Tampilkan postingan dengan label Arsitektur. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Arsitektur. Tampilkan semua postingan

Lengkungan Perak

สวัสดี Bangkok [6] yang Ada di Sekitar Grand Palace

Ministry of Interior, jangan diartikan kementerian [yang ngurusin desain] interior. Maksudnya adalah kementerian dalam negeri. Di beberapa negara lain, istilah yang dipakai adalah Ministry of Home Affair.

Saya bukan fotografer andal, jadi jepretan ini biasa saja.


Ministry of Defence alias kementerian pertahanan. Tidak tampak senjata yang diumbar, malah memancing untuk berswafoto.

nak, sudah pengin ke sana ya...

Keluar dari Grand Palace, mata saya langsung terpancing ke gedung yang berwarna merah hati ini. Entah apa nama gedung ini...

สวัสดี Bangkok [5] Grand Palace

Okay, pencitraan dulu selaku keluarga yang tangguh hohoo

Objek wisata ini menjadi yang paling menguras kocek selama ekspedisi ke Bangkok. Kocek ... THB harus dirogoh untuk menyaksikan mahakarya seni rupa dan juga arsitektur. Beruntungnya, harga tersebut sepadan dengan apa yang disuguhkan, tentunya dengan mengabaikan faktor padatnya wisatawan yang hadir. Bisa dibilang, ini adalah objek ini termasuk menu wajib di berbagai paket wisata ke kota Bangkok. Ini adalah Grand Palace.

Istri saya masih setrong dengan rute perjalanan yang menguras keringat

Ada banyak bangunan dengan desain arsitektur yang eksotik khas negeri Thailand. Beberapa berfungsi sebagai kuil, beberapa sebagai tempat istirahat, beberapa sebagai monumen. Kenali jenisnya dengan baik agar kita tidak mengganggu yang sedang beribadah.

Si buah hati tampak kagum dengan interiornya

Aku juga termasuk yang kagum

Padahal kami hadir ke sana hari Senin, namun masyaAllah ramainya luar biasa. Tampaknya Grand Palace ini memang lebih menyenangkan untuk dikunjungi di pagi hari, saat belum terlalu terik dan belum terlalu ramai.

Lihat saja banyak yang berkerumun di sebuah tempat istirahat. Sementara yang masih moncer berfoto maupun mengitari juga banyak

Salah satu mahakarya yang kreatif

Banyak bangunan dengan cita rasa seni yang tinggi sekaligus ukuran yang tinggi pula. Ya, ada banyak pilar-pilar menjulang mengobarkan semangat keanggunan dan kemegahan.


Patung penjaga yang saya duga mengacu ke fauna babi hutan, bentuk agak seram tapi terkesan gagah juga sih

Salah satu 'adegan' sejarah tentang Kerajaan Thailand

Salah satu 'fitur' menarik di Grand Palace yang jarang dijadikan objek foto adalah lukisan histori tentang Kerajaan Thailand. Wajar, siapa sih yang nggak ngantuk kalau mendengar kata 'sejarah', tentu sangat sedikit. Detail gambar-gambar yang ada pun memang kurang cocok dijadikan objek foto di media sosial. Tapi, jika menelusuri sisi histori, apa yang disuguhkan lukisan-lukisna yang menjadi satu dengan dinding ini menawarkan kisah yang menarik.

The 'real' palace of the royal

Jika mengacu mata 'palace', maka ini adalah istana yang 'sebenarya' sih ya yang ada di foto barusan. Yang menjadi objek wisata sebelumnya bisa dibilang pelataran yang penuh dengan bangunan-bangunan mahakarya yang kreatif. Terlihat anggun dan berwibawa dengan atap khas budaya Thailand.

Mereka adalah pasukan kerjaan yang bertugas di istana. Dalam beberapa momen mereka mengitari istana. Di satu sisi, ini kesempatan untuk mendokumentasikannya dalam wujud foto. Di sisi lain, ini adalah ujian tentang bagaimana kita menghormati dedikasi dan profesi mereka. Jangan terlalu dekat memotret karena itu mengganggu konsentrasi mereka. Beri kesempatan mereka lewat bila kita menghalangi arah jalan mereka.

Niat hati melompat malah terkesan mendarat hehee


Beraneka Rupa Kuil-Kuil di Chiang Rai

Saya pengagum seni, termasuk seni arsitektur dan interior berbagai bangunan. Saya berkunjung ke beberapa kuil di Chiang Rai dalam konteks non-ritual, hanya sekadar mengagumi sebagai karya seni. Ada faktor aqidah berupa perbedaan besar antara saya selaku muslim dengan kawan-kawan penganut agama Budha. Saya harus mempertahankan keyakinan saya dengan tidak mengikuti ibadah mereka. Pun saya juga tidak boleh seenaknya keluar masuk kuil. Saya harus cermat memperhatikan tanda-tanda mengenai apa yang boleh dan apa yang dilarang untuk menjaga perasaan dan hak-hak mereka. Praktis saya hanya mendokumentasikan kunjungna tersebut dalam rangka/konteks wisata dan seni, tanpa secuil tendensi religius. Bahkan ketika ada larangan memotret pun saya wajib mematuhinya.

