Tampilkan postingan dengan label Islam. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Islam. Tampilkan semua postingan

Lengkungan Perak

Apresiasi bagi Para Jamaah Subuh

Alhamdulillah dapat banyak rezeki di sholat subuh tadi. Sholatnya sendiri tentu tidak sekadar ritual penggugur kewajiban, tapi juga rezeki atas waktu dan tenaga yang diberi Allah. Seusai sholat, alhamdulillah bisa "melawan" hasrat melanjutkan tidur yang belum pulas ke penginapan. Inspirasi tentang ukhuwah jadi "sarapan" yang melecut diri ini berintrospeksi, termasuk kondisi rohani yang beberapa waktu ini "gersang". Dan alhamdulillah sarapan dalam arti denotatif ternyata ada hehee. Sepiring pecel lele dan nasi jadi hidangan yang kebetulan salah satu kegemaran saya. Alhamdulillah...

Surga Tersembunyi di Chiang Rai


Tantangan terbesar saat bepergian di kawasan yang tidak didominasi muslim adalah mencari masjid. Jauh-jauh hari saya mencari tahu dimana saja lokasi masjid yang ada di kota Chiang Rai. Hasilnya kurang begitu meyakinkan. Salah satu yang tampaknya bisa diandalkan adalah masjid Nurul Islam yang berlokasi sekian kilometer dari terminal. Tapi lokasinya yang tidak di pinggir jalan persis membuat saya hanya mengalokasikan satu kali saja ke sini, tepatnya untuk sholat Jumat.


Pintu masjid masih sepi, kalau dari garis bujur sih memang 11-12 dengan Banda Aceh, jadi waktu Dhuhur-nya agak beda jauh dari wilayah Jakarta

Saya dan istri persis dari kuil Wat Rong Khun dengan target harus sampai di sini sebelum adzan. Alhamdulillah bapak supir angkot berhasil mengantarkan kami walau dia sendiri juga kebingungan. Ya, wajar sih. Objek yang jarang dan tidak populer seperti memang tidak banyak diketahui orang yang berbeda agama. Terima kasih bapak sudah berkenan mengantar hehee...

Kesederhana yang menyejukkan

Pengalaman sholat Jumat kali ini memang unik. Sebelum adzan, ada seorang bapak yang memberikan tausiyah dalam bahasa Thailand. Ojo tako aku ngerti opo ora. Selanjutnya seorang ulama menjadi khotib setelah adzan dikumandangan. Beliau membawakan khutbah dalam bahasa Arab. Saya menerka khotib ini asli dari Timur Tengah dan tidak fasih berbahasa Thailand sehingga isi khutbah dalam bahasa Thailand dibawakan terlebih dulu oleh si bapak sebelumnya. Berbeda dengan pengalaman serupa di Malaysia dan Singapura yang secara bahasa mirip, saya tidak begitu tahu, bahkan tidak tahu sama sekali yang menjadi isi khutbah. Walau demikian, saya yakin isinya tentang ajakan berbuat kebajikan dan melawan kebatilan. 

 Suasana seusai Jumatan, mau gimana pun juga yang namanya masjid memang menyejukkan


 Di dekat masjid ini, terdapat kedai yang menyediakan makanan halal relatif lengkap. Sungguh nikmat akhirnya bisa menikmati hidangan dengan status halal yang jelas.

#ArfiveThailand

29 Ramadhan kali ini

Ini bukan bulan Ramadhan yang sekokoh sebelum-belumnya. Ada banyak ketidaksiapan yang berdampak pada kesempoyongan fisik dan juga batin. Tertatih memang 29 hari ini. Beberapa target nyaris tak tercapai walau harus agak merangkak. Sejumlah target kudu pupus terbatasi waktu dan tenaga. Pelajaran berharga di kemudian hari ^^

Masjid Raya Al A'zhom

#postponedpost


#ArfiveBanten

Emas Kokohnya Masjid Abdul Gaffar


Sebetulnya saya ke masjid ini dalam sebuah ketidaksengajaan. Tapi Allah memang punya rencana baik sehingga saya berkesempatan menapaki sebuah bangunan yang menjadi simbol kedaulatan beragama umat muslim di Singapura. Alhamdulillah.

Corak kuning dan hijaunya agak unik karena menjadi wujud asilmilasi budaya melayu dengan india. Kedua budaya tersebut memang kerap menggusung warna kuning dan hijau dalam berbagai arsitektur dan juga kegiatan budaya. Lokasi masjid ini memang dekat dengan kawasan Little India, bahkan sebagian besar yang sedang sholat dan mengaji di situ [saat saya mampir] adalah orang India. MasyaAllah...

