Count up and Count down

Kaget, tapi jangan tidak percaya

Rasanya kaget juga dengan apa yang tertulis di pojok kanan laptop ini. 12/05/2015. Itu  yang terpampang di situ. Bukan perihal lakon FC Bayern Muenchen vs FC Barcelona nanti 2 jam lagi, bukan. Tapi 10 hari lagi :) Sebuah momen yang akan menjadi titik yang penuh perubahan. Titik yang akan menentukan akah surga ataukah neraka masa depan ini. Dan surga atau neraka ini tidak hanya menyangkut diri ini, namun juga keluarga saya, keluarga seseorang, serta seseorang itu.

Perasaan kaget itu tidak bisa dihilangkan dengan mudah. Jangankan pernikahan, yang namanya punya kos-kosan baru pasti ada rasa kaget dengan apa yang ada di kanan kiri kita. Jangankan pernikahan, masuk kampus saja perlu ada ospek. Tujuan ospek adalah biar nggak kaget dengan kehidupan kampus yang sangat-sangat baru. Tapi masa iya saya make papan nama macam ospek kampus. Jelas fase yang bertajuk pernikahan berbeda. Segala rasa kaget harus ditata dengan baik.

Dan salah satu faktor yang berperan dalam mengendalikan serta menata perilaku kita terkait rasa kaget adalah percaya, lebih tepatnya percaya kepada Allah. Pernikahan ini di jalan-Nya, dengan cara-Nya, serta untuk-Nya. Maka jangan mau rasa kaget itu mengalahkan rasa percaya kepada Allah.

Time's count down, but not for spirit, it must be count upBanyak bekal yang harus dipenuhi menjelang hari itu. Kebutuhan finansial, kebutuhan fisik (nah yang ini mau tidak mau sepekan ini saya harus menormalkan waktu olah raga, waktu tidur, dan juga waktu makan saya :( ), kebutuhan berkomunikasi. Meminjam istilah PMBOK (Project Management Body of Knowledge), ada berbagai ilmu manajemen yang nggak cuma dipelajari tapi diterapkan. Manajemen sekup, manajemen waktu, manajemen keuangan, manajemen sumber daya manusia, manajemen komunikasi, manajemen kualitas, manajemen risiko, manajemen pengadaan, manajemen integrasi, hingga manajemen stakeholder, adaaa semua di sini. Tapi dikarenakan pernikahan adalah ibadah, maka perlu ada orientasi yang menjadi pengarah masing-masing manajemen tadi sebagai sebuah ibadah yang bermuara pada mengharap ridho-Nya.

Satu pertanyaan belakangan terlontar "ngapain lw masih nesis (red: mengerjakan tesis)?"Untuk yang satu ini, #ahsudahlah. Hehee... Saya mencoba tidak menyerah sampai dengan dua titik penghabisan. Titik penghabisan pertama adalah Selasa depan (19/5), hari terakhir bis aberkeliaran di Depok dan Salemba sebelum menjalani ekspedisi ke Aceh. Harapannya, tidak direcoki urusan tesis selama di Aceh, kecuali dalam kondisi darurat sipil. Titik penghabisan kedua adalah tanggal 10 Juni nanti alias dua hari sebelum pengumpulan ke admin. Terlalu banyak yang dipertaruhkan, mulai dari status vakum secara keprofesian, hingga hal-hal lain agar bisa fokus ke tesis dan pernikahan. Apakah pengorbanan itu sudah pasti sukses? Tentu tidak, namun ada satu yang pasti, ikhtiar ini adalah bentuk penghambaan sebagai makhluk-Nya :)

No Response to "Count up and Count down"