Aula Villa Paradewa 20 Maret 01.28

Samar suara rrintik dari balik pintu. Galau, gundah, sedih, trenyuh, entahlah harus didefinisikan bagaimana rasa sepat di mala mini. Kenapa harus ada sih insiden itu tawuran tanpa arah yang gak jelas di Bumi Dayeuhkolot. Bandung memang bukan tempat yang bebas dari tawuran, namun (berdasar cerita seorang polisi malam itu) ini pertama kalinya tawuran antarperguruan tinggi di Bandung sejak dia bertugas.

Astaghfirullah, bagaimana rasa kosong tidak menggodaku.
Sejak insiden perampokan di PGA, belakangan sering terbayang kata “battle”. Mungkinkah itu adalah firasat yang dipesankan oleh-Nya? Semoga donor darah kemarin pagi bukan untuk menebus darah yang terkucur dalam tawuran. Namun serak-serak orang bergugam ada korban yang dilarikan ke rumah sakit dari pihaknya. Aku pernah melihat supporter bola yang berandal dan liar. Selama ini aku berpersepsi itu bukan orang yang terdidik dan terpelajar. Namun malam ini aku perlu merivisi paradigma itu. Malu dengan kondisi ini dimana kampus yang sudah buat aku jatuh hati sejak seleksi SMBB harus terjerembab di Koran dengan judul tawuran. Kalaupun koran itu akhirnya bernasib sebagai bungkus nasi pun, orang sudah terlanjur mencerna berita itu.

Antara percaya dan tidak dari pinggir jembatan PGA dan jembatan MSU kusaksikan puluhan orang yang tidak aku kenal berlarian menyerbu kampusku. Bukan hendak mengejar layangan putus, tapi menggelar pengadilan versi mereka sendiri. Petinggi kampus kewalahan menanggapi berbagai keluhan dari penyerbu itu yang naasnya diiringi backing vocal para provokator yang lapar pergulatan. Segala versi pun tertebaran diantara argument mereka. Entah siapa yang menghiperbolkan maupun membumbuinya dengan ramuan perangsang emosi. Sungguh perlahan kampus ini kropos luar dalam. Batu bata kejayaan yang disusun para pendahuluku perlahan tercongkeli. Di SC pun beberapa wajah yang kukenal telah menyibukkan tangannya dengan tongkat kayu batu dan segala rupa perkakas. Motif melindungi nama baik kampus pun digusung oleh kedua yang bertikai.

Citra kampus … entahlah masihkah ada harum nama kampusku … Biarlah reputasi menjadi efek bakti kita untuk kampus, masyarakat, dan Indonesia, bukan tujuan utama dan tak ingin aku diperbudak obsesi kampusku bernama benderang. Apa yang bisa dibusungkan badan itu bila masyarakat tak nyaman dengan keberadaan kita? Apa yang bisa dibudidayakan saat berenang di blantika masyarakat bila saat ini batu menjadi salam hangat mengundang segala wujud pertikaian? Yang mulai merayapi pembuluh darah di otakku hendak dikemanakan masa depan dengan sekat yang makin berduri itu. Semoga Tuhan Yang Maha Adil memberikan cahaya-Nya tuntun kita bisa menjadi bijaksana dan senantiasa memperbaiki diri dan sekitar.
01:56

1 Response to "Aula Villa Paradewa 20 Maret 01.28"

L. Candrawilasita Hakim mengatakan...

Wah wah, ane malahan tidur nyenyak di Wisma, Fiv.
Besok siangnya malahan baru tahu kalo ada tawuran.:D