Liverpool, dan Arsenal [lagi]. Bahkan transfer yang 'dianggap' gagal berupa Dmytro Chygrynskiy dan Zlatan Ibrahimovic pun didatangkan dengan gocek besar yang wajar atas nama besar mereka di klub-klub asalnya, yaitu Shaktar Donekts dan Inter Milan. Singkat kata, tidak ada fulus selangit [minimal 20 juta Euro] jika torehan di klub lamanya meragukan. Masalahnya, pemain berlabel 'mihil bingit' yang didatangkan masih perlu dipastikan lagi CV-nya. Nama Paulinho, tanpa bermaksud meremehkan, memantik tanda tanya besar lantaran kiprahnya di Liga Tiongkok pun kurang populer dan statistiknya pun tidak mengesankan. Barangkali nama populer yang orang anggap punya potensi adalah Ousman Dembele dari Dortmund. Hanya saja sosok ini baru semusim kiprahnya bersama Dortmund. Artinya usia karirnya di level 'keras' masih mengundang tanda tanya.
Saya justru tadinya berharap Barcelona puasa di bursa transfer ini dan fokus 'memanen sawahnya'. Awal musim, saya sedikit tersenyum saat nama Gerard Deulofeu 'mudik' setelah bertualang ke Serie A dan Liga Inggris. Bukan apa-apa, masalahnya Barca sedang krisis produk lokal dari SSB-nya sendiri, La Masia. Sosok seperti Rafinha Alcantara dan Sergi Roberto tampak jelas apakah akan menanggalkan kostum Barca atau tidak. Apakah mereka mencoba peruntungan dengan merantau sebagaimana dilakukan Marc Bartra, Thiago Alcantara, Sandro Ramirez, Tello, Martin Montoya, Jonathan dos Santos, Andreu Fontas, Isaac Cuenca, hingga Pedro Rodriguez. Sebagian yang hijarh memang sukses bercokol nyaman di klub barunya, bahkan mencaplok trofi tertentu. Sebuah kesempatan yang menggiurkan lantaran starting eleven reguler Barca hanya mampu diisi oleh alumni La Masia bernama Lionel Messi, Andres Iniesta, Gerard Pique, Sergio Busquet, dan Jordi Alba. Jelas bukan pertanda baik bagi klub yang pernah menorehkan komposisi 11 pemain asli produk SSB-nya, walau satu diantara masuk dari bangku cadangan.
Terlepas dari keraguan yang ada, tentu saya berharap Barcelona tidak salah membeli pemain. Paulinho dan Dembele punya kesempatan yang lebar tapi juga sempit untuk membuktikan kapasitasnya. Lebar karena kuantitas pertandingan Barcelona yang banyak hingga 3 kompetisi. Sempit karena tekanan kepada mereka terlalu tinggi serta penuh tekanan sehingga akan banyak cercaan jika tampil jelek di satu pertandingan saja.
Kejutan yang Entahlah
Kejutan akhir bulan ini adalah undangan menjadi 'stuntman' selaku dosen penguji pada dua sesi sidang skripsi/tugas akhir mahasiswa S1 IF. Tentu ini jadi pengalaman yang sangat entahlah. Alasan mengapa saya mengiyakan undangan ini adalah ikatan primordial. Tentu konsekuensinya panjang dimana saya harus bertarung melawa jarum jam. Alhamdulilah amanat bisa ditunaikan dan saya memperoleh banyak pengetahuan terkait per-IMK-an. Semoga bermanfaat
Belum Selesai
Ada yang belum selesai
Bahkan bukan sekedar ada, tapi banyak
Yang belum selesai
Yang masih menguras waktu
Yang masih menyita atensi
Yang memaksa waktu istirahat dipangkas hebat
Hingga pikiran kian jenuh
Malah otak tak kalah keruh
Reat tak sebanyak hitungan jemari
Tapi begitulah dinamisnya hidup
Persiapan Bahan untuk AO Binus@BDG
Dapat kesempatan sekaligus amanat untuk membuat materi presentasi di sebuah prodi. Persis di pekan-pekan dipepet tenggat jurnal dan paper di prodi lainnya (yang beda kampus). Ternyata ada energi ekstra yang Allah berikan. Kalau niatnya hanya memenuhi kewajiban ya tentu dapatnya pujian orang, sebuah ganjaran yang tidak ada guna di akhirat kalau niatnya menjadi ibadah, insyaAllah ada berkah bagi yang membaca, yang memberi kesempatan, yang diberi kesempatan, bagi keluarga saya juga.
