Roadshow IDKreatif: MMTC Yogyakarta

20131030_IK_Goes_To_Campus_MMTC_4
Setelah menggemakan inspirasi mengenai riset dan penelitian di Universitas Gadjah Mada, Tim Indonesia Kreatif melanjutkan Roadshow Indonesia Kreatif Goes to Campus ke Sekolah Tinggi Multimedia MMTC Yogyakarta. Pada roadshow yang diselenggarakan pada hari Kamis (24/10) ini, tema yang digusung adalah televisi dan radio. Sebagaimana roadshow sebelumnya, Indonesia Kreatif juga mengundang insan kreatif untuk berbagi inspirasi. Khusus di MMTC Yogyakarta kali ini, insan kreatif yang dihadirkan berjumlah dua orang, yaitu Marini Irsanti serta M. Arief Budiman. Keduanya memiliki latar belakang berkaitan dengan dunia pertelevisian dan radio. Marini Irsanti merupakan seorang ahli strategi pemasaran periklanan di media elektronik, sedangkan M. Arief Budiman yang saat ini menjadi CEO Petakumpet, mempunyai pengalaman dalam menciptakan produk iklan kreatif di media elektronik. Keduanya diharapkan mampu menularkan energi positif kepada mahasiswa-mahasiswa MMTC Yogyakarta agar menjadi the next creative actors yang sukses dalam dunia televisi dan radio.
Dengan materi bertajuk “Indonesia Media Landscape”, Marini Irsanti mengawali sharing dengan mengenalkan dua lembaga riset di bidang pertelevisian. Pengenalan ini dimaksudkan agar mahasiswa MMTC dapat mengenali berbagai tren mengenai masyarakat Indonesia, perkembangan pertelevisian nasional, serta interaksi di antara keduanya. Melalui pengenalan berbagai tren tersebut, maka mahasiswa MMTC dapat merancang strategi kreatif yang sesuai dengan tren terkini, bukan sekedar menerka ataupun asumsi tanpa dasar. Dua lembaga riset tersebut adalah Nielsen Media Research, serta Roy Morgan International. Nielsen menjadi institusi yang menyerap berbagai informasi mengenai media, termasuk di dalamnya rating, sedangkan Roy Morgan lebih mengulas mengenai perilaku masyarakat dalam menggunakan media.
Saat ini, revenue atau pemasukan yang dipunyai televisi sebagian besar bersumber dari iklan. Hal ini dibuktikan dengan riset yang diadakan oleh Nielsen, di mana total pemasukan tahunan televisi dari iklan pada tahun 2010 hingga 2012 secara beruntun masing-masing mencapai 60 triliun rupiah, 72,9 triliun rupiah,  serta 87, 6 triliun. Bahkan, di tahun 2013, riset serupa menunjukkan bahwa hingga bulan Juni 2013, pemasukan tahunan tersebut mampu menembus angka 51,6 triliun rupiah. Periklanan pada televisi pun apabila ditelusuri menghasil sebuah fakta bahwa tiga besar jenis iklan yang mendominasi pemasukan tahunan tersebut adalah toiletries and cosmeticsbeverages, serta food.
20131030_IK_Goes_To_Campus_MMTC_6
Perkembangan industri televisi Indonesia sendiri mulai mengalami kemajuan drastis di dekade 2000-an. Hal ini tidak lepas dari “ledakan” jumlah stasiun televisi swasta walau stasiun televisi swasta sendiri sudah ada sejak akhir dekade 1980-an dengan RCTI sebagai perintisnya. Dengan demikian, tersedia banyak pilihan bagi masyakarat Indonesia dalam menikmati tayangan di monitor televisinya. Sebagian di antara stasiun televisi yang tengah berkembang saat ini sudah mendeklarasikan diri untuk fokus di tema tertentu, serta membidik segmen penonton tertentu pula, misalnya fokus di bidang religius, kuliner, atau penjelajahan alam. Bahkan ada pula sejumlah stasiun televisi yang memilih aktif sebagai stasiun televisi tingkat regional. Selain itu, terdapat pula fenomena unik di dunia industri pertelevisian Indonesia yaitu seringnya terjadi kecenderungan konten yang seragam topiknya pada periode tertentu, misalnya saat bulan Ramadhan, saat pergantian tahun, bahkan saat menjelang peristiwa nasional seperti pemilihan umum. Fenomena tersebut dapat menjadi peluang bagi pelaku kreatif untuk menempatkan ide bisnisnya agar sesuai dengan perkembangan yang tengah berlangsung. Ke depannya, kebijakan pemerintah untuk menjadikan televisi digital sebagai standar bagi seluruh stasiun televisi di Indonesia juga akan memberi dampak yang harus bisa dimanfaatkan dengan baik oleh pelaku kreatif bidang televisi.
Pengetahuan mengenai rating juga perlu dimengerti oleh pelaku kreatif bidang televisi. Hal ini didasari bahwa rating merupakan cerminan selera dan perilaku masyarakat Indonesia dalam mempergunakan televisi. Stasiun televisi mana yang saat ini sedang unggul rating-nya menjadi gambaran apa yang saat ini sedang disukai oleh masyarakat Indonesia. Lebih khusus lagi bagi pelaku kreatif televisi yang fokus dalam periklanan, pengetahuan ini menjadi rujukan untuk menentukan strategi dalam periklanan, misalnya terkait ke stasiun televisi mana sebaiknya dia beriklan, budgeting (pendanaan) dalam membuat produk periklanan, jam-jam yang menjadi prime time. Apalagi Indonesia, menurut Nielsen, menempati tiga besar negara dengan clutter level on TV di dunia yang mengindikasikan durasi iklan dalam tayangan televisi di Indonesia sangat besar. Fakta ini dapat diterjemahkan bahwa pelaku kreatif periklanan televisi di Indonesia masih mempunyai kesempatan yang besar dalam mengembangkan produk periklanannya.
20131030_IK_Goes_To_Campus_MMTC_1
Marini Irsanti juga mengungkapkan sejumlah statistik tekait radio di Indonesia. Jumlah stasiun radio di Indonesia saat ini telah menembus angka 1248. Pencapaian tersebut terdiri atas 819 berjenis FM sedangkan untuk jenis AM telah mencapai 429 stasiun radio. Sebagai tambahan, 882 di antara 1248 stasiun radio tersebut merupakan stasiun radio komersil. Namun, sekitar 50% stasiun radio di Indonesia berada di Pulau Jawa dan 20% berada di Sumatera, artinya industri radio di Indonesia belum mengalami penyebaran konsumen. Dengan demikian, peluang untuk mengembangkan produk kreatif di bidang radio akan mengacu selera masyarakat di kedua pulau tersebut.
Di akhir sesi ini, Marini Irsanti memberi pesan tentang tantangan besar yang dihadapi industri televisi dan radio di Indonesia serta potensi yang dimiliki Indonesia dalam mengembangkan industri televisi dan radio. Tantangan yang dimaksud oleh Marini adalah kurangnya proteksi atau perlindungan terhadap karya-karya buatan insan kreatif di Indonesia. Hal ini tanpa disadari akan menurunkan semangat dan rasa percaya diri insan kreatif untuk berkarya di dalam negeri. Sedangkan potensi tersebut adalah konten lokal yang beragam. Hal ini menjadi modal unik yang harus dieksplorasi oleh insan kreatif Indonesia. Dengan memanfaatkan konten lokal, selain meningkatkan nilai ekonomi produk kreatif, juga akan mengangkat kebanggaan masyakarat Indonesia.

No Response to "Roadshow IDKreatif: MMTC Yogyakarta"