Review Rantau 1 Muara

Alhamdulillah kesampaian juga bisa beli buku dengan keringat sendiri (maksudnya gaji lho ya, bukan saya ngumpulin air keringet trus dituker  ama buku di gra*med)

Well, seperti biasa, buku ini memang "nohok" banget ceritanya. Bisa dibilang novel yang "nohok" buat saya itu baru Trilogi 5 Menara serta Tenggelamnya Kapal Van der Wijck. Tatkala melahap Negeri 5 Menara (yang persis belinya pas ulang tahun di Kota Tegal), rasanya seperti sedang SMA dengan sosok di situ terbayang beberapa teman dan berbagai "kerasnya" dunia SMA yang rasanya "deja vu". Ranah 3 Warna? Waoww, novel yang saya dapatkan saat hari pertama KP di Semarang ini pun kerasa nendang banget, kenapa? Saat KP, tingkat kegalauan saya terhadap dunia kuliah sedang fluktuatif (kadang menukik hingga titik nadir, kadang melonjak). Memang ada perbedaan, si Alif Fikri beasiswa ke Kanada, lha saya? cuma bikin paper ke Yogya ama Bandung (itu aja setahun kemudian). Rasanya pailit finansial di tanah rantau, menohoknya pergulatan hati (ceileh bahasa lhee).

Dan di Rantau 1 Muara ini memaparkan kondisi setelah Alif Fikri lulus lantas meretas karir sembari mencari belahan jiwa, nah ketiganya ini (bukan cuma poin ketiga) pas pake bangete dengan saya di 2013 ini. Lulus dengan predikat standar aja, alhamdulillah setelah ditolak sana-sini akhirnya memperoleh kesempatan mengadu nasib di Jakarta, mmmm untuk yang mencari belahan jiwa saya skip dulu y.

Entah lantaran saya yang punya karakter langsung mudah terbayang visual tatkala membaca sesuatu, muncul berbagai sosok di dunia nyata persis ketika mengikuti alur cerita di sini. Di tempat kerja mendadak terbayang wajah-wajah di kru ID Kreatif, tim IT, membaca nama Aji langsung terbayang mas Aji, CEO Lare Angon, nah untuk karakter Dinara please jangan tanya ataupun japri nanyain y..please..

Untuk cover novel Rantau 1 Muara, wiwww, warnanya agak biru-biru torkuis, salah satu warna kesukaan saya, kemudian kata Rantau yang sudah akrab di telinga saya sejak 2008 justru dipadukan dengan Muara, kosakata yang sedang dalami sekitar 3 bulan ini. Tampaknya novel ini muncul di momen yang tepat ketika perlu rujukan mengenai hakikatnya muara hidup. Meskipun ini novel (setengah) fiksi, namun pesan moral di dalamnya sangat riil. Porsi penggunaan dialek Minang pun masih mudah dicerna (apa karena saya keseringan komunikasi dengan orang Minang y?)  Kalau boleh jujur, novel itu cukup memuat berbagai istilah yang sebenarnya "dakwah". hal itu tercermin di beberapa petuah di akhir buku.

Kekurangan tentu ada, beberapa yang belum terungkap di sini adalah bagaimana berbakti kepada orang tua dalam kondisi LDR, bagaimana mempersiapkan sebuah pernikahan, serta profil rinci 6 personel 5 menara. Padahal penasaran ey terhadap ketiganya.

La Fuerza de la Amistad

La fuerza de la amistad

Siempre juntos vamos a estar,
con la fuerza de la amistad
nada nunca nos separara
jamas

Todos juntos vamos a estar
con la fuerza de la amistad
todos juntos siempre hasta el final
veras

Es la unica manera de poder llegar
solo con la amistad
no nos separaran
juntos hasta el final
hasta poder llegar

Debes creer en
la fuerza de la amistad

Los problemas no nos detendran
con la fuerza de la amistad
soluciones siempre encontraras
veras

Con tu ayuda mas facil serĂ¡
con la fuerza de la amistad
todos juntos siempre hasta el final
ahah

Has caso a tu sentidos
dame la mano y ven conmigo


Solo con la amistad
no nos separaran
juntos hasta el final
hasta poder llegar

Debes de pensarlo
y poder lograrlo

Con la fuerza de la amistad
siempre juntos vamos a estar
la unica manera que hay
siempre seran

Translation
Kekuatan Persahabatan

Kita akan selalu bersama
dengan kekuatan persahabatan
tidak pernah memisahkan kita
tak pernah

