Heran juga

Heran memang, lebih tepatnya bingung dengan mereka yang cenderung memandang negatif penutupan Alexis, hotel kontroversi di Jakarta karena ya itulah. Kebingungan yang entah saya yang terlalu lugu, entah pula apakah karena sudut pandang tiap berbeda, atau entahlah. Sejujurnya saya lebih merasakan subjektivitas masyarakat dimanfaatkan oleh oknum media. Iya, 'oknum media' sudah banyak berkeliaran, menampakkan karakter hipokrit ketika petahana adalah junjungan politik.

Orang kemarin waktu wartawan pada ke sana nggak ada apa-apa
'kan ceritanya per Jumat [cmiiw] karyawan-karyawannya sudah pada diliburkan lantaran izin tidak diperpanjang. Terus yang mau mengelola operasional siapa. Kalaupun masih operasional, ya itu 'kan wartawannya datang gara-gara konferensi pers. Dimana-mana kalau saya mau ngundang tamu, ya cucian dan piring kotor bakal saya sembunyikan.

Kenapa cuma Alexis
Memangnya 'cuma' Alexis ya/ Masih ada bidikan lain yang tidak tertutup kemungkinan tinggal menunggu waktu 'dijagal' izin bisnisnya. Lagipula, 'banyak' atau bahkan 'semua' itu diawali dari angka 1. Dalam perang kita tahu bahwa jumlah nyawa tiap orang sama. Tapi, matinya seoran jenderal akan memberi dampak mental yang 'keras' bagi para pasukan ataupun rekan yang jabatannya setara.

Pencitraan
Sebagai WNI, saya berpikir sederhana saja. Jika yang dilakukan seorang pemimpin layak dipertanggungjawabkan, itu saja yang diperlukan masyarakat. Perilaku pencitraan itu tergantung sudut pandang. Toh, terlalu sempit waktu saya untuk memikirkan definisi pencitraan.

No Response to "Heran juga"