Jauh sih, tapi Mengesankan


Saya lahir dan tumbuh di lingkungan yang kebetulan didominasi orang Islam. Hal yang wajar untuk menjadi mushola ataupun masjid. Lumrah juga untuk izin menjeda agenda untuk pamit sholat, termasuk sholat Jumat. Karena itulah saya kerepotan untuk menyesuaikan diri saat berada di daerah yang didominasi non-muslim. Singapura adalah negara kedua yang saya kunjungi jika kategorinya Islam sebagai populasi minoritas. Sulit mencari mushola, masjid, atau bahkan sejengkal area untuk sholat. Kebetulan dari jadwal perjalanan ini, hari Jumat bertepatan dengan agenda konferensi hari kedua. 

Berdasarkan poster yang saya baca dekat mushola yang berlokasi di agak jauh gedung konferensi, ada bus yang mengantarkan para umat muslim menuju ke masjid terdekat.  Statusnya sih 'terdekat', padahal jaraknya sudah dalam satuan 'km'. Membaca info itu, saya mengikuti skenario berupa berkumpul di gedung lokasi musholat berada sambil menunggu bus. Sekitar lima menit kok suasana sepi, saya cek kembali pengumumannya, eh ternyata kalau libur semester tidak ada bus tersebut. Artinya saya harus 'berpetualang' mencari lokasi masjid yang dimaksud. Berbekal Google Maps plus bantuan dari seorang ibu dan anaknya, saya diarahkan memakai bus untuk menuju Masjid Maarof.

Sebagaimana khasnya arsitektur masjid, bangunan ini sangat anggun dengan menyimpan kesejukan yang membuat kita ingin berlama-lama di masjid. Suasana ramai karena ini memang agendanya sholat Jumat. Tentu saya tidak mensurvei satu demi satu. Tapi saya yakin, selain saya, pasti ada orang yang bukan penduduk Singapura di sini. Dari penampilan fisik sebetulnya sudah tampak keanekaragamannya. Ada yang tampak khas Melayu, India, Arab, bahkan Kaukasoid. Semua membuat dengan tujuan sama, ibadah.

Cerah Eloknya Masjid Sultan


Berlokasi di Kampung Arab, wajar jika sebagian besar jamaah masjid ini memiliki penampakan etnis Arab dan Kaukasoid. Boleh jadi pengunjung 'lupa' bahwa ini adalah Singapura yang kebetulan tidak didominasi etnis Arab. Bahkan etnis Melayu pun tidak terlalu banyak di daerah ini. Bagi yang berkunjung di Masjid Sultan ada banyak yang bisa dilakukan. Mulai dari ibadah, ya tentu sajalah. Sayang rasanya jika wudhu-sholat-lalu sudah selesai begitu saja. Sempatkanlah waktu untuk menikmati keelokan masjid ini. Arsitekturnya khas India dan Melayu sekali dimana warna kuning dan hijau seolah berebut atensi. Justru warna putih dan kemerahan khas Arab tidak tampak. Banyak ornamen yang menyejukkan hati walau secara warna sebetulnya mencolok. 

Suasana Klasik di Masjid Hajjah Fatimah


Tidak jauh dari Masjid Sultan, sebuah masjid berdiri kokoh walau agak menyempil di tengah kepungan gedung-gedung menjulang tinggi. Ini adalah Masjid Hajjah Fatimah yang namanya diambil dari saudagar muslimah penyokong berdirinya masjid ini. Fakta barusan selayaknya mengingatkan kita bahwa sangat sulit Islam berkembang, termasuk bangunan fisik berupa masjid, jika umat muslim terlalu asyik menikmati hartanya sendiri.

Arsitektur bangunan ini menampakkan unsur Arab yang kental. Hal ini diindikasikan dengan warna cat tembok yang cerah tapi adem, bukan mencolok sebagaimana masjid-masjid yang bernuansa Melayu dan India. Lokasinya memang 'nyempil' diantara gedung-gedung yang lebih megah, tapi saya melihat ini adalah sebuah solusi. Solusi agar umat muslim yang bekerja di gedung-gedung tersebut bisa hadir ke masjid dengan mudah.