Kita semua akan bersama
dengan kekuatan persahabatan
Selalu bersama-sama sampai akhir
kebenaran

Ini satu-satunya cara untuk mencapai
hanya persahabatan
tidak memisahkan kita
bersama-sama sampai akhir
sampai kau bisa mendapatkan

Kau harus percaya pada
kekuatan persahabatan

Masalah tidak akan menghentikan kita
dengan kekuatan persahabatan
selalu menemukan solusi
kebenaran

Dengan bantuanmu akan lebih mudah
dengan kekuatan persahabatan
Selalu bersama-sama sampai akhir

Anda mendengarkan indramu
mengambil tanganku dan datang padaku saya

Hanya persahabatan
tidak memisahkan kita
bersama-sama sampai akhir
sampai kau bisa mendapatkan

Kau harus berpikir
dan untuk mencapai

Dengan kekuatan persahabatan
kita bisa bersama selamanya
satu-satunya cara yang ada
akan selalu

Menikah sebagai Manifestasi Rukun Iman [4]

Rukun iman keempat adalah iman kepada rasul dan nabi yang diutus oleh Allah, sebagaimana “Dan barangsiapa yang tidak beriman kepada Allah dan rasul-Nya Maka Sesungguhnya kami menyediakan untuk orang-orang yang kafir neraka yang bernyala-nyala.”(QS.Al-Fath:13)

Sebagaimana iman kepada Allah, malaikat-Nya, dan kitab-kitab-Nya yang saling terkait, begitu pula iman kepada nabi dan rasul mempunyai keterkaitan dengan ketiga poin iman di atasnya, termasuk di dalamnya dalam konteks menikah sebagai representasi rukun iman. Hal ini pun termaktud dalam sebuah hadis “tidaklah Allah mengutus seseorang nabi kepada suatu umat, kecuali wajib baginya untuk menunjukknya umatnya kepada kebaikan yang dia ketahui dan memperingatkan mereka dari kejelekan yang dia ketahui.”(HR,Muslim).

Nabi Muhammad SAW sebagai panutan kita sendiri telah memberikan berbagai pengarahan mengenai berbagai adab dalam kehidupan sehari-hari. Ada adab tentang berpakaian, adab tentang jual-beli, hingga tentang interaksi laki-laki dan perempuan. Berbagai adab tersebut bermuara pada penghambaan kita terhadap Allah SWT. Berbagai arahan tersebut diriwayatkan ke dalam hadis-hadisnya sebagai tuntunan hidup umat Islam yang kedua setelah Al Qur an. Mengimani nabi dan rasul tentu di dalamnya termasuk mengakui hadis sebagaimana kebenaran periwayatannya, lantas apa hubungannya dengan menikah?

Sebagaimana telah disinggung bahwa berbagai adab berkenaan dengan kehidupan sehari-hari, termasuk menikah. Nabi Muhammad SAW pun telah memberi bagaimana cara kita memilih pasangan hidup. Bahkan sebelum memilih pasangan hidup, adab pergaulan laki-laki dan perempuan yang bukan mahramnya pun turut diaturnya. Hal ini jelas untuk menjaga kehormatan diantara keduanya.

Apa yang menjadi kewajiban serta hak entitas di dalam berumah tangga telah diatur melalui ajaran Nabi Muhammad SAW, hal tentunya menjadi pedoman bagi insan manusia dalam mengelola rumah tangga. Jelas hal ini menjadi panduan (guidelines) bagi umat muslim agar dapat menuju apa yang sering didoakan tatkala memulai pernikahan, yaitu keluarga yang sakinah mawadah warohmah. Bagaimana keluarga tersebut dibangun atas dasar ibadah kepada Allah SWT tentu, bagaimana menumbuhkan dan menjaga rasa sayang antara suami-istri serta bagaimana menempatkan diri dengan baik.

Jadi apakah penting iman kepada Rasul dan Nabi sebagai manifestasi rukun iman?
1. Memahami tuntunan Nabi Muhammad SAW (karena kita umatnya) dalam memulai dan mengelola rumah tangga
2. Menjadi tuntunan bagaimana mendidik seorang anak agar bisa menjadi kader Islam yang taat dan terjaga akhlaknya
3. Menghindarkan diri dari berbagai ancaman luar yang mengganggu akhlak anggota rumah tangga

Wallahualam

Pelajaran Hari ini

Insiden dokumen softcopy hilang kembali terjadi di lapak ini. Well, dalam standardisasi pendokumenan sebuah organisasi, BACK SANGAT PERLU. Dan campak bahwa BACK UP GA CUMA SATU FILE DISALIN KE SATU LAPAK LAIN, AT LEAST 2 LAPAK.

kedua?

