Pandangi Jogja Malam ini-episode 4--dari mandala krida, wisma atlet sampai dengan remote course

insyALLah 10 Februari 2012 ini magang saya di Disparbud selesai dengan laporan sudah saya ambil dari tukang fotokopian setelah dijilid. Dan artinya bolos(baca:cuti di luar ketentuan akademik) selama sepekan ini akan selesai. Melanjutkan postingan Pandangi Jogja Malam ini-episode 3, kali ini tentang 4 pekan terkahir di Jogja (dan Sleman pastinya) dimana bermunculan berbagai fenomena hidup yang so sweet-lah. Maaf kalo agak kurang kronologis.

Pertama, tentang stadion Mandala Krida yang terletak di tengah kota YK dengan kapasitas yang (maaf) relatif sempit. Tapi masih menang telak dibandingkan Stadion Tri Sanja markas Persekat Kabupaten Tegal. emang di situ saya mau ngapain? thowaf keliling stadion? Hohoho...pastinya nonton bola, saat tulisan ini dibuat sudah dua kali saya nonton di situ (dan melewatkan 2 pertandingan lainnya).

Laga yang pertama adalah PSIM Jogja vs Persebaya Surabaya 30 Januari 2012. Di stadion aku kembali bisa menayksikan Anoure Obiora yang memang selalu kontributif pada tim yang dibelanya (dulu pernah aku foto bertemu dengannya saat Persita vs Sriwijaya FC di Siliwangi Stadium, Bandung). PSIM, klub yang menjadi sarana pemersatu penggila bola (tapi yang waras banyak kok) dengan kaosnya yang bermotif parang baris khas Jogja. Sejak awal menginjakkan kaki di Bumi Ngayogyakarta target saya memang bisa nonton+beli kaos PSIM. Kesampaian juga...alhamdulillah..

Nah laga kedua ini nih Persija Jakarta vs Persipura Jayapura 7 Februari 2012. Yeah, saya tidak bercanda, tuan rumahnya Persija dengan status musafir stadionnya, bukan berganti nama menjadi Persija (Jog)Jakarta. Overall, dua tim penyumbang pemain timnas yang masing-masing mengalami problema. Muncul sekte Persija versi LPI dan Persipura masih berkutat dengan kasus lolos tidaknya ke kompetisi regional Asia. namun bukan itu yang menjadi sorotan saya, tapi suporter kedua tim yang membuat saya menyaksikan kebringasan orang brutal. Entah kronologis awalnya bagaimana, namun api dan batu menjadi komoditas yang meracuni sore itu. Kerusuhan yang entah apa manfaatnya. Beberapa orang yang satu kubu pun sampai kerepotan menahan laju kebrutalan kawannya. Dan ada pula seorang suporter (yg menurut saya perlu dibawa ke psikolog) melempar batu ke arah penonton yang justru satu kubu. Entah dalam pengaruh alkohol ataukah emosi. Tak cukup di situ, saat menunggu TransJogja untuk pulang, terjadi kerusuhan (apakah) lanjutan dengan tiba-tiba kaca bawah shelter TransJogja di seberang jalan (bukan yang di saya) ditendang hingga pecah. Hmmm,, Sempet kepikiran juga sih misal saya terjebak di tengah-tengah kebiadaban ini (bukan di pinggir, gimana y? mana di tas ada almamater IT Telkom lagi,,bisa nyeret nama kampus nih kalo ambo jadi korban). Dan esoknya sesuai dugaan saya hal ini masuk koran.