Papan nama di depan kuil Wat Klang Wiang, sentuhan seninya sudah terasa kuat dari papan nama. Memang terkesan sederhana, tapi tetap saja memikat mata

Penampakan di depan kuilnya persis. Terlihat pola arsitektur segi lima menjadi ciri khas kuil-kuil di Thailand [dan juga Laos]. Ukiran-ukiran warna emas mengisyaratkan keelokan dan kemegahan berpadu warna dasar bangunan merah. 

Salah satu kuil yang bertingkat, sayang saya tidak sempat mengecek namanya. Bentuk atap bersudut lancip juga menjadi karakter khas bangunan-bangunan kuil di sini.

Kalau tidak mendung, mungkin warna putihnya bisa lebih kinclong

Dari kejauhan saya menerka bahwa kuil ini bernuansakan India. Bukan karena nama 'Singha', melainkan bentuk roda yang ada di dengan gerbangnya. Sangat mirip dengan desain-desain khas negara India. Warna putih sebagai warna utama kuil juga kerap saya lihat di foto-foto kuil di India [di internet tentunya, kan saya belum pernah ke India]

Tapi di dalamnya desainnya sangat Thailand. Lihat saja bentuk tampak depan yang berupa segi lima. Thailand banget itu. Kali ini saya memperoleh hasil potret yang cukup unik berupa patung ular naga yang meliuk di depan kuil.

Menara yang tampak cemerlang dengan warna utama kuning emas. Lokasinya di bagian belakang kuil Singha. Ohya, konon kuil Singha merupakan kuil tertua di Chiang Rai yang sudah ada sejak tahun 1385.

Yang ini saya spontan memotretnya saat menuju Mae Sai

idem dengan objek berbeda hehee

#ArfiveThailand

Is it possible

Gegalauan pekan lalu sampai larut malam di FT.UI, Depok. Memikirkan "is it possible to examine hypotheses using qualitative approach?"

Masjid Raya Al A'zhom

#postponedpost


#ArfiveBanten

Mangtrepnya Museum Nasional Singapura

Museum biasanya dianggap sebagai tempat yang terlalu kuno dan kurang menarik untuk dikunjungi. Museum juga kerap diasosiasikan dengan ruangan gelap dengan berbagai meja dimana berbagai barang sejarah diletakkan begitu saja. Tapi, Museum Nasional Singapura ini berbeda. Gedung berarstektur kuno memang menjadi topeng dari luar. Namun, suasana terang justru diumbar dari meja registrasi. Polesan modern menyengat saat ruang demi ruang saya kunjungi. Bicara kecanggihan, sebetulnya museum ini tidak canggih-canggih amat, lebih tepatnya efektif. Beberapa lokasi lebih banyak mengolah model pencahayaan serta animasi untukmendramatisir suasana.




Dari sisi konten, ada dua bagian dari museum, yaitu bagian sejarah serta bagian temporer. Pada bagian sejarah, kita akan disuguhi berbagai pernak-pernik yang mendeskripsikan betapa sejarah negara ini yang sangat berliku. Masa dimana Singapura menjadi rebutan kerajaan-kerajaan [yang kini menjadi wilayah] Malaysia dan Indonesia dilanjutkan era kolonial Belanda hingga bagian pendudukan Jepang. Malah era pendudukan Jepang 'dipropagandakan' sebagai era tersuram Malaysia, entah mengapa, rasa-rasanya di Indonesia biasa saja. Era awal kemerdekaan, integrasi ke Malaysia, hingga akhirnya memisahkan dari Malaysia dideskripsikan dengan detail. Singapura memang mengalami pergolakan status kenegaraan yang dinamis pasca berakhirnya era kolonial Inggris.

Sentuhan modern sebetulnya tidak terlalu mendominasi museum ini. Hanya saja, sebuah ruangan [yang sayangnya saya lupa namanya] menjajakan atraksi video animasi tiga dimensi. Terpukau, saya kagum dengan konsep dan implementasinya. Diceritakan suasana hutan dalam model akustik, termasuk juga pencahayaan dan suaranya. Sebagai klimaks, sebuah atraksi benda-benda langit turun bakal menghipnotis kita, apalagi dengan ruangan yang mempersilakan kita berbaring menatap langit.

Emas Kokohnya Masjid Abdul Gaffar


Sebetulnya saya ke masjid ini dalam sebuah ketidaksengajaan. Tapi Allah memang punya rencana baik sehingga saya berkesempatan menapaki sebuah bangunan yang menjadi simbol kedaulatan beragama umat muslim di Singapura. Alhamdulillah.

Corak kuning dan hijaunya agak unik karena menjadi wujud asilmilasi budaya melayu dengan india. Kedua budaya tersebut memang kerap menggusung warna kuning dan hijau dalam berbagai arsitektur dan juga kegiatan budaya. Lokasi masjid ini memang dekat dengan kawasan Little India, bahkan sebagian besar yang sedang sholat dan mengaji di situ [saat saya mampir] adalah orang India. MasyaAllah...