Moga-moga saat nanti materinya disajikan tidak ditayangkan secara terbalik karena kalau terbalik harus ada permintaan maaf resmi dari pejabat berwenang #eh
Kado Tiga Gol dan Cita-Cita Emas
Tendangan keras Saddil Ramadhan mengganjilkan kemenangan telak Indonesia atas Filipina. Laga kedua pada ajang SEA Games ini sebetulnya biasa saja. Ada dua hal yang istimewa, yang membuat kemenangan semalam bermakna khusus. Pertama, status Filipina yang kini melesat peringkat FIFA-nya. Bahkan sejak tahun 2010 Filipina selalu merepotkan Indonesia, termasuk dalam tragedi kekalahan 4-0 di AFF 2014. Kedua adalah soal tanggal pertandingan yang bertepatan dengan peringatan 72 tahun kemerdekaan Indonesia. Kurang dari 12 jam sebelum laga dimulai di Kuala Lumpur, Presiden Joko Widodo menjadi inspektur upacara peringatan detik-detik proklamasi di Jakarta.
Tiga gol yang diganjar tiga poin belum memberi garansi apapun atas kerja keras 23 punggawa timnas. Tambahan pula, keberangkatan mereka dibumbui 'pengorbanan' klub-klub Liga 1 atas inkonsistensi kompetisi yang selalu mengatasnamakan kebutuhan Timnas Junior. Jangankan medali emas, lolos ke babak berikutnya pun belum bisa dipastikan. Indonesia harus bersengit ketat dengan Vietnam di laga sisa selain Timor Leste dan Kamboja. Tren positif masih ditunjukkan Vietam dan Thailand yang notabene penguasa tradisional kompetisi bal-balan tingkat ASEAN.
Cita-cita emas statusnya masih target. Garuda muda masih berlaga di putaran grup. Euforia lantaran momen kemerdekaan sangat wajar. Tapi jangan mau terlena.
Mandi Dimana
Awalnya saya ragu untuk mengetikkan artikel ini, yaitu lokasi-lokasi untuk mandi atau setidaknya bebersih badan saat kita melakukan perjalanan yang relatif jauh. Artikel ini mungkin 'nyeleneh', tapi percayalah bahwa dalam suasana kepepet tidak ada banyak pilihan bagi musafir, backpacker, dan semacamnya. Otak harus berpikir cepat dan berani mengambil risiko. Risiko, ya tentu masing-masing opsi berikut menyertakan risiko yang perlu dipersiapkan. Mulai dari malu atau bahkan ditegur. Saya tidak mengatakan pilihan-pilihn berikut legal, tapi hanya sebagai usulan yang harus dipastikan apakah teknisnya memungkinkan. Kalau ada larangan, ya jangan diterobos ya
Toilet pasar modern
Pasar modern mempunyai toilet yang relatif bersih, bahkan sebagian besar gratis. Ini menjadi kesempatan bagi kita untuk bergegas membersihkan diri. Terlalu ekstrem jika sampai mandi. Sebaiknya cukup bebersih badan dan berganti pakaian saja. Jika mandi, waktu menjadi molor dan kita bakal diketuk pintunya oleh orang yang banyak mengantre. Keunggulan bebersih badan di toilet pasar modern adalah airnya relatif bersih. Bagi yang hanya ingin membersihkan muka pun tersedia pula wastafel. Kelemahannya, tidak jarang lokasi toiletnya agak tersembunyi di pojok pasar modern. Selain itu, jam operasionalnya pun terbatas, rata-rata jam 10 pagi hingga jam 9 malam saja.
Toilet di pombensin
Memang tidak sebersih di pasar modern, bahkan sebagian besar toilet di pombensin menyediakan kotak. Ya, kotak dalam makna konotatif hehee. Tidak jarang kita menemukan 'tarif' yang dipatok, mulai dari buang air kecil hingga mandi. Pertimbangkan antrean yang ada jika sampai harus mandi. Toilet di pombensin tidak bisa dipastikan 'jam dinas'-nya. Ada yang tersedia 24 jam, ada pula yang menjelang jam 9 tutup.
Toilet di bandara/stasiun/pelabuhan/terminal
Kalau di bandara dan stasiun sih biasanya tidak perlu bayar, tapi di pelabuhan dan terminal kerap menerapkan tarif tertentu. Nah, uniknya justru yang gratis tadi malah relatif lebih bersih dibandingkan yang bayar lho ya hehee. Hanya saja, tidak semua toilet di bandara dan stasiun dirancang untuk mandi atau setidaknya bebersih badan. Kebanyakan hanya menjadi tempat buang air besar ataupun kecil tanpa adanya ember dan gayung yang menjadi perangkat lazim untuk mandi.