Hijaunya Masjid Jamae

Ada yang Tidak Beres

Ada yang tidak beres dengan hati
Saat bergulat nyaris mati mengejar dunia
Padahal sudah tahu gerlapnya panggung sandiwara
Namun berlagak harap maklum

Ada yang tidak beres dengan kalbu
Saat menunda asupan nutrisi rohani
Saat sengaja mempercepat durasi sujud
Dan terburu-buru ibadah tanpa kualitas

Ada yang tidak beres dengan pribadi
Saat tidak mampu berpihak pada ibadah
Saat tiap menit hanya bermakna 60 detik
Namun alfa dalam menabung amal

Ada yang tidak beres dengan masa depan
Saat khawatir tidak meraih rezeki
Toh distribusi sudah Illahi bagikan
Padahal Illahi yang Maha Berkehendak kerap kita pintai iba

Tapi ada yang beres
Saat sadar tentang ketidakberesan tersebut
Dan berbulat hati bertekad murni perbaiki diri

Agar Kalbu tidak Malnutrisi

Aku yang Menjauh

Sepertinya aku yang menjauh
Membiarkan sekat tebal menjarakkan
Mengabaikan sinyal dan cahaya-Nya
Padahal lemahku tiada daya hadapi semua

Memang dan bukan sepertinya
Aku yang diayun lalai atas arah-Nya
Goyahku dalam jembatan dan persimpangan
Dimana hampa jadi kawan semua nir-makna

Aku harus ingatkan nurani kembali
Pada bait dan asa menghamba pada-Nya
Usir segala getir dengan yakin atas-Nya
Abdikan seluruh waktu s'bagai umat-Nya

Tentang Tawadhu

Salah satu yang membuat hidup ini nyaman adalah tawadhu.
Jadi kalau hidup kita gelisah tidak enak, salah satu penyebabnya adalah tawadhu kita belum bagus.
Tidak cukup kita memperbanyak ilmu, memperbanyak amal, tidak cukup. Kita harus memeriksa penghancur amal kita.
Jauh lebih disukai dosa yang ditaubati daripada amal yang takabur.

Orang yag tawadhu hatinya tunduk kepada syariat Allah
Orang yang tawadhu mennyukai saran dan kritik sepedas apapun 
Orang yang tawadhu tidak meremehkan orang lain dalam bentuk apapun
Orang yang tawadhu itu kokoh, seperti pohon yg akarnya menghujam ke tanah, ditempas angin diterpa badai ya 'ajeg we'

Kutipan nasihat Aa Gym

Desau

Dengan tujuan yang sama, tiap potongan yang berbeda akan berbuah makna. Seperti itu pula umat Islam. Berbagai tugas yang berbeda akan bermuara pada kejayaan Islam selama tujuan kita sama, yaitu ridho Allah.

Belajar dari Bulan

Bulan, sebuah objek antariksa yang mengitari Bumi. Dia pula menemani Bumi mengelilingi matahari. Dia mematuhi kodratnya dengan menjalankan perintah-Allah dalam segala rupa manfaat.

Ya, bulan tidak sekedar mengitari Bumi maupun menemani dalam pengelilingan matahari. Aktivitas tersebut berbuah dalam manfaat yang manusia petik. Pergantian bulan dan matahari dalam kalender qomarih adalah panduan manusia dalam menata waktu dan juga menepati waktu beribadah sesuai syariat.

Begitulah bulan dengan aktivitasnya yang tidak sekedar ada, tapi juga bermakna.

Masjid Junudurrahman Bandung

RapidTripKL#6: Ada Payung juga di Masjid Jamek


Sebuah masjid yang entah mengapa ingin saya sempatkan mampir di sini. Kebetulan lokasinya dekat dengan salah satu statiun RLT sehingga saya dan istri sepakat 'melipir' ke sini setelah berpanas ria di Dataran Merdeka. Ternyata ada kesamaan antara masjid ini dengan Masjid Baiturrahman yang berada di Banda Aceh. Deretan payung dengan model mengadopsi Masjid Nabawi terhampar di latar Masjid Jamek ini.

Sepertinya tidak ada koordinasi antara pengurus/pengelola diantara Masjid Jamek dengan Masjid Baiturrahman. Tapi kesamaan ini seolah mengingatkan bahwa Allah punya kehendak yang menggerakkan sesuatu yang di luar perkiraan/bayangan kita. Kesamaan ini juga mengajarkan kita untuk menanggalkan kesombongan. Ya, masyarakat tidak bisa klaim bahwa masjid yang punya payung cuma masjid X doang, ternyata masih ada masjid Y, dan itu sah-sah saja.

RapidTripKL#2: Ademnya Masjid Negara

Tidak banyak yang ingin saya tulis tentang masjid ini. Masjid ini syahdu, sejuk, dan menentramkan hati. Cuaca panas khas metropolitan sedikit mereda tatkala kita menapaki ruangan masjid ini. Dari sini pulalah dakwah untuk mempertahankan Islam di negara Malaysia didengungkan.

Langkawi#12: Masjid Al Hana