Ekspedisi Andalas Siger-Tanjak #1

Pulau Sumatera, dengan wujud backslash alias garis miring yang menghadap ke kanan, merupakan destinasi yang saya rencanakan untuk dikunjungi. Dengan berpikir realistis, maka tempat yang paling konkret untuk disinggahi, maka Bandar Lampung menjadi objek yang masuk daftar "list to visit this year".
Hingga H-1, saya sendiri masih tanpa persiapan  kecuali nawaitu :)

Dan akhirnya 11 Oktober 2013 bada Isya (lebih satu jam) satu mulai ekspedisi ke Pulau Andalas ini

Hanya menyediakan slot waktu untuk sholat, setelah itu tanpa pikir panjang, walau lebih tepatnya kurang berpikir, langsung saya menuju ke Pasar Rebo. Hati ini terlalu yakin hingga larut malam masih ada bus yang menuju ke Merak. Setelah menanti nyaris satu jam, ternyata beneran ada #langit_merekah wadaww... nggak dapat tempat duduk, tak apalah yang penting bisa menikmati aksi ngebolang hehee. Dan alhamdulillah sampai juga di pelabuhan Merak sekitar setengah dua belas malam. BTW, burung atau at least patung meraknya di sebelah mana sih? LOL Ternyata ongkos nyebrangnya murah tenan lho.. Kalau dikonversi tarif naik angkot di Bandung, maka biayanya lebih murah dibandingkan jurusan ITT/Tel-U ke ITB bolak-balik. 


Antri bro

Rame banget gegara mau libur Harpitnas







MasyaAllah kapalnya penuh kali, tampaknya lantaran ada harpitnas yee, alhasil diri ini hanya bisa menikmati tidur persis di atap kapal =_= Ada sebuah momen perenungan mengenai janji untuk lebih baik yang terpatok di atas atap kapal malam itu. Pada akhirnya, diri makin makin menyadari dan menikmati kekerdilan diri ini atas kebesaran Illahi. Sesampainya di Bakauhuni, mulailah saya menyadari  bahwa saya sama sekali belum menentukan hendak kemana pasca-meningjakan kaki di provinsi ke-26 itu. Jangankan hendak menentukan kemana, membuka peta provinsi Lampung saja lupa =_=

Okay, saya harus tetap tenang dan tetap ganteng (yg ini abaikan)Saya harus menuju ke Bandar Lampung entah seberapa jaraknya. Nah, mulai dilanda kegelisahan karena tidak ada bus yang tulisannya ke Bandar Lampung, semunya bertuliskan Bakauhuni-Rajabasa. Mmm, Rajabasa itu jauh nggak ya dari Bandar Lampung? Iseng (akhirnya) buka Google, oh ternyata Rajabasa itu nama terminal utama di Bandar Lampung. wkwkwk, akhirnya diri ini mulai menemukan titik cerah (baru setitik nih bro). Di bus itu sendiri, ada seorang anak sekitar umur 17-an bertanya, "kakak dari IT Telkom y?" Sempat heran, ternyata dia ini memang anak IT Telkom yang mengenali asal kampus saya karena saya mengenakan jaket PDKT #jrengjrengggg

Mulai terbangun ketika Subuh menyapa, saya tersadar bahwa jalanan di sini relatif lebih lebar daripada di kawasan Pantura, tapi lubang yang menganga di tengah jalannya pun lebih lebar. Sempat terdengar suara kernet menanyakan ke semua penumpang "ada yang turun di Unla?" Karena penasaran seperti apa suasana di situ plus yakin dari Unla pasti banyak kendaraan ke kawasan kota, akhirnya saya turun di sini. Di Unla, suasananya asri plus pepohonan memberi kesan yang sejuk. Agak mirip suasananya dengan di UNS hehee.