Toilet di masjid/mushola
Tidak semua masjid/mushola berkenan untuk 'ditebengi' mandi. Alasan utamanya adalah keamanan dan tentu saja risiko tidak bersih. Hal yang sangat bisa dimaklumi tentunya. Kebanyakan masjid yang relatif besar sih tidak melarang secara eksplisit pengunjung/jamaah-nya untuk mandi atau minimal bebersih badan di situ. Nah, kita yang harus tahu diri dengan menjaga keamanan dan kebersihannya lho ya. Sebagai saran, seusai mandi atau bebersih badan, 'perbaiki' kondisi fisik dengan sholat di masjid/mushola-nya, misalya Dhuha ataupun sholat sunnah lainnya. Manfaatnya banyak, mulai dari mengingat Allah pastinya hingga meraparasi fokus.
Semoga bermanfaat
Kehabisan Waktu di World Stamp Exhibition
Dua Sisi Salatiga
10 tahun, rentang yang lama sejak terakhir (dan juga pertama kali) saya menjejakkan kaki di Salatiga. Kota ini memiliki dua sisi yang kontras. Siang hari semelete ya Allah ya robbi (siang kemarin tidak ada awan sama sekali sampai jam 5 sore, awan cuma ada di dekat gunung). Malam hari yang anginnya kuencuengee pollll. Suatu saat, saya ingin mengupas sisi strategis kota ini yang berada di jalur "sutra" Joglo-Semar, kapan-kapan lho ya.
#backtoreality #perjalananpulangmasihjauh #perjalananpulangmasihpanjang #nyampebandungharuslangsungkejakartamencarinafkah
Jepretan Sepanjang Jl. Slamet Riyadi: Acak tapi Memikat
Loji Gandrung
Bangunan ini merupakan rumah dinas wali kota Surakarta. Artinya, presiden RI saat ini sekitar 10 tahun menjadi tuan rumahnya sebelum akhirnya beliau mengadu nasib ke ibu kota. Tidak tampak penjagaan yang ketat, bahkan saya pun bebas memotret dari gerbangnya.
Saya penasaran arti Loji Gandrung itu apa.
Tapi saya lebih penasaran lagi dengan eksistensi sebuah patung garuda yang berada di depan Loji Gandrung. Dari label di bawahnya, terdapat informasi bahwa patung ini merupakan salah satu "peserta" pawai Solo Batik Carnival beberapa waktu sebelumnya. Dari jauh agak menyerupai kartun saint saiya ala Jepang. Tapi busana motif batik dan bentuk patungnya berupa buring garuda, hmmm Indonesia banget.
Museum Radya Pustaka
Konon, ini adalah museum tertua di Indonesia. Dibangun di era kolonial abad 19, eksistensinya di Kota Surakarta tampak pas lantaran koleksinya yang didominasi artifak sejarah dan budaya. Museum dengan konten klasik di kota bernuansa klasik. Sayang, popularitasnya meredup di era abad 21. Wisatawan tentunya lebih tertarik dengan area Keraton Surakarta. Perlu ide-ide segar untuk mengingatkan kembali eksistensi museum ini.
Batik Everywhere di Kauman
Sebagai kota yang budaya klasik yang kental, Solo dari dulu sudah membudidayakan batik. Salah satu aksi konkretnya adalah menggelar beberapa kampung batik, misalnya yang ada di Kauman. Saya mengitari kampung ini saat jam di gawai saya menunjukan jam tujuh. Apakah terlalu pagi? Tampaknya iya, tapi sebagian toko sudah membuka tirai dagangannya. Sebagai penggemar batik, saya sebetulnya bisa seharian lebih di sini, mungkin sembari menggelar tenda. Tapi apalah daya musafir yang tidak punya banyak waktu dan anggaran. Hehee...
Ada beragam model dan corak batik di sini. Model kampung batik semacam ini memang memberikan keuntungan di (calon) pembeli. Pembeli dapat membandingkan harga dan kualitas produk asli antar-pedagang. Hal ini mendorong penjual tidak melonjakkan harga seenak hati karena pembeli mudah pindah ke lain hati. Model ini jiga menuntut krearivitas yang harus terus dipompa lantaran ide inovasi dapat mudah diikuti. Sayangnya saya belum bisa menemukan apa yang spesial dari Kampung Batik Kauman ink dibandingkan kampung-kampun lainnya.
Terlalu Pagi di Area Keraton Surakarta
Sepertinya saya terlalu pagi untuk disebut sebagai wisatawan. Area Keraton Surakarta masih sepi, belum ada denyut di luar pusat keraton. Hanya lalu lalang motor dan mobil sesekali. Gerbang museum pun masih tergembok, walau demikian, kebersihannya membuat bangunan agak tua ini sudah berseri pagi itu. Sebuah peta raksasa mengilustrasikan potensi wisata di area ini. Ada banyak potensi kuliner sebetulnya, tapi objek wisata kuliner macam apa yang sudah buka bada Shubuh.
