Tampilkan postingan dengan label Negeri. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Negeri. Tampilkan semua postingan

Adakah Unsur TI dalam Insiden JT610?

Seusai menyimak tayangan (versi ulang) ILC tentang insiden pesawat, saya tertarik pada sebuah dugaan mengapa pesawat baru kok mengalami kecelakaan, yaitu keterbiasaan pilot/ko-pilot/teknisi terhadap si pesawat baru. Dugaan ini terkait dengan isu user-friendly pada ranah Interaksi Manusia-Komputer (Human-Computer Interaction). Apakah mungkin desain aplikasi di kokpit ikut berpengaruh dalam pengambilan keputusan si pilot/ko-pilot?

Tentu bukan hal yang mudah menyusun desain interaksi yang memuat berbagai informasi kritis dan rumit, sedangkan prinsip 'simplicity' perlu diperhatikan oleh desainer. Desainer perlu mengestimasi kondisi darurat yang menuntut pilot/ko-pilot berpikir cepat dengan berbagai macam statistik pada kokpitnya dalam satuan detik dengan taruhan nyawa penumpang.

Palestine Walk@Bandung

Tentang Bukittinggi: Ibu Kota Darurat Indonesia


Kita mengenal Bukittinggi sebagai salah satu destinasi wajib bila berada di Sumatera Barat. Padahal, ada peran 'ajaib' yang pernah diemban kota ini di era perjuangan awal kemerdekan Indonesia. Kota Bukittinggi adalah ibu kota ketiga Indonesia setelah Jakarta dan Yogyakarta berhasil direbut oleh Belanda. Sebuah hal yang ajaib negara yang baru merdeka kemarin sore ternyata punya ide brilian untuk membentuk pemerintahan darurat di ibu kota darurat yang lokasinya agak jauh dari ibu kota asalnya. Dalam sistem komputer, Kota Bukittinggi menjadi disaster recovery center lantaran data center kolaps. Harus diakui, hubungan erat antara suku Minang di pemerintahan pusat dengan suku Minang di Sumatera Barat menjadi motivasi dipilihnya Kota Bukittinggi selain faktor 'tersembunyi' dari jangkauan Belanda. Yang menarik, deklarasi pemerintahan darurat di Kota Bukittinggi ini seharusnya dilatari instruksi resmi dari pemerintah pusat di Yogyakarta. Lantaran faktor teknis, instruksi tersebut tidak pernah diterima walau sudah resmi dikeluarkan. Ajaib kan hehee...

Kini, Jam Gadang kota ini menjadi simbol khasnya. Belum foto dengan latar Jam Gadang berarti visitasi ke Kota Bukittinggi patut dipertanyakan. Kurang lebih seperti itulah anekdotnya. Hingga sekarang jam ini masih berputar dengan berbagai perangkat berat di sekitarnya lantaran permugaran taman. Mungkin tahun depan selesai...

#AsianParaGames

Istora

Bentuk atapnya #istorasenayan itu seolah mengingatkan kita pada naik turunnya prestasi bulutangkis Indonesia. Anggap saja hanya kebetulan, karena optimislah ke depannya akan lebih baik. #asianparagames2018

Momen Pembuktian Keadlian PSSI

Protes keras dilancarkan Persib Bandung beserta para pendukungnya pasca-vonis yang diumumkan oleh Komisi Disiplin terkait laga Persib vs Persija lalu. Ada dua jenis sanksi, yaitu sanksi atas konflik fisik para pemain di lapangan serta sanksi atas insiden pengeroyokan suporter lain oleh 'oknum' pendukung Persib. Mengenai sanksi terkait 'ulah' para pemain, saya tidak ingin mengupas lebih lanjut. Saya hanya bisa berkomentar bahwa sanksi yang dijatuhkan berbarengan dengan sanksi atas penyeroyokan sehingga memang mengesankan ada 'penggembosan' di dalam lapangan dan di luar lapangan. Padahal, jika menyoroti snaksi atas penyerokan, justru bentuk sanksi yang diterima masih dalam ambang wajar. Istilahnya, memang dasar apes ada sanksi untuk kasus lain yang membuat keduanya bercampur.

Tanpa menunggu selang lama setelah skorsing kompetisi dicabut, aksi tidak kalah sembrono malah ditunjukkan 'oknum' pendukung Arema. Nyanian rasis, provokasi langsung ke pemain lawan di tengah lapangan, masuk ke tengah lapangan persis seusai pertandingan, dan yang paling parah adalah aksi menyobek bendera dengan logo klub lawan. Tindakan yang jelas-jelas menunjukkan ketidaksanggupan si pelaku memakai otaknya. Sepintas memang tidak ada korban jiwa, tapi apa yang sudah dilakukan jelas-jelas membakar bara permusuhan kedua pihak pendukung. Saya yakin, jika yang bersangkutan tidak 'diamankan' oleh pemain Arema maka bisa saja dihajar langsung oleh aparat. Tidak terbayang apa yang terjadi bila di stadion itu ada pendukung Persebaya, bisa terjadi kerusuhan massal.