Tiap hari saya pun kerap membaca berita di koran yang direcoki berita tentang wisma atletyang mulai menerobos ranah politik. Jujur saya agak males ngobrolkan politik, jadi wisma atlet yang saya senggol kali ini tentang atlet intelektual Bingung kan? Oke, ini sebenarnya hanya sebuah majas perbandingan doang. Jadi gini, salah satu kakak kelas saya alumni IF IT Telkom yang sedang menempuh Magister Ilkom di UGM. Secara kebetulan kediaman beliau menjadi wisma atlet. Atlet apa? bisa atlet bakyak, bisa atlet kelereng, bisa atlet sastrainformatika. Beberapa atlet sedang dalam persiapan menuju kompetisi di JobFair X UGM. Wahh, buat yg statusnya masih mahasiswa kayak saya, tentu jadi tertarik untuk pengen tahu. Banyak atlet alumni dari kampus IT Telkom yang berikhtiar di kompetisi ini.

Tadinya aku cuma ingin nonton dari luar, tapi penasaran juga ngapain aja sih stand-stand yang di dalem. akhirnya aku masuk juga ke dalam dengan ngumpulkan formulir (yg gratis namun tertulis "lulus bulan ... tahun ...". Ya, titik-titik itu dengan berbagai strategi tidak masalah. Di dalam meskipun goal saya adalah mencari info, bukan mengumpulkan CV, namun muncul juga naluri untuk kuliah yg bener biar punya modal (yg ga cuma IPK) di dunia kerja nanti. Di arena situ terjadi Paradewa reunion dimana ada kang Wepe(kepala suku Paradewa), ada bang Eriz (depan kamarku), dan bang Carte (lantai 1). Di situ aku bertemu juga Wahyu (Tek. Sipil 08 UNS-ex DNA). Kaget nian dia melihatku..Hohoho...sukses y buat kawan-kawan dan kakak-kakakku...
"teman-teman"?? ya, kawan-kawanku yang sukses dengan target 3,5 tahun alias sudah bergelar ST, layaknya Donni(IF-32-04), Nia(IF-32-04), Dewi(IF-32-01), Syarif(SK-pira rif?), Lisa (TI-te'i berapo lis?) dan sejenisnya juga pada dateng ke sini. Oh ya, sedikit kesimpulan yang saya dapatkan adalah. Tidak ada teori pasti mana yang disukai korporasi, yg fresh graduate ato yang sudah berpengalaman, yg IPK-nya 3,00 atau tidak, yg punya pengalaman organisasi atau tidak.. Yang pasti ikhtiarlah yang optimal, baik dalam kesempatan gladi/KP/magang, organisasi dan kuliah. IPK bukan segalanya, IPK hanya syarat biar bisa ngumpulin berkas lamaran. kalo udah keterima ya udah, hanya sebagai kisah masa lalu.

Di sela-sela wisata MICE (opo itu MICE? di paragraf berikutnya saya paparkan), tanpa sengaja saya mampir ke kawasan Malioboro yang sedang menyelenggarakan Pekan Budaya Tionghoa V. Dan sesuai namanya, Tionghoa di situ sebagai "budaya", bukan "suku" dan memang banyak partisipan dari keturunan Indonesia dengan atraksi liong yang ciamik. Ada juga lho kontingen dari tentara, ada yang dari perguruan wushu, ada yang kontemporer dance. Ga nyesellah meskipun pulang ke kawanku di Monjali yang jauhnyooooooo. Sebelumnya aku juga sempat nonton di Pasar Malam Panggung Sekaten (PMPS) yang waoww sekali mitra olahraga dalam menyajikan galeri budaya Jawa. Ada batik, ada bengkel pembuatan gamelan, keris, ada juga galeri wayang dan lainnya lupa (saking banyaknya). Dan sungguh bangga sebagai bangsa Indonesia dengna kekayaan khazanah budayanya. Oh ya, bagi masyarakat Jogja dan sekitarnya, Sekaten bukan hanya sebagai ritual tradisi, namun menjadi suatu event yang rekreatif dan merekatkan keluarga. Ekonomi kerakyatan pun lumayan signifikan dengan pasar malam. Dan memang perekonomian Yogyakarta bersandarkan pada pariwisata dan kegiatan akademik.

MICE definisikan aku agak bingung nulisnya gimana. Intinya gini, kita dateng ke sebuah event yang goal utamanya bukan buat seneng-seneng tapi acara bisnis/akademik/formal lainnya yanng dilanjutkan dengan piknik wisata.