Himura Kenshin pernah terlunta-lunta ketika melawan Hajime Saito di dojo Kamiya. Pertarungan yang berakhir imbang tersebut benar-benar membuka mata Kenshin bahwa lawannya saat itu, Saito, maupun calon lawan-lawannya nanti, yaitu Makoto Shishio beserta Jupongatana telah berkembang kemampuan bertarungnya. Alhasil Kenshin pun memutuskan diri untuk lenyap mengasingkan diri untuk mengembangkan diri agar bisa menembus batas kemampuan yang sebelumnya telah diciptakannya. Tak hanya sekali memang, namun pada akhir pengasingan diri pertamanya, dia mendatangi Saito untuk berangkat menuju pelabuhan guna melawan Shishio, dan Saito sangat merasakan aura yang berbeda pada diri Kenshin dibandingkan saat laga di Kamiya dimana Kenshin tampak lebih siap bertarung.

MPTI...RPL...Logmat...hasil yang C dan di kemudian hari berhasil diulang dengan hasil lebih baik
Probstat...Kalku2...PBDR...SBD...AlStrukdat... remuk dan di kemudian hari berhasil ditebus, baik dengan hasil cukup maupun baik

Kesempatan kedua, apakah memang seperti itu cara saya mengais kesuksesan? Rasanya terlalu subjektif bila seenaknya mengeluh. Itu peran Allah? Tentu, namun ikhtiar saya jelas menjadi pertimbangan Allah dalam mempertimbangkan apa yang baiknya dan terbaik untuk saya.

Bismillah, sampai jumpa di hari nanti atau malah bulan nanti...
Ketika Allah mengizinkan saya seikhlas hati ikhtiar kedua kalinya

Video Lucu tapi Keren Life in Technicolor

Asli pertama ngeliat video ini gabisa komentar apa-apa...
Kenapa? Gokil abis idenya...



4 golongan

Golongan di sini bukanlah golongan Alkali, Alkali tanah, Halogen dsj, melainkan terkait kepribadian mereka terhadap Al Quran

Perumpanaan seorang mu'min yang rajin membaca Al Quran adalah seperti buah Al Atrujah : aromanya wangi dan rasanya enak.
Perumpanan seorang mu'min yang tidak membaca Al Qur an adalah seperti buah tamr (kurma) : tidak ada aromanya namun rasanya manis.
Perumpanaan seorang munafiq namun ia rajin membaca Al Quran adalah seperti buah Raihanah : aromanya wangi namun rasanya pahit.
Sedangkan perumpamaan seorang munafiq yang tidak rajin membaca Al Quran adalah seperti buah Hanzhalah : tidak memiliki aroma dan rasanya pun pahit
[Al Bukhari 5427, Muslim 797]

Semoga kita termasuk yang diperumpamakan sebagai Al Atrujah ^_^

Musim Terakhir di Paradewa

mp3 berjudul Mahameru dengan vokal Ari Lasso (versi Dewa) berdendang di laptop cokelat ini. Di akhir selalu terucap sebuah kata "Paradewa". Entah kebetulan atau tidak, bagi saya Paradewa mempunyai sebuah arti. Arti yang lebih dari sekedar seongok bangunan di PGA Recidence. Paradewa merupakan rumah yang penuh kenangan.

Mungkin banyak yang menganggap Paradewa bahwa bagi saya hanya tempat naruh baju dan numpang mandi. Well, terserah kata orang, namun bagi saya, Paradewa mempunyai makna lebih dari sekedar tempat berteduh. Di Paradewa inilah banyak kisah-kisah yang penuh intrik dan kebanyolan khas anak rantau.

Mei 2008, si ganteng dari Tegal (sebut saja ive) memberanikan diri menyusuri kota Bandung ditemani kaka kelasnya (sebut saja "Ridwan"), hendak  mencari kos rupaya, tempat yang kebetulan dimasuki adalah suatu bangunan yang lumayan terang dengan aprkiran di dalam dan lebar. Lantaran sudah penuh maka urunglah niat si ganteng bersemayam di situ.