Cerah Eloknya Masjid Sultan


Berlokasi di Kampung Arab, wajar jika sebagian besar jamaah masjid ini memiliki penampakan etnis Arab dan Kaukasoid. Boleh jadi pengunjung 'lupa' bahwa ini adalah Singapura yang kebetulan tidak didominasi etnis Arab. Bahkan etnis Melayu pun tidak terlalu banyak di daerah ini. Bagi yang berkunjung di Masjid Sultan ada banyak yang bisa dilakukan. Mulai dari ibadah, ya tentu sajalah. Sayang rasanya jika wudhu-sholat-lalu sudah selesai begitu saja. Sempatkanlah waktu untuk menikmati keelokan masjid ini. Arsitekturnya khas India dan Melayu sekali dimana warna kuning dan hijau seolah berebut atensi. Justru warna putih dan kemerahan khas Arab tidak tampak. Banyak ornamen yang menyejukkan hati walau secara warna sebetulnya mencolok. 

Suasana Klasik di Masjid Hajjah Fatimah


Tidak jauh dari Masjid Sultan, sebuah masjid berdiri kokoh walau agak menyempil di tengah kepungan gedung-gedung menjulang tinggi. Ini adalah Masjid Hajjah Fatimah yang namanya diambil dari saudagar muslimah penyokong berdirinya masjid ini. Fakta barusan selayaknya mengingatkan kita bahwa sangat sulit Islam berkembang, termasuk bangunan fisik berupa masjid, jika umat muslim terlalu asyik menikmati hartanya sendiri.

Arsitektur bangunan ini menampakkan unsur Arab yang kental. Hal ini diindikasikan dengan warna cat tembok yang cerah tapi adem, bukan mencolok sebagaimana masjid-masjid yang bernuansa Melayu dan India. Lokasinya memang 'nyempil' diantara gedung-gedung yang lebih megah, tapi saya melihat ini adalah sebuah solusi. Solusi agar umat muslim yang bekerja di gedung-gedung tersebut bisa hadir ke masjid dengan mudah.

Esplanade, Gedung Perlambang Durian

Hitam Eksotiknya Gedung Kampus Seni ini

Stadion Kallang yang Berkalang Prestasi

Warna-Warni di MICA Building

Hijaunya Masjid Jamae

Classic Everywhere

Singapura mudah diasosiasikan sebagai negara yang modern. Jelas tidak salah lantaran teknologi dalam berbagai rupa dikembangkan di negara ini. Sudah banyak pekerjaan yang digantikan oleh aplikasi sistem elektronik, ya walau tentunya ada faktor sedari awal mereka kekurangan manusia sih hehee. Namun di balik gemerlap modernisasinya, Singapura masih menyita mata dengan berbagai wujud eksoktika arsitektur kuno. Banyak bangunan yang masih mempertahankan sajian arsitektur era lama.

Let me Explore the Lions

Alhamdulillah sampai juga walau ternyata keluarnya dari imigrasi 'terlalu cepat'. Hehee, fitur bandaranya yang bagian dalam pre-embarkasi udah bagus banget tapi agak jomplang dengan suasana di pasca-embarkasi. Jadi bingung juga mau ngapain. Okay, lanjut cek kelayakan lokasi-lokasi yang masih membingungkan sekaligus mengurus item-item pribadi. Bismillah, hari ini bakal banyak memakan energi. Jarak yang 'nanggung' [dan keterbatasan anggaran] membuat saya [kemungkinan berjalan] mempraktikan paket kebijakan ekonomi jalan kaki.

Banyak lokasi eksotik untuk disinggahi
Banyak hal menarik untuk dipelajari
Banyak manusia untuk dikenali
Mari jelajahi Pulau Singa ini

Entah apa di depan Terminal 2

Entah apa itu bangunan di depan Terminal 2 Bandara Soekarno-Hatta ini. Apakah ini stasiun kereta menuju Jakarta? Barangkali sih. Yang pasti, bentuknya menarik, arsitekturnya mengunfang atensi. Semoga nanti ada sentuhan artistik yang kreatif.

Bada Shubuh di Masjid Agung Surakarta

100 persen saya tidak menyangka Allah "menggiring" langkah saya ke sini. Masjid Agung Surakarta, nama resmi bangunan yang menjadi simbol perkembangan Islam di tanah Jawi. Bangunannya sepintas sederhana untuk ukuran tahun 2010-an. Padahal, di awal berdirinya maupun pada era sebelum 1990-an, arsitekturnya bisa disebut sudah sangat megah. Itulah contoh relatif.

Terlepas dari hal itu, masjid ini menawarkan gaya arsitektur yang hangat dalam sentuhan klasiknya. Pilar-pilar kurus dari kayu, atap model limas joglo, hingga keramik tempo dulu. Suasana masih "adem" dengan kultum yang sedang dihelat bada Shubuh menggunakan Bahasa Jawa kromo inggil.

Masjid Junudurrahman Bandung