Ohya, aku juga sempat belanja buku di deket Taman Pintar (yg nuansanya kayak di Palasari) judul bukunya Kimia Komputasi yang ternyata (ininih yang bikin saya klepek-klepek) isinya pure tentang Farmasi,,,,arghhhhh....opo iki? kayong esih mending moco kitab tafsir William Staling tentang Operating System.

Adapula kawan-kawanku di Racana UGM yang sangat welcome (jangan diterjemahkan "kesed" di paragraf ini coy). Aku kenal mereka di tahun lalu (baca Pandangi Jogja Malam ini-episode 2) dalam event TKNP3T. Alhamdulillah keakraban ini tidak menguap pasca-event. Nice mas n mba...makasih udah diajak makan malam di warung deket Kopma UGM (FYI=di pergaulan kawan-kawan saya, mengajak makan malam merupakan pertanda persahabatan yang erat lhoo :D).. (ini saya tambahkan bada' Maghrib 10Feb), di Jumat 10Feb ini awalnya saya hanya berencana main seperti biasa sekaligus pamit (masa iya sering main tapi pas pulang malah ga ngabarin. bis akayak lagunya Jikustik "pergi tanpa pesan"), eh ternyata eh ternyata di situ sedang mau ada pelantikan koordinator bidang. Alhasil saya pun diajak baris sebagai undangan "ujug-ujug", dan agak berintung saya membawa jaket almamater sehingga masih bisa mempertahankan budaya formal..yang pasti di Racana Tumenggung Wiraangunangun-Nyai Prabu, saya sedang menyiapkan beberapa usulan untuk menuju ke arah lebih baik...keep scout spirit

Dan di akhir pekan ini seharusnya aku harus di Bandung karena kuliah. Namun karena masih terikat perjanjian sampai 10 Feb, maka sepekan ini aku Remote Course alias kuliah jarak jauh dengan cara mem-follow up informasi kuliah (termasuk pembentukan kelompok) dan belajar sesuai silabus di tempat PKL.. Di tempat aku PKL juga ada beberapa pegawai yg interface-nya mirip kawan-kawanku di IT Telkom, ada yg mirip donnimirza, ada yg mirip ahkam, ada yg mirip siapa lagi y?hohoho

InsyALLah akhir pekan ini sudah ke Bandung ...Get ready untuk semester yang lebih baik

  • Makasih buat kang Fachrie, Tri Adi wibowo dan Wardono yang memperkenankan saya numpang di kalian
  • Makasih buat kawan2 alumni IT Telkom yang udah berwisata MICE di YK, sukses buat kariernya (k'Faisal, k'WP, k'Carte, k'Yumas, Zudha, Donni, k'Fahmy, Lisa, Nia, Syarif, Dewi, k'Kukuh, k'Fuad, k'Eriz, k'Bence, Febri, Eggi, Sigit dll)
  • makasih jgua buat Racana Gadjah Mada-Tribhuwanatunggadewi (k'Asih, k'Aziyz, k'Niken, k'Dika, k'Atina, k'Marta, k'Fuad, k'Zawa, k'Fiya, k'Agung, k'Bambang dll)
aku tidak bisa membalas kebaikan kalian, biar ALLah yang membalas dengan lebih manis dan mulia

Overall, Jogja kali ini tentnag belajar untuk hidup pasca-kuliah. Entah dariman adatangnya pemikiran ini, namun mendadak muncul pemikiran saya menjadi dosen pasca lulus.. Waowww...Apakah aku akan kembali lagi ke Jogja?? Feeling-ku sih iya, dalam rangka apa? Biar skenario-Nya aku baca dan syukuri

1 Response to "Pandangi Jogja Malam ini-episode 4--dari mandala krida, wisma atlet sampai dengan remote course"

16 September mengatakan...

Kau mengingatkanku saja boy ...