bilakah yang terjadi kali ini bukan sebatas temporer
namun menjadi awal yang permanen melekat
maka bisa jadi jawaban dari langit t'ah dirintikkan
kabut itu pangkalannya gunung
namun mengapa di sabana pun terjelajahinya
senyap itu bermuara di palung
lantas jelaskan logikanya merantai di kakiku
sepintas bayangan kecutnya aku terdampar di pinggir karang
dan terseret pada jalan yang bermandikan sari dan kidung dari rembulan
tersesat aku di taman yang terhampar jembatan menjulang ke langit
dan berselancar angin pada dahan jati hindari meteor yang nampak mengincarku
permata yang ikut berjingkrak dari gunung saujana
membekas imajinasi yang selalu saja nyaris jua
hingga aku berenang pada telaga berair santan
angan... anganku dimana?
di tepian persimpangan jalur sayap patah
namun bilakah yang disebut madu itu hanya di lidah
dan obat itu manis di pembuluh
biar aku digiring menujunya
dengan atau tanpa aku baca apa yang hendak aku injak
Lidah Api
Selasa, Februari 21, 2012 by
ve
Posted in
Puisi
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
No Response to "Lidah Api"
Posting Komentar