Saya memang tidak sengaja berada di sini. Maka, tidak ada ide yang matang untuk menghabiskan waktu di sini. Setidaknya saya pernah berkelililing area keraton. Barangkali ada rezeki, bolehlah mampir ke sini lagi dengan lebih terencana.
Bada Shubuh di Masjid Agung Surakarta
100 persen saya tidak menyangka Allah "menggiring" langkah saya ke sini. Masjid Agung Surakarta, nama resmi bangunan yang menjadi simbol perkembangan Islam di tanah Jawi. Bangunannya sepintas sederhana untuk ukuran tahun 2010-an. Padahal, di awal berdirinya maupun pada era sebelum 1990-an, arsitekturnya bisa disebut sudah sangat megah. Itulah contoh relatif.
Terlepas dari hal itu, masjid ini menawarkan gaya arsitektur yang hangat dalam sentuhan klasiknya. Pilar-pilar kurus dari kayu, atap model limas joglo, hingga keramik tempo dulu. Suasana masih "adem" dengan kultum yang sedang dihelat bada Shubuh menggunakan Bahasa Jawa kromo inggil.
Have a Nice Sakinah Family
Risiko tidak punya jam kerja tetap belakangan ini. Bisa hadir, bisa juga tidak hadir, kepastiannya injury time. Alhamdulillah ekspedisi ke Salatiga membuahkan hasil sesuai ekspektasi, bisa menyaksikan akad dan resepsi kawan karib saya sejak SMA.
Barokallah Mas Arief
Kumparan Labirin
Lajur setapak yang hendak kulintasi
Adakah masih tersisa maknanya
Ataukah telah dimangsa kejengahan
Sebagaimana elegi kemarin
Yang ditelan kegetiran
Tentang asa cita dan rasa
Pada kepakan lugu dan depakan kenyataan
Pada kenangan semasa ngilu
Tudinglah yang kelam padaku
Tertawailah warna lenganku ini
Kikis habislah kenaifanku
Bahkan abaikan rasa kasihan
Patahkanlah semau ego
Sebagaimana aku tak pantas diibai
Tiada alibiku selain menjemput angan dulu
Bilamana aku tempuh arah sama
Di tengah kumparan labirin
Menjadi pihak lawan percaturan
Sebagaimana jeruji memori
Yang memerangkap nalar
Membisikkan nada sumbang
Pada kubangan lumpur yang kudamba
Pada isak tangis yang kubangga
Lempunyangan Dini Hari
Seumur hidup baru kali (kalau tidak salah) menjejakkan kaki di stasiun ini. Kebetuan selama ini memang hajat perkeretaapian selalu menyodoran Stasiun Tugu sebagai destinasi atau salah satu titik pemberhentian. Sedari dulu, memang keduanya bersanding dengan perbedaan kastanya. Menengah ke atas ditujukan pada Tugu, sedangkan menengah ke bawah dialokasikan bagi Lempuyangan. Wujud stratanya terlihat dari kelas kereta yang menyinggahinya. Barangkali, itulah yang mendasari benang merah Tugu dengan Stasiun Gambir, Stasiun Bandung, dan Stasiun Balapan. Di lain kubu, Lempuyangan merajut menang merah dengan Stasiun Pasar Senen, Stasiun Kiaracondong, dan Stasiun Purwosari.
Keduanya masih bernaingkan wilayah yang sama, Kota Yogyakarta. Ah, kuhela nafas dulu. Kota dan provinsi ini memang istimewa. Aku pun punya berpuluh cerita di kota yang hangat temaram ini. Jika bukan faktor profesi di bidang TI, besar kemungkinan saya menyasar kota ini sebagai domisili.
Kiaracondong, Sejurus Ekspedisi di Salatiga
Salah satu perjalanan "jauh" yang dipersiapkan kurang dari 2 hari. Bahkan siang tadi kabar tugas ke Jakarta menjadikan ekspedisi ini "diperpanjang" sehari. Dengan mepetnya waktu, modal paling utama saat ini adalah mental. Tetap tenang, jangan panik, serta tetap waspada, itulah beberapa pegangan untuk mengendalikan diri.
Salatiga, entah yang kota ataukah kabupaten, saya kurang mengerti tapal batas diantaranya. Yang saya ingat, saya pernah menjejakkan kaki di sini sepuluh tahun lalu untuk sebuah kegiatan akademik. Kali ini saya bukan bernostalgia. Ada semangat bersilaturahim di peta jalan hingga tanggal 3 nanti.