Mei 2009, dalam nuansa panitia PDKT 2009 saya kenal dengan Wahyu alias WEPE dan Carte di kepanitiaan PDKT, ternyata keduanya berasal dari kos yang bernama Paradewa. Entah apa yang menyebabkan mereka begitu kompak, menurut pengakuan dan kenarcisan mereka, itu karena faktor kos "Paradewa". Paradewa? Apaan tuh? Semacam Parasetamol kah? Ternyata itu nama kosan. Seorang pemuda lugu asal Semarang (sebut saja Wisnu) berhasil digaet untuk menjadi penghuni di situ. Dan ko si Wisnu jadi ikutan kompak dengan mereka ya? Entah ... Namun beberapa kali saya diminta main ke Paradewa untuk diskusi tentang PDKT dengan kang Wepe, dari situlah saya baru tahu kalau Paradewa itu kos yang dulu saya hendak di situ namun penuh. Ohhhh

April 2010, kondisi kosan di kosan saya kala itu lumayan tidak kondusif, maka melalui informasi yang saya dapat langsung dari kang Wepe, akhirnya saya memutuskan hengkang ke Paradewa, alasan utama, banyak yang kenal di situ. Ada kang Wepe, bang Carte, Wisnu, dan bang Eri. Sejak saat itulah berbagai memori seputar Paradewa menghiasi hari-hari sang mahasiswa pencari IPK ini. Mulai dari Paradewa yang memang cuma sebagai tempat naruh pakaian doank, hingga Paradewa, khususnya ruang P207 menjadi sarangnya saya berkreativitas dengan sisi introvert saya.
Pelanginya indah sekali... subhanaAllah
Suatu sore saat hari-hari terakhir menjelang hengkang ke Jakarta

Foto terakhir sebelum benda-benda itu diberesi


Salah satu kenangan yang mungkin (atau bahkan pasti) saya kangenkan adalah nonton bareng bola di aula. Aula... ya di situlah saksi Barca membantai Madrid 5-0, Barca diinjak Chelsea 2-2, Madrid digebuk Muenchen adu penalti, lalu gantian Madrid melumat Barca 3-1, Barca diremukkan Muenchen 0-4. Kenapa kebanyakan tentang Barca dan Madrid, ya tentu karena tiga penghuni terdekat dengan aula adalah 2 orang Cules dan 1 orang Madridista. Dan sore hari di Paradewa sembari menikmati sajian Liga Indonesia pun turut memberi masa lalu yang kocak, kenapa kocak? Satu, satu kos yang suka Liga Indonesia cuma saya, Dua, di semester akhir saya acap meluangkan waktu (aslinya sih ngluyur di pertengahan kuliah) untuk nonton Sriwijaya FC berlaga.

Kenangan lain apa ya? Tentunya ketika "piknik" ke Brebes untuk mengunjungi walimahannya Bang Eko. Perjalanan yang penuh canda dan keabsurdan. Gak nyangka juga si abang yang kamarnya persih di bawah kamar saya dan sering main PES di aula ternyata mau nikah. Well, belakangan kamarnya (yang kosong diakuisisi oleh Wisnu).

Masa iya penghuni Paradewa lupa ama Miyu. Miyu? Ya Miyu, kucing kesayangan Wisnu yang kerap menjahili saya kalau hendak makan di tengah aula. Kucing lucuuuuuu banget.
Miyu dengan pose jelalatannya

Bicara kenangan dan inspirasi jelas tidak lengkap tanpa menyebut P207 sebagai sarang inspirasi, 
Pintu menuju kamar saya (sebelah kiri)

Seinget saya sih, saya jarang beli buku, ko lumayan banyak begitu ya? Mana ada yang tentang grafcit n basdat lagi ? =_=

Orang-orang hebat itu yang menjadi inspirasi saya ketika bangun pagi dan berevaluasi diri tiap malamnya

Sisa-sisa terbitan dipajang sebagai bukti kesibukan saya pada orang tua

  • tempat saya tertawa ketika nonton berbagai film kocak, 
  • tempat saya "lupa besok ada UTS/UAS" ketika malah nonton Kamen Rider, 
  • tempat saya nangis ketika bersembunyi dari berbagai kegetiran hidup yang keras, 
  • tempat saya mengetik berbagai rangkaian tugas akhir
  • tempat saya tiba-tiba dirasuki ide-ide kreatif
  • tempat saya mengurung diri ketika kepribadian introvert benar-benar mencengkram
  • tempat saya memasang berbagai foto-foto kebersamaan dengan kawan-kawan seperjuangan di berbagai organisasi dan kepanitiaan
  • tempat saya menggantung baju yang sering berantakan hahaa
  • tempat saya "ngaca" ketika hendak kuliah
  • tempat saya kelabakan mencari kacamata bila hendak kuliah
  • tempat saya berbaring seharian pasca insiden 17 April #entah kronologisnya gimana
  • tempat saya yang hanya ada seekor kucing dan seorang Wisnu yang berani memasukinya
  • dan tempat saya ... (dan tak terhitung memori indah di sana)


16 Januari 2013 mungkin menjadi momen yang paling gila dalam karier saya di Paradewa, rencana tidur setengah 9 yang saking gundahnya menjelang sidang esok harinya, justru membuat saya baru bisa tidur setengah 12.