Insiden sembrono tersebut kini menjadi momen pembuktian keadilan PSSI dalam menangani permasalahan pendukung. Saya sepakat sanksi yang diberikan kepada Persib juga dijatuhkan kepada Arema, termasuk larangan ditonton oleh pendukungnya, melakoni laga kandang di luar Pulau Jawa, sanksi administrasi kepada panpel [yang kecolongan], hingga sanksi larangan masuk stadion kepada individu si oknum. Tidak ada korban jiwa tidak berarti sanksi cukup yang ringan-ringan saja.

Ironi Pengungkapan Kasus Hoaks

Terkait foto aksi turun tangan sebuah organisasi yang mendadak disebut-sebut hoaks oleh salah satu lembaga negara, saya hanya ingin mengingatkan sebuah kasus yang tidak lama.

Ada satu kasus video pengeroyokan yang "ditambahi" kalimat sebuah agama. Setelah disebar seseorang dan membuat ricuh, ternyata video tersebut hoaks. Sampai saat ini tidak ada penindakan terhadap seseorang tersebut.

Ya sudah, itu saja...

Kita Masih Berduka

Beberapa hari lalu, saya sempat chat dengan salah seorang kawan lama yg merantau ke Palu. Beliau bercerita bahwa kondisi di sana memprihatinkan dan penuh keterbatasan. Semoga para warga di sana diberi ketabahan dan kekuatan.

Ancaman dan Gugatan

Di beberapa grup sedang ramai membahas tentang regulasi BPJS terkait rujukan dari faskes ke tipe rumah sakitnya. Entah apakah kebijakan tersebut dilatarbelakangi apa. Mungkin untuk memperbaiki model bisnis BPJS yang beberapa kali defisit, mungkin sebagai momentum meningkatkan kualitas dan pemerataan fasilitas kesehatan dan rumah sakit yang selama ini "kurang dilirik".

Saya membayangkan sungguh beratnya tanggung jawab yang harus dipikul para pejabat yang menetapkan kebijakan tsb. Bagaimana ternyata kebijakan tsb membuat susah orang yang sedang sakit plus kurang mampu finansialnya? Bagaimana jika kebijakan tsb menyebabkan dampak-dampak negatif lantaran birokrasi ini itu? Ada banyak "gugatan" yang mengintai seseorang di akhirat jika kebijakan yang dibuat ternyata merugikan orang lain. Termasuk "gugatan" kepada para "pembisik" kebijakan tersebut (kadang ada juga pejabat yang tahu-tahu disodorin draft hampir jadi tinggal tanda tangan, malah tidak dibaca seksama)

Mengitari GBK







Terik Pagi Menuju Siang di #AsianGames2018








Kilas Balik GBK di fX Sudirman

Ceritanya saya hendak mencari ATM di fX Sudirman. Eh, malah menemukan sebuah galeri foto-foto djadoel dari pembangunan Stadion Gelora Bung Karno [d/h Senayan]

Belum sarapan dan sehabis jalan kaki dari kawasan Semanggi hehee

Sosok Presiden pertama RI, Soekarno, tidak bisa dilepaskan dari GBK. Bukan sekadar nama, melainkan gagasan dan atensi beliau terhadap olah raga merupakan tonggak berdirinya kawasan olah raga Senayan. Asian Games 1962 merupakan misi nekad seorang presiden dari negara yang usianya masih di level 'merangkak'. Saat itu memang perekonomian gersang, tapi investasi 'gila ' itu terasa manfaatnya sekian dekade kemudian.

Salah satu proses renovasi GBK/Senayan. Di stadion ini, ada banyak suka cita Bangsa Indonesia, terutama terkait persepakbolaan Indonesia yang puasa [di level senior]

Stadion ini sakral, apalagi jika Bendera Merah Putih sudah dikibarkan.

Masih ada banyak koleksi foto lainnya. Saya yakin bahwa versi digital yang bisa ditonton melalui website tidak kalah ciamik.


Satu Harmoni Nirkubu untuk Indonesia

"Foto dari Laily Rachev, Biro Pers dan Media Istana"

Kalimat tersebut sebagai pengakuan dan wujud etika karena artikel ini memakai hasil potret orang lain. Selain kalimat itu, saya rasa tidak perlu deskripsi lebih lanjut.

Indonesia 73 tahun

Dirgahayu Indonesia, negeri elok amat kucinta dengan populasi 250-an juta dan pulau 13.000-17.000 plus keanekaragaman sotonya.
"Siapa kita?" "INDONESIA"
"Siapa kita?" "INDONESIA"
"Siapa kita?" "INDONESIA"


*sebetulnya foto ini diambil tidak persis di tanggal 17 Agustus hehee, 18 atau 19 Desember lah. Terima kasih Bung @wiranurmansyah atas potret perjuangannya di Rajamangala dua tahun lalu.