Trans Bandar Lampung dari luar

Trans Bandar Lampung dari dalam

Mulai agak siang, itu artinya waktunya jalan-jalan dan baru saat itulah saya membuka Google untuk mengetahui lokas-lokasi objek wisata dan ternyataaaa lokasinya menyebar hampir semua sudut provinsi Lampung. Mulai berpikir realistis, ini tidak mungkin tergapai semuanya, okayy prioritas yang ada di sekitar sini deh? Trus apa donk? Eaaa kebiasaan buruk males Google ketika melakukan perjalanan memang jadi rutinitas kurang baik untuk dileastarikan. Baiklah, kit anikmati saja perjalnana dengan ngebolang di ibu kota Lampung. Pokoknya apa yang ditemui di jalanan, itu adalah yang menarik #menghibur_diri Eh ada Trans Bandar Lampung, kayak TransJogja nih, eh ko beda ya? Kernetnya nawarin langsung ke calon penumpang, nggak pakai tiket ataupun loket, bayarnya di bus ketika sudah mulai jalan dan bis aturun dimana saja *syaratketentuanberlaku* #unikkali #terusbedanyadenganangkotbiasaapaya??

Ngomong2, saya agak takjub melihat arsitektur bangunan di sepanjang jalan yang selalu ada mahkotanya, ada yang "hanya menampilkan dua dimensi "flat" ada pula yang membuatnya dalam versi 3 dimensi. Tanya dan googling akhirnya saya tahu itu namanya siger. Tampaknya ini kawasan beribu Siger (saya sebut beribu saja , itu pun saya yakin kemungkinan lebih hehee). Taktik dalam perjalanan memakai bus ketika bingung arah adalah bilang saja hendak ke terminal akhir, catat objek di sekitar jalan yang menarik untuk dikunjungi (nanti lakukan pejalanan arah balik ke objek-objek itu, at least buat foto narcis ga jelas LOL). Observasi saya menunjukkan objek menariknya adalah
  • Kantor Gubernur+DPRD Lampung
  • Jalan belasan kampus #namajalannyalupa
  • Pasar berburu oleh-oleh
  • Masjid Agung Lampung dengan bundaran dikelilingi kaligrafi
  • Sentra oleh-oleh keripik pisan :)
  • Museum Lampung


Gerbang Kantor Gubernur+DPRD Provinsi Lampung

Arsitektur model Siger ada di mana-mana

Salah satu kios membeli oleh-oleh keripik pisan rasa apapun :)

Ternyata selain ada Universitas Lampung ada juga Universitas Bandar Lampung

Museum Lampung dari kejauhan

Al Qur an pada penyebaran Islam di zaman Kerajaan Tulang Bawang

Siger beserta kain tapis

Narcis di dalam Museum Lampung

Narcis di pelataran Museum Lampung

Kaligrafi Asmaul Husna



Nggak jadi ke Palembang via kereta api

Nah....lumayan juga nih objek yang terdeteksi, malah mulai ragu-ragu apakah seharian cukup untuk menikmati semuanya ya? Bismillah :)

Hari mulai sore, terpikir ide gila untuk melanjutkan perjalanan ke Palembang. Dulu ngelihat peta di kantor sih agak tepat. Ya tapi itu kan peta se-Indonesia, ya skalanya kecil bangetlah (1:berapaaaaaa). Dan niat itu semapt pupus tatkala tiket kereta api menuju Palembang sudah habis. Tapi hati berujar mantap untuk menuju ke situ. Bismillah, beli tiket kereta api untuk dua hari berikutnya yang pagi hari dari Palembang ke Bandar Lampung. Artinya saya punya kesempatan cuma malam ini untuk menuju ke Palembang. Entah bagaimana caranya. Permasalahannya adalah naik apa? Naik bus? Tarifnya 150-an ke atas. Tapi pertolongan Allah muncul, seorang kernet tanpa tedeng alih-alih sudi menurunkan harga tiket sesuai kemampuan saya. "Bang.... makasih banyak bang...semoga bisnis abang lancar"

Bismillah menuju Palembang ^_^

No Response to "Ekspedisi Andalas Siger-Tanjak #1"