Dan ini yang paling utama, yaitu orang-orangnya. Thanx banget kepada kamar sebelah Acho Paliwan atas segala bantuan dan support-nya untuk TA saya, diskusi tentang per-KBM-an plus rivalitas el classico diantara kita, Wisnu sebagai teman sharing TA yang luar biasa perjuangan dan kegigihannya, salutlah buat kau Nu, para alumni yang udah berserakan di mana-mana, ada kompetitor ketampanan, bang Eri, tukang ngledek terkoplak, bang Carte, yang paling lurus, kang Wepe, sesepuh paling nyante, bang Kimung, serta alumni-alumni lainnya, bang Okta, bang Jono, serta para generasi penerus, Ilham "tukang PLN", Aji "Wisnu Junior", Fahmi, Adi dan kembarannya Ari, Anggit.
Bang Kimunk diwisuda di kosan oleh para sesepuh Paradewa ^_^

Saya abis pelantikan Saka Kominfo jadi ngantuk gitu

Aula tengah yang penuh kenangan 

Bila lagu Jikustik berisi lirik "meski aku tak lagi di situ... tolong ingat-ingatlah aku... demi senja dan secangkir teh hangat kusempatkan berkunjung pulang... kawan aku pulang

Maka biarlah segala kenangan itu terpatri dimana Paradewa bukan hanya identitas untuk ditulis di CV, tapi memang itulah rumahku di Bandung.

Tertaut di Masjid

Artikel ini terinspirasi dari pertanyaan teman saya tentang siapa sih yang dimaksud orang yang tertaut hatinya di masjid. 
Apakah orang yang rumahnya dekat dengan masjid? 
Apakah orang yang senantiasa menyumbangkan harta untuk pembangunan masjid? 
Apakah orang yang membaktikan dirinya menjadi dewan kemakmuran masjid? 
Apakah orang yang mengajar TPA di masjid?
Apakah seorang pengembara yang menginap di masjid terus?
Atau malah jangna-jangan orang yang menemukan jodohnya di masjid?

Kita tinjau sebuah hadis 
Tujuh golongan manusia yang akan diberi perlindungan oleh Allah dalam naungannya di hari yang tiada naungan melainkan perlindungan Allah itu sendiri iaitu:1. Imam (pemimpin) yang adil,2. pemuda yang sentiasa beribadat kepada Allah,3. lelaki yang hatinya sentiasa terpaut dengan masjid,4. dua orang yang saling cinta mencintai kerana Allah di mana keduanya berkumpul dan berpisah kerana Allah,5. seorang lelaki yang diajak oleh wanita rupawan serta berkedudukan tinggi untuk melakukan zina, lalu ia menjawab, “Aku takut kepada Allah”, 6.seseorang yang bersedekah dengan sesuatu sedekah lalu menyembunyikan sedekahnya itu sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang dibelanjakan oleh tangan kanannya, 7.seseorang yang mengingati Allah di tempat yang sunyi lalu mengalir air matanya. ”(Riwayat Abu Daud, Tirmidzi dan Ibnu Majah).

Perlindungan dari Allah merupakan karunia sangat-sangat berharga di akherat nanti. Maka tentu yang dimaksud orang yang tertaut/terpaut hatinya di masjid jelas "orang pilihan" yang teruji melalui berbagai ujian yang pada akhirnya mendekatkan hatinya sebagai mukmin yang taat untuk beribadah kepada-Nya melalui masjid sebagai rumah Allah.

Imam Nawawi menerangkan dalam kitabnya syarhun-nawawi lil-muslimtentang sabda Nabi: “seseorang yang hatinya terpaut kepada masjid” : yaitu orang yang sangat cinta masjid dan selalu sholat berjamaah di dalamnya, bukan siapa-siapa yang hanya sering duduk atau berdiam di masjid. (sumber)

Sedikit vs Banyak

Mau yang Sedikit atau yang Banyak??
Banyak merupakan kata sifat yang kualitatif, susah ngukurnya. Sebagai analogi, gaji 3 juta per bulan bagi seorang dokter muda di Ponorogo jelas rasa "banyak"-nya akan berbeda dengan gaji 3 juta per bulan seorang Xavi Hernandez. Yang satu merasa banyak yang satu merasa kurang. Well, sebenarnya itu hanya selingan di awal.