18th Asian Games in 18.8.18

Upacara pembukaan yang sangat keren. Kolaborasi tradisional dan modern. Sineegi antara sakral, syahdu, riuh, garang, dan segala rupa. Salut kepada penyelenggara dan pengisi acara.

Meetup with Product Manager on Fintech

#postponedpost

Nasionalisme yang kok Lucu

Sepak bola Indonesia kembali menyoroti pola pikir ketua PSSI. Pertama kali dalam sejarah Indonesia, seorang ketua PSSI bermaksud memagari pemain Indonesia agar tidak mengadu nasib ke negeri tetangga. Alasannya terus terang agak mengada-ada dan sebetulnya pun kurang masuk di akal. Dalam salah satu kesempatan, beliau menegaskan bahwa akan ada sanksi berupa pencoretan bagi pemain yang nekat bermain di luar negeri. Frase 'pengkhianat bangsa' pun sempat terlontar sebagai intepretasi jika ada pembangkangan atas keputusan beliau. Tentu saja ini kita sedang membicarakan kasus transfer Ilham Udin Armain dan Evan Dimas Darmono. Saya berpikir bahwa ada yang lucu dari pola pikir ini.

Jelas sebuah keputusan yang aneh ketika menyangkut pautkan nasionalisme dengan bermain di luar negeri. Bisa dibayangkan berapa banyaknya pemain Brazil dan Argentina yang tidak nasionalis jika kit amemakai pola pikir tersebut. Kenyataannya, justru banyak pemain kedua negara itu merantau ke negara lain, khususnya ke Eropa agar dilirik pelatih timnas, bermain dengan seragam timnas, ujung-ujungnya membawa harum negaranya. Bahkan tidak perlu jauh-jauh, pemain senior atau bahkan yang sudah pensiun, semisal Bambang Pamungkas, Ponaryo Astaman, Hamka Hamzah, Elie Eiboy, Ilham Jayakesumah, Victor Igbonefo, hingga Robby Darwis adalah pemain yang bermuka dua, tidak nasionalis tapi kok nasionalis juga.

Nama-nama tadi, dan tentunya masih banyak lagi, punya rekam jejak yang bagus dan punya kontribusi bagi timnas. Bahkan saya tidak pernah mendengar mereka mangkir dari panggilan timnas . Tentu saja di lua dualisme tahun 2011-2012 lalu. Bahkan di saat sebagian pemain senior dipagari 'PSSI tandingan', Bambang tetap nekat membela timnas. Nah, sekarang dua pemain yang saya sebutkan di paragraf pertama. Apakah keduanya punya rekam jejak mangkir dari timnas, setahu saya tidak. Bahkan kedua pernah menyumbangkan trofi Piala AFF U-19. Dan jika bicara subjektif, gelar itu digapai tidak pada masa jabatan ketua PSSI sekarang yang mana masih mandul trofi.

Jika memang kekhawatirannya adalah kedua pemain mangkir, ya sudah bicara secara personal. Hal ini tidak ada sangkut pautnya dengan bermain di luar negeri. Jika potensi mangkirnya dikarenakan jadwal liga di negara sebelah, ya sudah bicarakan dengan klub secara baik-baik, bukan tiba-tiba memagari pemain yang sudah tanda tangan kontrak. Macam tidak pernah belajar hukum/etika pekerjaan profesional saja.

Jika alasannya adalah kedua pemain ini menuju kompetisi yang tidak jauh berbeda dengan Indonesia, hmmm. Rasanya ini lebih lucu. Argumentasi ini sempat dilontarkan sekjen PSSI ketika disinggung mengapa pemain yang merantau ke Thailand tidak dipermasalahkan. Beliau menyebutkan kompetisi di Malaysia 11-12 dengan Indonesia. Jujur saya tidak sependapat dengan beliau. Jika dari sisi antusiasme penonton dan jumlah kontestan, memang Indonesia unggul dari Malaysia. Tapi jangan lupa bahwa, beberapa tahun lalu sudah berhasil menggebrak kompetisi regional lewat Johor Darul Takzim yang juara Piala AFC. Apa perlu saya bandingkan dengan Indonesia yang [maaf sekali maaf] mendaftaran klub ke kompetisi regional saya telat [ya walau itu bukan di masa kepengurusan sekarang].

Saya sepakat jika salah satu indikasi nasionalisme adalah mau tidaknya dipanggil untuk seleksi/laga/pelatihan timnas. Tapi jika ukurannya bermain di luar negeri, apapun kompetisinya, saya tidak sependapat. Semoga pihak-pihak terkait bisa menentukan solusi yang tepat dan wajar.

Diplomasi Anggrek

Serampang Kece di Jalan Soekarno Hatta Bandung

Pernak-pernik kece khas budaya #nyundapisan

Ornamen AsianGames di Bandung

Walau #bandung bukan tuan rumah #asiangames2018 tapi semaraknya tetap harus ikutan. Kan kita #satuindonesiasatusaudara