#EkspedisiKinabaluBrunei ISCAIE on stage...

Hari kedua ISCAIE, alhamdulillah fisik sudah mulai pulih walau batuk masih cekikikan membayangi. Seperti yang sudah-sudah, batuk memberi dampak sistematik pada metabolisme tubuh saya. Saya menjadi 'gila' minum air putih untuk melegakan kerongkongan yang berujung pada bolak-baliknya saya ke toilet [boso Jowo'ne 'beser'] dan karya seni saya menjadi saya beninggggg. Ibarat lagu Ebiet G. Ade, 'Sebening Embun', lah kok ngelatur...

Terus terang, saya tengah menggandrungi gaya busana ini, perpaduan formal dan non-formal

Singkat cerita fisik saya masih dalam tahap pulih dan tidak ada pilihan lain, kecuali maju terus hadir ke ISCAIE untuk dua alasan. Pertama, saya tampil sebagai penyaji selama sekitar 15 menit atas materi yang saya mulai rintis substansinya sejak satu semster sebelumnya dalam SM2 saya. Kedua, saya pun tampil sebagai moderator [bahasa gaholnya Session Chair] selama kurang lebih 3 jam. Alasan kedua ini menuntut saya banyak konsentrasi mengingat saya selaku 'supir' dari jalannya sesi paralel dimana ada sekitar 10-12 penyaji tampil dengan berbagai kondisi.

Persiapan sebelum 'manggung'

Beberapa kejadian di luar rencana terjadi dan malah menjadi pengalaman berharga bagi saya. Tak lupa kesempatan berbicara di muka umum dalam bahasa Inggris tentu momen langka yang patut disyukuri. Kalau boleh jujur, saya tidak memperoleh honor sebagai moderator karena memang sifatnya sukarela dan memang tidak ada orientasi finansial di sini. Saya terinspirasi dari Mr. Gurdel Ertek asal Uni Emirat Arab yang saya temui pada ICIT 2017 di Singapura. Beliau bisa membawakan sesi paralel dengan sangat luwes melalui berbagai obrolan kilat namun cukup mencairkan suasana. Di tengah obrolan seusai acara ICIT tersebut, beliau berpesan untuk teruslah mengeskalasi diri atas berbagai tantangan.


Alhamdulillah


Ada pembeda yang signifikan antara konferensi dibandingkan dengan jurnal. Dari sisi kualitas proses seleksi dan produksi, jelas jurnal lebih ketat sehingga hasilnya pun patut diklaim [relatif] lebih sahih. Tapi, konferensi menawarkan fitur ekspansi relasi/koneksi yang tidak mudah didapatkan. Kesempatan yang langka bisa menjalin relasi-relasi baru dari berbagai asal kampus, bahkan negara. Pada konferensi-konferensi sebelumnya, saya berkesempatan kenal dengan Mr. Sapi'ee [Malaysia], Mr. Leonel Hernandez [Kolombia], Mr. Ertek [UEA], Mr. Alhassan Enagi [Afrika Selatan], Mr. Kosin Chamnongthai [Thailand, legenda elektronya Thailand]. Malah, berapa kali saya dan Mr. Hernandez saling berbalas komentar di laman Facebook, hehee. Pun dengan konferensi kali ini. Ada Mr. Linh Pham [Vietnam dan Australia], Mr. Shaiful Bakhtiar [Malaysia], Mr. Riady Siswoyo [Indonesia, tapi tengah ber-diaspora di Sarawak], Mr. Elmer Magsino [Filipina], Mr. Chrishanton V. [Malaysia], serta duo mahasiswa 'nekat parah' asal Institut Teknologi Kalimantan, yaitu Iman L. Hakin [mirip nama dosen saya] serta David Christover. Masing-masing memberi kesan tersendiri dengan berbagai menu obrolan. Termasuk diantaranya sudut pandang orang luar negeri terhadap apa yang terjadi di Indonesia, hehee.

Mr. Chrishanton dari Selangor, Malaysia



Kisaran jam 3 siang [alias jam 2 WIB], acara usai dan waktunya bagi saya mengitari apa yang patut dijelajahi di Kota Kinabalu di waktu yang semakin terkuras lantaran perlunya saya beristirahat. Tambahan, perjalanan ini [insyaAllah] belum berakhir di hari ini maupun besok sebagaimana peserta lainnya. Sebuah ekspedisi gila 'memaksa' saya banyak menghemat tenaga.

Iman dan David, duo anak ajaib dari Balikpapan


No Response to "#EkspedisiKinabaluBrunei ISCAIE on stage..."