Namun mau bagaimanapun secara kasat mata kita pasti sepakat bahwa "banyak" merupakan kumpulan dari "sedikit". Sebagai contoh, percayakah ada seseorang yang kuliahnya 40 juta? Apapun jawabannya, seorang S1 dengan SPP 5 juta maka total SPP selama 8 semester sudha mencapai 40 juta. Jelas, matematika sederhana menunjukkan demikian. Lantas apa yang menarik bila kita tarik ke dalam amalan harian kita?

Ayo kita tengok target ibadah pribadi kita, pasti sangat sangat ambisius. Pengin hafal Al Quran? Iyo... Pengin rajin puasa ampe yang sunnah? Tentu... Pengin naik haji? Pasti... Pengin dapet Lailatul Qodr?Aamiin dan sebagainya

Namun kendala terbesar terdapat pada faktor "transformasi", tentu tidak mengacu pada tagline "I transform, u transform, we are transformers".

Boleh jadi... kita ngerasa ada di lingkungan (termasuk orangnya) yang kurang mendukung kita untuk bertransformasi
Boleh jadi... kita belum ngerasa perlu untuk berubah, istilahnya "ah masih ada tahun depan kok"
Boleh jadi... kita belum yakin dengan konsisten kita di kemudian hari
Dan masih ada berjuta-juta kilobyte alasan tersimpan di benak kita...

Lantas apakah kita harus menyerah dan melambaikan tangan pada segala target-target mulia kita? Menyerah? Kenapa harus menyerah? Ini bukan UTS ataupun UAS yang kalau tidak bisa menjawab maka sia-sia segala perjuangan kita.

Dalam konteks ibadah, yang menjadi penilaian Allah itu tidak hanya hasil, namun juga proses. Ketika ada proses yang tidak diketahui Allah, ketika ada pengorbanan yang hanya dipendam di kalbu maka Allah pun mengetahuinya.

Nah, sedikit tips dari temen yang sangat jitu untuk diterapkan agar bisa memperbaiki diri dalam meningkatkan target-target adalah prinsip "perlahan namun pasti".
Perlahan? Kenapa perlahan? Mau berapa lama? Eitsss, tunggu dulu, kita telisik dulu penjelasannya.

Perlahan tapi pasti di sini bukan berarti kita pelit dalam bertransformasi, kagak gitu. Dalam transformasi di sini, kita awali dengan membuat sebuah visi hendak seperti apa ibadah yang ingin kita konsistensikan. Jabarkan ibadah tersebut ke dalam beberapa langkah peningkatan. langkah-langkah peningkatan tersebut kemudian cantumkan target waktu pencapaiannya. Absurd? Mari tinjau contohnya di bawah.

Misal mempunyai target hafal Al Qur'an. Target jangka panjang ingin hafal berapa lama sih? Misal 5 tahun. Karena ayat Al Qur'an terdiri atas 6666 *CMIIW*, maka bagi 6666 dengan 5 tahun, didapatkan 1333,2, artinya tiap tahun harus hafal 1333,2 ayat. Kita pecah lagi per hari dimana satu tahun setara 365 hari, maka satu hari targetnya 3,6526 (1333,2 div 365), kita bulatkan menjadi 4 ayat. Empat ayat per hari bro. Sanggup ga? Memang ada ayat yang pendek (nan favorit) ada juga yang panjang. Ya itu kembali bagaimana sudut pandang kita hendak menyikapi positif atau tidak. 

Misal kita punya target rutin sholat sunnah rawatib, ini bisa dilakukan bertahap. Misalnya di 3 hari pertama rutin dan mantapkan sholat sunnah badiyah Maghrib, 3 hari berikutnya ditambahkan dengan sholat sunnah badiyah Isya, dan terus hingga seluruh sholat sunnah rawatib tertunaikan.

Keunggulan sistem perlahan yang kedua terdapat pada kesederhanaan dan kemampuan membiasakan diri yang lebih bisa terserap. Kebanyakan transformasi yang bersifat mendadak justru menimbulkan kekagetan secara fisik dan manajemen waktu. Alhasil konsistensi justru menjadi labil.

Semoga bermanfaat, wallahualam.