Mangtrepnya Museum Nasional Singapura

Museum biasanya dianggap sebagai tempat yang terlalu kuno dan kurang menarik untuk dikunjungi. Museum juga kerap diasosiasikan dengan ruangan gelap dengan berbagai meja dimana berbagai barang sejarah diletakkan begitu saja. Tapi, Museum Nasional Singapura ini berbeda. Gedung berarstektur kuno memang menjadi topeng dari luar. Namun, suasana terang justru diumbar dari meja registrasi. Polesan modern menyengat saat ruang demi ruang saya kunjungi. Bicara kecanggihan, sebetulnya museum ini tidak canggih-canggih amat, lebih tepatnya efektif. Beberapa lokasi lebih banyak mengolah model pencahayaan serta animasi untukmendramatisir suasana.




Dari sisi konten, ada dua bagian dari museum, yaitu bagian sejarah serta bagian temporer. Pada bagian sejarah, kita akan disuguhi berbagai pernak-pernik yang mendeskripsikan betapa sejarah negara ini yang sangat berliku. Masa dimana Singapura menjadi rebutan kerajaan-kerajaan [yang kini menjadi wilayah] Malaysia dan Indonesia dilanjutkan era kolonial Belanda hingga bagian pendudukan Jepang. Malah era pendudukan Jepang 'dipropagandakan' sebagai era tersuram Malaysia, entah mengapa, rasa-rasanya di Indonesia biasa saja. Era awal kemerdekaan, integrasi ke Malaysia, hingga akhirnya memisahkan dari Malaysia dideskripsikan dengan detail. Singapura memang mengalami pergolakan status kenegaraan yang dinamis pasca berakhirnya era kolonial Inggris.

Sentuhan modern sebetulnya tidak terlalu mendominasi museum ini. Hanya saja, sebuah ruangan [yang sayangnya saya lupa namanya] menjajakan atraksi video animasi tiga dimensi. Terpukau, saya kagum dengan konsep dan implementasinya. Diceritakan suasana hutan dalam model akustik, termasuk juga pencahayaan dan suaranya. Sebagai klimaks, sebuah atraksi benda-benda langit turun bakal menghipnotis kita, apalagi dengan ruangan yang mempersilakan kita berbaring menatap langit.

No Response to "Mangtrepnya Museum Nasional Singapura"